56. Trap

148 13 0
                                    

Jiwon dan Jungwon ngubur White dan kedua anaknya di deket kandang. Jiwon sesekali ngusap pipinya yang basah sembari ngasih batu penanda di kuburannya White, Choco dan Latte.

Jiwon makin nunduk ketika dia ingat pertama kali nemuin bangkainya White dan 2 anaknya yang berlumuran darah. Dia nggak bisa nggak nyalahin dirinya sendiri atas kematian 3 kucing itu.

"Maaf" Jiwon ngelus makan White. Sementara Jungwon masih belum sanggup membuat Jiwon buka suara. Dia yakin Jiwon tau sesuatu.

"Balik yuk" ajak Jungwon sambil megang kedua lengan Jiwon.

***

Jiwon nggak mau berangkat ngampus atau kemana pun. Dia seharian cuma ada di kamar nutupin seluruh badannya pake selimut

"Paling nggak, sarapan dulu" Jungwon nyentuh pundak Jiwon yang masih tiduran. Jiwon masih diam nggak mau bergeming. Jungwon ngehela nafas panjang liat Jiwon jadi terpuruk kaya gini semenjak ngubur White dan 2 anaknya. Snow juga belum keluar dari rumah sakit.

"Gue pulang malam, ada latihan di dojang. Makanannya udah gue siapin di meja makan, jangan lupa di makan" Jungwon ninggalin Jiwon yang masih tidur.

***

Jiwon kebangun di malam hari. Tangannya merogoh hp yang ada di meja dekat ranjangnya.

Pukul 12.15

Ternyata dia udah tidur seharian penuh. Jiwon mulai bangkit, berusaha ngambil minum di dapur. Dan di meja makan, dia liat ada note yang di tulis Jungwon di tempel diatas tudung saji.

"Jangan lupa di angetin. Gue usahain maksimal jam 10 malam udah sampe rumah"

Jiwon ngeryitin dahinya. Nggak biasanya Jungwon pulang telat. Dia buru buru telfon Jungwon, tapi sayang, kembarannya itu nggak kunjung mengangkat telfonnya dan membuat Jiwon makin khawatir.

Di sambungan ke 3, baru telfon tersebut diangkat. Mata Jiwon membulat karena lega.

"Kak-"

"Jiwon~" suara di sebrang telfon mampu membuat kaki Jiwon lemas dan matanya bergetar. Suara Taehyun.

"Dimana Jungwon" suara Jiwon tegas namun masih menyiratkan ketakutan.

"Ya ampun sabar dulu dong" Taehyun terkekeh geli.

"Gue bilang, DIMANA JUNGWON!!" Kali ini mata Jiwon memerah dan berkaca kaca.

"Auh.. Ya ampun, telinga gue bisa berdarah kalau lo teriak sekenceng itu"

"Kalau lo nyakitin dia, gue bakal lakuin hal yang sama ke lo 10000 kali lipat" suara Jiwon bergetar dan itu membuat Taehyun nggak bisa berhenti ketawa.

Jiwon langsung keluar apartemennya dengan masih menggunakan baju lengan pendek dan celana training. Malam itu dingin, tapi Jiwon nggak peduli, yang jelas, Taehyun udah berani nyeret Jungwon ke urusan mereka.

"Lo dimana" mata Jiwon menatap penuh kebencian.

***

Jiwon uda nyampe di sebuah rumah di kompleks terbengkalai. Di sekitar nya penuh dengan banner protes pembangunan apartemen.

Jiwon ngeratin kepalan tangannya menatap sebuah nomor rumah yang di sebutkan Taehyun tadi.

"Ingat. Kalau lo bawa polisi, gue juga bisa bawa Woonyoung"

Kalimat singkat Taehyun tadi membuat Jiwon mengambil sebuah balok kayu yang tergeletak di pinggir jalan.

***

Jiwon memasuki rumah tersebut dengan amarah yang sudah memuncak. Matanya masih berkaca dan jantungnya berdetak kencang.

"Jungwon!" Jiwon mencoba mencari sosok Jungwon ketika dia baru saja memasuki rumah tersebut.

"Oh sudah datang" Cheol yang duduk di kursi menghadap pintu masuk, tersenyum begitu liat Jiwon masuk ke rumah tersebut. Seperti sudah menunggu kedatangan Jiwon.

Jiwon menyembunyikan balok kayu yang dia bawa tadi. Karena dia nggak liat ada Jungwon disana.

"Ingat? Gue bilang kan kalau kita pasti bakal ketemu lagi" Cheol jalan menuju Jiwon.

"Gue kan yang kalian mau? Kenapa bawa bawa orang lain" Jiwon gertakin giginya kesal. Taehyun yang duduk di sofa senyum miring.

"Sayang, permainannya nggak akan seru kalau kita to the point" Cheol senyum ngusap rambut depan Jiwon walau langsung di tepis kasar.

"Dimana Jungwon!" ketus Jiwon. Cheol hanya tersenyum smirk natap Jiwon yang menatapnya penuh kebencian. Cheol menujuk Taehyun dengan kepalanya, dan seketika orang lain membanting tubuh Jungwon yang udah lemas ke depan Taehyun.

"Kak!!" Jiwon buru buru mau mendekati Jungwon tapi langsung di tahan Cheol.

"Lepas!!" Jiwon makin nangis liat wajah Jungwon yang penuh luka. Ujung bibir, tulang hidung, pipi, dan pelipisnya berdarah.

"YANG JUNGWON!!" Jiwon masih nangis di tahan Cheol berusaha membangunkan Jungwon.

"Jiwon?" Jungwon perlahan siuman dan kaget liat Jiwon di tahan Cheol.

"Wah.. Berani juga lo bawa senjata ya" Cheol natap balok kayu yang tadi terjatuh waktu Jiwon mau berlari ke Jungwon.

"Brengsek!!!" Jiwon teriak sambil mencoba mukul Cheol, namun dengan mudah mampu di tahan. Kali ini Jiwon mencoba menendang kaki Cheol, tapi sayang, Cheol tidak bergeming. Jiwon langsung inisiatif memukul perut Cheol menggunakan tangan kirinya.

"Uhuk"

Melihat ada kesempatan Jiwon langsung menarik tangan Cheol dan berusaha memuntirnya, tapi Cheol dengan mudah menarik tangan Jiwon dan mendorong tubuhnya ke tembok.

"Jiwon" Jungwon udah nggak punya tenaga buat berdiri.

'Plak' Cheol menampar Jiwon dan membuatnya jatuh tersungkur.

Jiwon natap Jungwon sedih. Dia ngerasa bersalah banget nyeret Jungwon ke masalahnya.

Cheol jongkok, tangannya megang dagu Jiwon kasar dan dihadapkan kearahnya.

"Gue bakal lepasin kembaran lo dengan syarat" Cheol senyum smirk.

"Gue nggak akan masuk ke permainan lo!" Jiwon nepis tangan Cheol dan mulai berdiri. Dia jalan menuju Jungwon, meninggalkan Cheol yang tersenyum jengkel.

"Ayo bangun" Jiwon berusaha mapah Jungwon.

"Lo kenapa kesini" Jungwon sambil mengeryit nahan sakit. Jiwon yang masih nangis cuma bisa gelengin kepala sambil ngelepas tali yang melilit tangan Jungwon.

"Ji" Jungwon waspada natap Taehyun, Cheol dan beberapa orang yang  jalan menuju pintu keluar.

Jiwon nggak gubris masih berusaha melepaskan ikatan tali Jungwon.

'Ctek'

'Cshhh'

Jungwon buletin matanya begitu sadar Cheol sedang menghidupkan korek dan ada bau bensin yang menyeruak di dekitar mereka.

"Ini pilihan lo ya. Gue kasih jalan mudah, tapi lo milih yang sulit" Cheol

"Selamat malam, Yang Jiwon" Cheol senyum mirk melempar korek dan seketika, kobaran api mengelilingi mereka berdua.

***TBC***

Sweet Venom ✅ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang