"Selamat datang Robert." Sambut Mateo mengulurkan tangannya, Robert langsung menyambut tangan Mateo.
"Terima kasih tuan."
"Saya akan memperkenalkan mereka satu persatu." Ucap Mateo, Robert menganggukkan kepala setuju menatap semua orang yang berada disana.
"Pak Ali, beliau adalah abahnya Amelia. Abah kalau di negara kami sama dengan Ayah." Ucap Mateo, Ali mengulurkan tangannya kepada Robert
"Ali." Robert langsung menyambutnya dan sekarang dia telah mengetahui rupa dari papa Amelia.
"Disebelah Abah, pak Abdullah. Abinya Arsena." Abdullah juga mengulurkan tangannya.
"Disebelah Abi itu adalah istri beliau, Siti. Uminya Arsena dan di sebelah Umi adalahHalimah, Ibunya Amelia." Umi dan Ibu sama-sama menyatukan tangan mereka di depan dada, Robert dan Wilona menganggukkan kepala.
"Wanita paling cantik di sebelah saya ini Gaby, istri saya. Dan disebelahnya adik kandung saya, Casey Omanya Zavier." Gaby dan Casey tersenyum bersalaman dengan Robert dan juga Wilona.
"Nah pria itu Roma, Ipar saya. Dia yang sebenarnya Opanya Zavier bukan saya." Ucap Mateo tertawa, Roma langsung menatap sinis kepadanya dan Casey memukul lengan Mateo.
"Mas ini, sama saja. Mas dan mas Roma sama-sama Opanya Zavier." Sahut Casey kesal, Robert dan Wilona tersenyum bersalaman dengan Roma.
"Dan mereka sepasang suami istri, Nicola dan Syila adalah orang tua Zavier."
Nicola dan Syila juga mengulurkan tangannya kepada Robert dan Wilona, walau anak mereka telah bersahabat lama tapi ini pertama kalinya mereka bertemu.
"Nah kedua wanita cantik itu pasti kalian sudah kenal, mereka Ratu di rumah ini." Ucap Mateo kembali tertawa, Arsena dan Amelia tersipu malu.
Arumi dan Amelia sama-sama menyatukan tangan mereka di dada dan menundukkan kepala kepada Robert, Robert tersenyum membalasnya. Wilona berjalan mendekati Amelia dan memeluknya, Arsena yang berdiri di sebelah Amelia tersenyum senang.
"Apa kabar sayang?" Tanya Wilona.
"Baik ma." Balas Amelia, kedekatan Amelia dan Wilona membuat perasaan Robert terharu.
"Silahkan duduk, tidak mungkin kita bicara sambil berdiri. Saya sudah tua, cepat lelah." Ucap Mateo, semua orang tertawa segera duduk di sofa.
Abah dan Robert kembali saling melihat dan tersenyum menganggukkan kepala.
"Pi, lebih baik kita makan dulu." Ucap Syila, Mateo menganggukkan kepala setuju.
"Oke...memang seharusnya seperti itu. Kita isi amunisi dulu, setelah itu baru kita membahas hal yang seharusnya kita bicarakan. Mari Robert, wilona." Ajak Mateo berdiri lebih dulu danberjalan kearah makan, Roma menyusul Mateo dibelakang.
Mateo dan Roma duduk berdampingan, istri mereka di sisi masing-masing. Sedangkan Keluarga Arsena dan Aro saling berhadapan, Amelia ikut duduk di sebelah Aro kekasihnya, sedangkan Zavier bersama Arsena di bagian paling ujung.
"Silahkan menikmati Robert, ini hidangan khusus dari negara saya. Tapi tetap dibuatnya disini, kalau langsung dibawa dari negara saya sudah tidak bisa di makan lagi." Ucap Mateo masih tetap dengan bercandaannya, Zavier dan Aro sama-sama tertawa menggelengkan kepala.
Mateo tidak diragukan lagi, dia sangat pandai mencairkan suasana dengan perkataannya. Bukan hanya mencairkan suasana, bahkan masalah seberat apapun akan mudah diselesaikan olehnya.
"Semoga anda menyukainya, mungkin saja lidah anda tidak cocok." Ucap Mateo lagi, Gaby mulai menatap sinis kepadanya karena masih saja berbicara.
"Kebetulan kami menyukainya tuan, saya dan istri saya pernah beberapa kali mengunjungi negara anda. Lebih tepatnya ke Bali." Sahut Robert.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Bisa Bersama
Ficção Adolescente"Jangan samakan aku dengan perempuan yang biasa berada di sekitarmu, jangankan untuk memeluk, menyentuh seujung jari saja kamu tidak akan bisa." Ucap Arsena menghentikan langkah Zavier. Zavier terdiam di tempatnya berdiri, kata-kata dari Arsena meny...