29. You failed

347 14 6
                                        

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Seorang perempuan dengan rambut merah pekat yang terurai menutupi punggungnya dengan sempurna karena rambutnya tersebut juga cukup tebal dan sehat alami. Piyama yang dikenakan perempuan yang melihat suasana di luar yang terlihat menunjukkan kalau waktu istirahat sudah berjalan sejak tadi.

Karena sudah hampir melewati waktu tengah malam namun perempuan yang terbangun karena merasa haus itu berakhir di area dapur dan duduk di area mini Bar sejak 30 menit lalu. Karena dia merasa belum ingin kembali beristirahat, hanya dengan segelas air mineral di depannya. Dia kembali mengangkat gelas tersebut dan meneguknya hingga tak tersisa.

Setelah menaruh gelas tersebut kembali, Dynne kemudian menyandarkan dengan meletakkan tangannya di lehernya. Karena pendingin ruangan yang menyala, Dynne jadi ikut merasakan dinginnya suhu ruangan yang mengenai permukaan kulitnya.

Sejak sebelum dia tertidur, Dynne sudah merasakan kedinginan sebelum akhirnya kelelahan dan kedinginan dia bisa tidur dengan nyamannya. Dan berakhir terbangun, kemudian tidak bisa tidur lagi.

Melirik ponselnya, Dynne yang sudah mengecek ponselnya yang sama sekali tidak dia gunakan selama berjam-jam kebelakang itu benar-benar membuatnya tertinggal beberapa hal. Dari sahabatnya yang mengiriminya pesan hingga beberapa panggilan suara yang tidak terjawab dari kakaknya.

Mengangkat ponsel itu kembali, Dynne melihat kontak dengan panggilan tidak terjawab. Menarik sudut bibirnya, Dynne meletakkan kembali benda pipih canggil tersebut. Menaikan tangannya, Dynne membuat rambut rambut lembutnya itu berada di sela jari-jarinya saat dia membuat gerakan.

Karena Dynne mengaktifkan ponselnya dan aktivitas apa saja yang dia tinggalkan. Dynne melihat satu kontak yang masih berusaha untuk menghubunginya. Panggilan suara itu kemudian Dynne jawab.

"Dynne,"

Suara Lilien terdengar, Dynne yang kini bersandar dengan menggunakan tangan lainnya yang dia letakkan di lehernya. Tidak membalas, dia memilih menunggu ucapan selanjutnya yang akan juga memberitahunya tujuan kakaknya ini menghubunginya.

"Please stop."

Dynne masih bertahan dengan hanya mendengarkan apa saja yang Lilien katakan.

"Aku tau, rasa bencimu bukan hilang. Tapi dialihkan."

"Berhenti menyerang perusahaan keluargamu sendiri, itu akan berakibat padamu juga."

Melirik ke arah tangannya yang memegang ponsel yang baru saja menyampaikan apa yang Lilien katakan untuknya. Dynne menggerakkan tangannya yang ada di lehernya sendiri.

"This is what Daddy wants, for me to find pleasure."

"Dynne—!"

Memutuskan sambungan telepon tersebut Dynne yang kemudian menaruh ponselnya kembali, terlihat kalau Lilien kembali menghubunginya. Kali ini Dynne hanya meliriknya, sama sekali tidak ada ke inginan untuknya menjawabnya atau sekedar menyentuh benda yang bergetar menandakan panggilan masuk.

Mengangkat pandangannya mengalihkannya dari benda yang seharusnya menarik perhatiannya, Dynne sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya.

"Besok bakal jadi hari buruk gue lagi." Tutur Dynne yang sedikit membayangkan apa yang akan terjadi esok hari.

Beberapa jam kemudian, matahari sudah bersiap untuk terbit. Cahayanya sudah mulai terlihat dari langit yang terlihat dari ketinggian ini. Perempuan yang sudah memakai seragam itu masih sedikit santai karena dia belum benar-benar bersiap untuk berangkat. Dia masih harus, harus sarapan karena pagi ini dia bersama lelaki yang benar-benar mewajibkan untuk dirinya makan.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang