bab 30

3.7K 254 23
                                    

  Semua mata menatap ke arah Zavier dan juga Aro, penampilan mereka sangat berbeda. Berbeda jauh dari Alif dan Syawal, kalau Alif lebih suka memakai celana Levis dan baju kaos oblong, sedangkan Syawal lebih suka memakai jubah karena kebetulan Syawal merupakan anak dari pemilik pondok pesantren.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penampilan Zavier dan Aro, mereka hanya terlihat lebih seperti Opa-Opa korea yang berpenampilan rapi. Sore ini Zavier memakai celana bahan warna hitam dipadukan kemeja putih, yang lengannya dilipat sampai kesiku. Hampir sama dengan Aro, pria itu juga memakai celana dasar yang dipadu padankan dengan kaos putih dan jaket berwarna senada dengan celananya.

 Hampir sama dengan Aro, pria itu juga memakai celana dasar yang dipadu padankan dengan kaos putih dan jaket berwarna senada dengan celananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harga pakaian mereka pasti sangat jauh berbeda dari harga pakaian Syawal maupun Alif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Harga pakaian mereka pasti sangat jauh berbeda dari harga pakaian Syawal maupun Alif. Bahkan Hisyam dan Rasyid berkata dalam diri masing-masing kalau nanti akan mencontoh gaya penampilan Zavier dan Aro.

"Siapa mereka Cen?"

Arsena tersentak mendengar pertanyaan Abinya, Amelia segera berlari mendekati Arsena.

"Zavier Bi, dia Zavier." Jawab Arsena tersenyum bahagia, begitu juga dengan Zavier.

Mata kedua insan yang sedang jatuh cinta itu bertemu, sama-sama menyiratkan kerinduan yang mendalam.

"Berhenti Arsena." Tegur Abdullah ketika Arsena akan melangkahkan kakinya menghampiri Zavier, Arsena diam di tempatnya berdiri dan melihat ke arah Zavier dan Aro yang berjalan ke arah mereka.

"Assalamualaikum." Ucap Zavier, Abdullah terkejut mendengarnya.

"Waalaikumsalam." Jawab Abah Amelia yang juga telah sampai di depan rumah Arsena, sedangkan yang lain menjawab didalam hati salam dari Zavier.

Zavier berdiri tepat di depan Abi dan Umi Arsena, ketika dia akan mengulurkan tangan Abi Arsena langsung menolaknya. Abah, Ibu dan Umi menggelengkan kepala, seharusnya Abdullah tidak bersikap kasar itu kepada tamu mereka, walaupun tidak suka.

"Abi." Tegur Arsena, Abdullah tertawa lirih menatap kedua mata Zavier.

"Berani juga ya kamu datang ke rumah kami, apa tujuan kamu?" Tanya Abdullah marah.

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang