12. The First

471 14 0
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Membuka matanya perlahan, matahari pagi di awal musim panas itu menganggu tidurnya. Salah satu hal yang Dynne benci adalah, gorden di kamar milik Kythan ini dapat terbuka secara otomatis jika matahari telah muncul.

Dynne yang tertidur dalam posisi terlentang itu melirik tangan yang melingkar di pinggangnya. Saat dia menoleh, lelaki yang masih terlelap itu tampak begitu nyenyak tidur walau matahari telah menyinari wajahnya. Dia tampak begitu nyaman terdengar dari hembusan nafasnya yang lembut.

Tidak dapat bergerak leluasa selain karena kakinya yag masih terasa sakit, Dynne juga merasa tangan kekar milik Kythan itu cukup berat. Hanya bisa diam, Dynne mengangkat tangannya untuk menutupi sinar matahari yang menyilaukannya.

Namun Kythan tiba-tiba saja bergerak menarik Dynne masuk ke dalam dekapannya. Menganggapnya seperti guling, tubuh Dynne yang ingin dimiringkan itu membuat kakinya yang terluka harus tertindih.

Dynne melenguh merasa sakit, suaranya itu seketika membuat Kythan terbangun. Dia melihat Dynne sudah ada di depan matanya dengan tangan perempuan yang tampak cantik ini berada di dadanya.

"Kenapa?" Kythan bersuara dengan suara yang terdengar berat itu. Dynne sampai menelan salivanya susah payah merasa betapa Kythan membuatnya merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan.

"Am I bothering you?" Tanya Kythan menatap Dynne yang berada sangat dekat dengannya itu.

Dynne menggeleng, seakan terhipnotis. Dynne merasa tidak ingin mengatakan soal pergerakan yang Kythan lakukan hingga membuat kakinya terasa sakit. Dia malah membalas hal lain. "Gorden otomatis lo itu, ganggu gue."

Melirik gorden jendela yang telah terbuka seperti biasanya, Kythan mengangkat sebelah alisnya. "Why?" Sahutnya.

"The sun disturbs my sleep." Balas Dynne yang kemudian menutup wajahnya dengan tangannya.

Kythan melihat Dynne yang terganggu dengan settingnya itu mengerti. "Gue matiin settingnya." Dia kemudian bergerak menggapai sebuah remote yang ada di atas nakas samping Dynne. Membuat Kythan bergerak berada di atas Dynne.

Semakin dekat, Dynne benar-benar semakin menghirup aroma khas lelaki ini. Dia mengalihkan pandangannya saat Kythan mengambil remote tersebut dan menekan tombol untuk menutup gorden. Terdiam selama beberapa saat, Dynne melirik jendela yang sudah tidak ada lagi sinar matahari yang masuk dan menggangunya.

Berdeham, Dynne kemudian berkata. "Okay, this will be good." Bergerak merubah posisinya menjadi membelakangi Kythan, menghadap gorden yang telah menutup jendela dan posisi kakinya yang tidak akan menganggu lukanya.

Kythan yang kemudian menaruh remote itu kembali harus melewati Dynne, tangannya yang tidak kembali ke posisi awalnya itu kini terhenti di pinggang ramping perempuan yang membelakanginya itu.

"Is it okay if I hug you?" Bisik Kythan.

Dynne kemudian mengangguk memberikan izin pada tangan kekar tersebut yang kini menyentuh perut ratanya.

"It's so comfortable, I'll sleep in a few minutes." Kythan yang berkata itu tidak membuat Dynne membalas apapun.

Entah apa yang sedang terjadi padanya, kali ini Kythan berhasil menghipnotisnya. Dia menjadi merasakan kenyamanan dan ketenangan ini.

Beberapa saat kemudian, Dynne yang kembali tertidur itu perlahan kembali membuka matanya. Rasanya dia tidak tidur terlalu lama, namun melirik ke arah bawahnya. Dynne sudah tidak melihat ada tangan yang melingkar di sana. Begitu pula saat dia menoleh ke belakangnya, ternyata Kythan sudah bangun.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang