22. Hurt

232 8 2
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"So, what do you think?"

Perempuan memperhatikan sahabatnya yang sedang meminta pendapatnya itu, kini membuatnya berpikir. "Thiago?" Dynne menyebutkan nama orang yang sedang dia bicarakan dengan Cassia.

"Sssttt!"

"Gak usah sebut namanya." Minta Cassia yang meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya dan tubuhnya sedikit mencondong ke arah orang yang dia minta.

Menghela nafasnya, Dynne yang memiringkan kepalanya beberapa derajat itu juga berdeham singkat. "Lebih baik lo coba dulu." Balas Dynne.

"Hs?"

Dynne berdecak. "Bukan, lihat dia dengan cara beda." Jelasnya.

Menangkup rahangnya, Cassia langsung memikirkan orang yang akhirnya sudah mengaku padanya soal perasaan itu. Hubungan yang selama ini Cassia anggap tidak jelas, karena setiap harinya dia selalu saja membuat keributan di antara mereka.

"Gue gak pernah kepikiran sih, tapi gimana caranya? Gue udah minta dia buat bersikap kayak biasanya."

"Buat keributan?" Timpal Dynne.

Menganggukkan kepalanya, Dynne mengerti. "Okay, berarti lo udah milih buat gak coba." Ucapnya.

Menyandarkan punggungnya, Cassia yang mengambil kaleng minuman di atas meja yang ada di depannya itu kemudian meneguknya. Dia masih dibuat berpikir, entah kenapa dia tidak bisa berhenti memikirkan kejadian kemarin malam.

"But, I thought." Aku Cassia.

Menarik nafasnya, Dynne mengangkat sedikit pandangannya. "So, apa yang lo pikirkan?" Balasnya.

"Like this, terakhir gue pacaran itu satu tahun lalu. After a year I never fell in love again, gue menikmati hidup gue dan gue rasa— gue puas. Gue berpikir apa gue harus coba lagi punya hubungan, Loved and loved?" Cassia yang menjelaskan itu kemudian menganggukkan kepalanya.

"And you thought about it with him?" Dynne mengangkat kedua alisnya.

Cassia mengangguk. "Dia orang yang nyatainnya di waktu yang beda, not in bed haha." Kekeh Cassia diakhir perkataannya.

Menarik salah satu sudut bibirnya tipis, Dynne mengerti kekehan Cassia dan maksud dari perkataannya. "What about Miguel?" Tanya Dynne yang tiba-tiba memikirkan orang lain yang menjadi sasaran Cassia sebelumnya.

Cassia berdeham singkat. "Ehem, gue juga mikirin soal ini. Gue mau punya hubungan yang gue kejar, misalnya Miguel. Dia pasti belum punya perasaan sama gue, jadi gue mau kejar dia sama dia punya perasaan sama gue. That seems more impressive." Terangnya.

"Jadi, lo mau pilih yang mana?" Dynne kembali bersuara.

Menarik sudut bibirnya, Cassia kemudian mengangguk yakin. "Tetap One-Night Stand." Mengangkat kaleng minumannya, Cassia kemudian meneguk minumannya dan berdecak merasakan kenikmatannya.

Dynne yang sudah merasa waktu seriusnya dibuang, mengalihkan pandangannya malas dari sahabatnya. "What were we talking about earlier? Ck!" Decak Dynne yang kemudian melipat tangannya.

"Come on, gue bakal beneran cari pacar. Tapi sebelum pacaran gue bakal tetep One-Night Stand. Entah sama Thiago, atau gue berhasil dapetin Miguel." Tutur Cassia.

Kembali berdecak, Dynne memijat pelipisnya. Dia benar-benar sulit membuat tingkah Cassia itu masuk ke akalnya. "Ya-ya, terserah lo." Tandasnya.

"Tapi serius yang gue pikirin tadi, gue udah dihadapin sama yang pasti tapi guenya aja yang bingung. Gue juga berpikir buat kejar yang gak pasti, ya—ada sedikit rasa yakin—lah." Ujar Cassia.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang