54. White

143 14 0
                                    

Jiwon nggak gubris Niki maupun Sunghoon. Dia masih suka nungguin Heeseung selesai kelas. Selalu ngajak Heeseung ngobrol sampai ada cewe yang nyamperin Heeseung. Dan itu udah berlangsung selama 4 hari.

"Lo nggak kesiksa, kaya gini terus?" Woonyoung ngerangkul tangan Jiwon ketika Jiwon cuma bisa diem natap Heeseung yang masih senyum jalan sama cewe lain.

"Anehnya gue masih suka sama dia" Jiwon masih natap Heeseung.

"Dan gue nggak bisa berhenti" tatapan Jiwon kali ini sedih.

"Gue pun nggak tau kenapa. Padahal sakit banget" Jiwon megang dadanya yang hampir setiap hari merasakan nyeri ketika Heeseung jalan sama cewe lain.

"Kenapa sih. Lo selalu nolak tiap gue kenalin  cowo lain" protes Woonyoung nggak tega liat Jiwon sedih terus ketika ngejar Heeseung.

***

"White.." Jiwon ke rumah White, setiap Jiwon ngerasa sakit hati sama Heeseung, yang dengan entengnya bisa gonta ganti cewe setiap hari. Karena anak anaknya white mampu membuat mood Jiwon membaik.

"White?" Jiwon keheranan karena kucing putih itu nggak keliatan di sekitar rumahnya. Biasanya waktu dia panggil, White langsung keluar.

"White..." Jiwon mencari kucing putih dan 3 anaknya di sekitar kandang.

"Snow.. Choco.. Latte..." suaranya mulai panik karena nggak biasanya White pergi jauh dari kandangnya.

"Snow-" kaki Jiwon seketika terhenti ketika melihat di depannya tergeletak 2 anak kucing dan 1 kucing putih yang sudah berlumuran darah.

Mata Jiwon mulai berkaca kaca.

"W-white!!" dia lari menuju 3 kucing yang berlumuran darah itu.

"Ah... K-kenapa.." Jiwon mulai nangis ketika megang badan White yang udah lemas.

"White... White bangun!" Jiwon mulai nangis meluk kucing putih yang udah lemas itu. Nggak perduli darah White ngenain pakaiannya.

"Choco... Latte..." kali ini dia ngambil 2 anak kucing yang masih sangat kecil itu. Jiwon nggak bisa ngerasain gerakan badan mereka. Jiwon paling suka dengan suara gerangan badan anak kucing, tapi kali ini, Choco sama Latte udah nggak bergerak.

"Kenapa..." Jiwon makin nangis.

"Kalau itu choco sama latte.. Berarti yang ini.." suara seorang pria membuat Jiwon nengadah. Didepannya ada Taehyun, di tangannya membawa anak kucing putih, yang masih bernafas tapi udah lemas, di tambah badannya penuh bercak darah.

"Snow!!" Jiwon teriak dan jalan cepat menuju Taehyun berusaha ngambil snow, tapi tangan Taehyun lebih gesit. Dia naikkan tangannya yang membawa snow.

"Ding dong deng.." Taehyun senyum enteng, kaya seneng Jiwon bisa nebak nama si anak kucing dengan benar.

"Kembalikan!!" Jiwon galak tapi nggak membuat Taehyun mau ngembaliin Snow.

"Sshhhh... Snow lagi tidur, nanti dia bangun-"

'Duak!' dengan sekuat tenaga Jiwon nendang tulang kering Taehyun, dan langsung membuat nya mengaduh. Dengan cepat Jiwon ngambil Snow dari tangan Taehyun dan segera pergi.

"Ahh!!" Jiwon kaget Taehyun jambak rambutnya dan membuatnya terjatuh. Jiwon meluk Snow, takut Taehyun bakal ngelakuin hal yang sama seperti yang dia lakuin ke White dan 2 saudaranya.

"Jiwon.." suara Taehyun lembut namun dengan kasar dia megang dagu Jiwon dan membuat wajahnya natap Taehyun.

"Liat apa yang di lakuin White dan anak anaknya" Taehyun merajuk sambil ngeliatin pipi dan tangannya yang terdapat luka cakaran. Jiwon yang matanya masih berkaca kaca itu natap Taehyun benci.

"Sakit.." rengek Taehyun membuat Jiwon malingin mukanya kasar sehingga tangan Taehyun nggak lagi megang dagunya.

"Kalau lo nggak nyentuh mereka, mereka nggak akan nyerang lo!" pernyataan Jiwon ngebuat Taehyun ketawa keras.

"Peraturannya nggak gitu, cantik.. Peraturannya adalah, kalau lo macem macem, gue bisa lakuin semua hal yang gue mau"

"Cowo gila!" Jiwon natap Taehyun kesal dan mulai berdiri. Walau kakinya udah gemeteran ketakutan, tapi Jiwon berusaha keras buat menyembunyikannya dari Taehyun.

"Gue cuma pengen lo tau.." Taehyun dengan kasar megang lengan Jiwon yang nggak megang Snow. Jiwon spontan menjauhkan snow dari Taehyun.

"Gue bisa ngambil semua hal yang berharga buat lo" Taehyun senyum smirk.

"Kenapa?" Suara Jiwon bergetar karena emosi dan ketakutan.

"Kenapa lo gangguin hidup gue!!!"

Lagi lagi Taehyun tertawa.

"Kenapa? Harusnya lo tanyakan itu ke pacar lo"

"Apa?" Jiwon ngeryitin dahinya.

"Baik baik sama pacar lo ya. Lo masih ada tiket observatorium kan. Bersenang senang lah dulu" Taehyun senyum manis sambil ngelus pipi Jiwon. Jiwon nepis kasar tangan Taehyun. Taehyun pun pergi dengan senyum smirk yang nggak akan bisa Jiwon lupakan.

Pacar? Tiket? Maksudnya apa? Tiket observatorium yang dulu Taehyun kasih? Tapi kenapa?

***

Hari sudah gelap, dan Jiwon masih berlari menuju rumah sakit hewan terdekat dengan masih menangis.

"Bertahan, snow" guman Jiwon yang masih lari membawa snow yang udah lemas. Sambil sesekali ngusap pipinya yang basah karena nangis.

Jiwon terus lari sampai dia menemukan sebuah rumah sakit hewan di sebrang jalan. Sayangnya lampu trafic masih merah untuk pejalan kaki. Jiwon terus nangis sambil sesekali liat kondisi snow yang ada di kedua tangannya.

"Gue mohon, bertahan sebentar lagi" gumam Jiwon.

Ketika lampu trafic seketika berwarna hijau, Jiwon langsung lari nyebrang jalan.

'Piimm'

'Ckkittt'

Sebuah sepeda motor delivery tiba tiba nyerempet Jiwon sampai Jiwon kejatuh.

"Snow!!" seolah nggak memperdulikan si kurir yang juga ikut ke jatuh, Jiwon ngambil snow yang lepas dari genggaman tangannya. Dan langsung lari menuju rumah sakit hewan yang nggak jauh dari sana.

"Tolong... Tolong" Jiwon masih nangis, hanya bisa mengeluarkan kata 'tolong' aja saking paniknya.

Perawat itu langsung ngambil snow yang lemas buat ke meja perawatan.

"Snow.." Jiwon nutup mulut dengan kedua tangannya yang gemetar.

Mata Jiwon nggak bisa lepas dari natap ruang perawatan snow yang udah ketutup itu. Masih berdoa agar snow bisa selamat.

Seorang suster kebingungan natap keluar rumah sakit.

"Ada apa sih" gumamnya sambil nengok keluar rumah sakit. Karena rumah sakit kecil itu bagian luarnya berkaca, jadi masih bisa liat keluar.

Jiwon ikut natap keluar. Dahinya mengeryit dalam liat ada 2 orang yang lagi tengkar. Satu orang seperti kurir delivery, yang satu, seorang cowo yang make black lather jaket. Cowo itu narik kerah si kurir delivery. Walau suara mereka nggak kedengeran, sepertinya si cowo berjaket kulit itu sedang memperingatkan si kurir. Karena setelah itu si kurir cuma bisa diam sambil pergi gitu aja.

"Silahkan mengisi formulir terlebih dahulu" terang perawat membuat Jiwon langsung berdiri buat ngisi formulir.

***TBC***

Sweet Venom ✅ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang