bab 22

3.4K 243 32
                                    

"Lapar sayang... kenapa sholatnya lama benar, kan kaki aku capek."

Arsena tertawa setiap mengingat keluhan Zavier kepadanya, tapi Arsena tetap memberikan semangat supaya Zavier lebih bersabar.

Sudah tiga hari Zavier menjalankan puasa dan selalu ikut sholat bersama dengan Arsena dan Amelia, mereka bahkan mendatangi setiap masjid yang ada di kota itu.

Zavier selalu datang di saat berbuka, mereka akan berbuka bersama dan setelah itu pergi sholat tarawih ke masjid. Dan Zavier akan kembali lagi ketika sahur, setelah sholat subuh baru mereka berpisah. Biasanya siang hari Zavier akan menghabiskan waktu di markas dan Arsena sibuk dengan jadwal perkuliahannya.

Sekarang Arsena ke kampus tidak lagi berjalan kaki, dia sudah mengendarai sepeda listrik yang dibelikan Zavier.

Alif semakin meradang, dia mulai merasakan perubahan Arsena yang selalu mengabaikan dan tidak pernah terlihat shalat tarawih di kampus.

"Kalian sholat dimana sekarang? Di flat?" Tanya Alif, dia berpapasan dengan Amelia ketika keluar dari kampus.

"Tidak, di masjid."

"Masjid? Bukannya jauh dari Flat?" Tanya Alif heran.

"Kan ada mobil Zavier, sekarang Zavier juga rajin sholat. Jadinya kami setiap malam akan berkeliling kita dan sholat di masjid yang berbeda." Jawab Amelia dengan wajah bahagia, dia sengaja memanasi Alif.

Alif mengepalkan kedua tangannya, dia sangat marah dan tidak akan membiarkan Zavier dan Arsena semakin dekat.

Sesampai di flatnya, Alif menghubungi nomor Abi Arsena.

"Assalamualaikum Abi." Sapa Alif kepada Abi Arsena

"Waalaikumsalam Alif, apa kabar nak?"

"Baik abi, apa abi dan umi juga sehat-sehat saja."

"Alhamdulillah nak, ini umi ada di samping abi sekarang."

"Titip salam ke Umi ya Bi."

"Iya nak, ada apa Alif? Tumben kamu menghubungi Abi?"

"Sebenarnya ada yang mau Alif katakan kepada Abi, ini tentang Arsena ,Bi."

"Arsena, ada apa dengan Arsena? Apa dia sakit?" Tanya Abdullah, Abi Arsena kuatir.

"Tidak Abi, Arsena baik-baik saja. Hanya saja.." Jawab Alif berhenti berbicara

"Hanya apa nak, katakanlah."

"Arsena sepertinya dekat seorang pria bi, dia bukan pria baik-baik. Bahkan tidak taat dengan agama, dia juga seperti seorang mafia bi."

"Apa?" Abdullah dan Siti istrinya terkejut mendengar perkataan Alif

"Maaf bi, tapi Alif tidak mau Arsena salah melangkah bi."

"Astagfirullahaladzim, dimana Arsena mengenal pria itu Alif?"

"Alif juga tidak mengetahuinya bi, tapi belakangan ini mereka sering bertemu. Bahkan Arsena pernah pergi berdua saja dengan dia bi."

Abi dan Umi Arsena saling bertatapan, mereka terkejut luar biasa mendengar kabar dari Alif.

"Terima nak Alif, biar Abi yang berbicara dengan Arsena. Terima kasih telah memberitahukan Abi."

"Iya abi, maaf kalau Alif lancang. Tapi Alif ingin yang terbaik untuk Arsena, Alif tidak mau Arsena salah langkah bi."

"Iya nak, Abi paham."

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang