Duar...
Sebuah Bom molotov meledak di dekat pintu gerbang markas bagian dalam, tiga orang anggota terpelanting. Sebenarnya ada beberapa orang anggota malam itu disana, tapi tiga orang itu yang paling dekat dengan posisi jatuhnya bom.
Suasana menjadi mencekam, beberapa orang anggota berlari keluar mencari tahu dari mana asal bom atau si pelemparnya. Beberapa orang lagi segera membantu teman mereka dan membawa ke dalam markas.
Demian dan Lois juga terkejut, mereka yang kebetulan sedang berada didalam ruangan kerja Zavier segera berlari keluar. Demian menggelengkan kepala melihat pos penjaga dan taman di dekatnya hancur berantakan.
"Langsung bawa ke dalam." Teriak Lois juga segera menyusul anggota yang terluka ke dalam markas.
Demian melangkahkan kakinya ke arah pos penjagaan di dekat gerbang, dia marah melihat semuanya.
"Siapa mereka?" Tanya Demian kepada Anggota yang kembali dari luar.
"Kita kehilangan jejak ketua."
"Ya sudah, sekarang perketat penjagaan. Biar saya yang mencari tahunya." Ucap Demian kembali ke markas.
Demian mengambil. ponsel di dalam saku celana dan segera menghubungi Aro. Di panggulan ketika, barulah Aro mengangkat panggilan Demian.
"Hmmm Dem, ada apa?" Tanya Aro dengan suara serak khas bangun tidur.
"Markas di bom dan bom jatuh didekat pos penjagaan." Jawab Demian.
"Apa?" Teriak Aro langsung bangun dari tidurnya.
"Apa ada yang terluka?" Tanya Aro.
"Ada tuan, tiga orang anggota kita terluka." Jawab Demian
"Brengxxx, saya akan segera kesana." Balas Aro segera mengakhiri panggilan Demian.
Aro segera mencuci wajahnya dan segera berpakaian, Aro juga mengambil senjatanya dan menyelipkan di pinggang. Setelah itu Aro keluar dari kamar, dia berteriak memanggil Zavier dari lantai bawah. Teriakan Aro yang menggelegar membangunkan semua orang, Zavier dan Arsena segera keluar kamar.
"Kenapa teriak-teriak tengah malam begini sayang." Ucap Amelia keluar dari kamar, Medy juga terbangun dan juga keluar dari kamarnya.
"Ada apa?" Tanya Zavier yang telah sampai di lantai bawah bersama dengan Arsena.
"Markas di bom." Jawab Aro.
"Astagfirullah, lalu kondisi sekarang bagaimana?" Ucap Zavier cemas, Arsena dan Amelia juga terkejut luar biasa mendengarnya.
"Tiga orang anggota kita terluka."
"Sudah tahu siapa pelaku?" Tanya Zavier, Aro menggelengkan kepala.
"Wani pisan manehna nyerang peuting-peuting begini, tidak aya pagawe kitu ey amit amit da?" Ucap Arsena marah, Amelia langsung menatap heran kepada Arsena.
Aro dan Zavier juga menoleh kepada Arsena, reaksi Arsena diluar nalar mereka semua.
"Sabar buk, mentang-mentang mengandung anak mafia sekarang jadi ikutan garang juga." Ucap Amelia menggoda Arsena, dia bahkan menepuk pelan punggung Arsena.
"Mereka tidak tahu apa berurusan dengan siapa, cari masalah wae." Ucap Arsena lagi dengan wajah yang masih sangat kesal.
"Sabar buk,, sabar buk.. aku malah takut sama ibuk sekarang." Ucap Amelia kembali menggoda saudaranya itu.
Zavier dan Aro saling bertatapan dan setelah itu tawa mereka pecah, mereka benar-benar terhibur dengan reaksi Arsena. Bahkan Arsena terlihat lebih marah daripada Zavier dan Aro saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Teen Fiction"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...