bab 31

3.7K 254 31
                                    

"Abi, izinkan Zavier berbuka puasa dulu sebelum pulang." Ucap Arsena memohon, Abdullah menggelengkan kepalanya.

"Malu Cen, Abi malu kepada keluarga Alif. Mau Abi letakkan dimana muka Abi, kalau mereka mengetahui pria lain masuk kedalam rumah kita." Jawab Abdullah menolak, Arsena dengan wajah lirih mendengar jawaban Abinya.

"Ribet sia mah Dul, belum juga jelas jadi menantu kamu. Ya sudah kalian buka di rumah abah saja." Sela Abah Amelia, Aro dan Zavier tersenyum kecil mendengarnya.

Tidak masalah kalau mereka buka di rumah abah Amelia, yang terpenting mereka bertemu dengan kedua gadis itu

"Arseba buka di rumah abah ya umi." Ucap Arsena.

"Untuk apa kamu buka di sana, di sini saja." Larang Abdullah.

"Mereka tamu Arsena juga bi, kalau abi tidak mengizinkan Zavier berbuka disini, maka Arsena akan berbuka di rumah abah." Sahut Arsena keluar dari rumahnya.

"Umi lihat sendiri, Arsena sudah berani melawan kita." Ucap Abdullah marah.

"Abi juga salah, padahal berpahala memberi makan untuk berbuka kepada seseorang tapi malah abi tolak." Sahut Siti berjalan ke dapur dan menyiapkan menu berbuka untuk dia dan suaminya.

Zavier dan Aro duduk di ruang tengah rumah Amelia, abah menemani mereka sedangkan Arsena dan Amelia membantu Ibu menyiapkan menu berbuka.

Hisyam dan Rasyid juga berada disana, tapi mereka berada di depan televisi duduk diatas karpet.

Aro dan Zavier memandangi semua foto didalam ruangan itu, mereka sama-sama tersenyum melihat foto Amelia dan Arsena sewaktu masih berumur 5 tahun. Tubuh keduanya masih sama-sama gembul memakai dress berwarna putih.

"Arsena dan Amelia saudaraan, abahkakaknya abi." Ucap abah Amelia, Zavier dan Aro menganggukkan kepala.

"Jadi mereka berdua besar bersama bah?"

"Iya, tidak bisa dipindahkan. Makanya ketika Arsena ingin melanjutkan ke Roma, Amelia juga ingin ikut kesana." Jawab Abah, Zavier dan Aro kembali menganggukkan kepala.

"Kalian berdua?" Tanya Abah melihat kearah Aro dan Zavier.

"Kami sahabat bah, kami bertemu sewaktu duduk di bangku kuliah.."

"Kalian juga melakukan pekerjaan yang sama?" Tanya Abah, Zavier dan Aro ro saling bertatapan.

"Iya bah, lebih tepatnya Aro tertarik dan kita membangunnya berdua."

"Aro berasal dari negara apa?" Tanya Abah,Aro tersenyum sebelum menjawabnya.

"Saya berasal dari Roma, tapi mama saya ada keturunan Indonesia juga. Dari Opa, beliau Asli Indonesia dan merantau kesana lalu menikah dengan Oma." Jawab Aro, Abah menganggukkan kepala mengerti.

"Kalau kamu Zavier, setahu saya keluarga kamu berada disini?" Tanya Abah, Zavier terkejut dengan pertanyaan Abah dan dia menduga kalau Abah dan Abi pasti sudah mengetahui siapa dia.

"Iya bah, saya berasal dari negara ini tapi kedua orang tua tinggal di Swiss. Keluarga besar saya juga keturunan, Opa buyut saya Keturunan Indonesia-Jerman."

"Pantesan wajah kalian berbeda, mirip bule." Ucap Abah tertawa, Zavier dan Aro juga tertawa kecil.

"Kalau kami berasal kota ini, tidak ada campuran apa-apa. Bahkan Umi dan Ibu juga sepupuan, nenek mereka beradik kakak. Kalau orang-orang zaman dulu mah pesan seperti itu. Cari istri jangan jauh-jauh, daerah yang sama saja. Jadi ketika ada hajatan atau lebaran mudiknya tidak jauh-jauh dan biayanya juga sedikit." Ucap Abah.

"Oma buyut saya juga gadis sunda bah, tapi kami tidak mengetahui daerahnya. Karena Oma tidak lagi pernah mengunjungi daerah asalnya, semua keluarga telah pindah ke kota."

Apakah Kita Bisa Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang