bab 17

3.6K 213 3
                                    

Perjalanan yang sangat menyulitkan, itulah dirasakan Arsena saat ini. Setelah turun dari kapal, mereka segera masuk kedalam mobil dan Zavier tidak pernah lagi berkata sepatah katapun kepadanya.

Arsena menjadi bingung, bahkan sulit sekali rasanya untuk mengucapkan permintaan maaf. Bukan karena Arsena egois dan tidak mau mengalah, tapi dia merasa kalau di posisi yang benar.

"Terima kasih Zavier." Ucap Arsena akan keluar dari mobilnya.

"Tunggu sebentar." Sahut Zavier juga ikut
keluar dari mobil dan membuka bagasi mobil.

Zavier mengeluarkan motor listrik yang dia belikan untuk Arsena, Zavier meletakkan di sebelah Arsena.

"Ini punya kamu, kalau aku sudah membelikan berarti kamu harus menerimanya." Ucap Zavier.

"Tapi vier."

"Aku pulang dulu, selamat malam." Sela zaman memotong perkataan Arsena, pria itu masuk kedalam mobil dan meninggalkan Arsena sendirian.

Arsena terpaku berdiri menatap motor listrik yang diberikan Zavier dan terlihat berpikir.

"Aku yakin kamu tidak mau aku capek jalan ke kampus, makanya kamu belikan ini. Tapi apa sangat susah untuk bertanya dulu, tanya pendapatku, apa aku setuju atau tidak?" Ucap Arsena didalam hati, dia mendorong motor listrik masuk kedalam rumah dan meletakkan di garasi.

"Dari mana Sen? Motor baru?" Tanya Maya, Arsena menganggukkan kepalanya.

"Kamu sudah mengetahui siapa dia?"

"Entah lah May, aku takut sesuai dengan yang kamu katakan."

"Aku yakin Sen, lebih baik kamu menjauh. Aku saja yang berasal dari negara ini, tidak mau berurusan dengan mereka. Hidup kita akan mendapat kesulitan Sen, kita bahkan juga akan diincar oleh musuh mereka." Ucap Maya panjang lebar, Arsena menganggukkan kepalanya.

"Terima kasih sudah mengingatkan aku Maya."

"Aku tahu sangat sulit tinggal di negara ini tanpa siapapun, jadi aku tidak mau kamu mengalami kesulitan." Jawab Maya, Arsena tersenyum mendengarnya.

"Sudah yuk masuk." Ajak Maya berjalan masuk, Arsena mengikuti dari belakang.

-----

Zavier menghempaskan badannya di sofa, Genta dan Aro ro terkejut heran melihatnya.

"Kamu kenapa Vier? Kesal, Marah?" Tanya Genta.

"Kenapa wanita itu sangat susah dimengerti, mengambil keputusan sesuka hati." Jawab Zavier.

"Arsena? Kenapa lagi dia?"

"Masa sudah sedekat ini, seperhatian ini masih dianggap teman. Bukannya terlihat jelas kalau perhatian ini menandakan kalau kita memiliki hubungan khusus."

"Tidak?" Sela Aro, Zavier terpana dan menatap tajam kearah Aro.

"Tidak bagaimana?"

"Vier, hubungan itu atas kesepakatan dua orang. Mau sedekat apapun, seperhatian apapun kalau hanya kamu menganggap ini sesuatu yang spesial itu sama saja bohong. Berarti hanya kamu yang memiliki perasaan tapi dia tidak. Seharusnya kalian perjelas dulu, kamu tanya dulu. Apa dia bersedia menerima semua perhatian dari kamu, jangan langsung mengambil keputusan secara sepihak." Jawab Aro menjelaskan semuanya, Genta tertawa melihat wajah kesal Zavier.

"Makanya jangan bermain wanita terus, belajar untuk mencintai. Karena mendapatkan wanita yang kamu inginkan itu, tidak akan semudah mendapatkan wanita yang menginginkanmu."

"Lalu sekarang aku harus bagaimana? Sedangkan Arsena sudah mengatakan kalau kita hanya berteman dan dia tidak mau berpacaran."

"Ya nikahi saja langsung." Sela Aro dan Genta tertawa.

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang