51. Is this the last?

58 6 5
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Penampilan dari dua orang Siswa di atas panggung itu seketika berlangsung meriah. Penampilan yang dilakukan untuk melunasi hukuman itu malah membuat menarik semua orang. Terutama Siswi-siswi yang tidak berhenti berteriak menonton tontonan yang sangat menarik bagi mereka.

"Aakkhh! Bryant Hot banget!" Pekik salah satu Siswi dari banyaknya suara dari orang-orang yang juga tidak tahan melihat penampilan menakjubkan tersebut.

"Please! Gue mimpi apa liat Thiago nyanyi! Deep Voice— Oh God."

Dari orang-orang yang merasa terpesona dengan penampilan Thiago dan Bryant. Dua lelaki itu benar-benar menyanggupi hukuman mereka bahkan sampai melebihi ekspektasi, mereka mungkin akan membuat sejarah angkatan mereka. Tidak ada yang tau kalau mereka pandai memainkan alat musik, seperti Thiago yang bermain Basist sembari menyanyi dan Bryant yang lihai bermain Drum.

Pesta malam ini benar-benar dibuat pecah oleh mereka berdua. Dan hal itu juga disetujui oleh perempuan yang sejak tadi hanya bisa diam karena menonton penampilan di atas panggung. Saking tercengang dan terpesonanya.

"Sekarang lo suka Thiago?" Dynne bertanya kepada Cassia yang sejak tadi mematung di sampingnya. Menarik sudut bibirnya, Dynne terkekeh melihat ekspresi Cassia saat ini.

"I know I can like him." Cassia berkata walau tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Berdeham, Dynne mengangguk. "He looks really good on you." Melihat Thiago yang akhirnya mengakhiri penampilannya, Dynne yang berkata kepada Cassia itu melihatnya bisa menoleh ke arahnya.

"Okay, gue juga tau lo bakal bilang kayak gitu." Cassia menganggukkan kepalanya, melipat tangannya. Cassia yang kembali melirik area panggung itu melihat Thiago sudah menuruni panggung padahal orang-orang di sini atau mereka yang menonton bersuara meminta penampilan lagi.

Berdecak, Cassia menghela nafasnya. Entah kenapa dia refleks saja melihat orang-orang yang ingin menontoni terus lelaki itu.

"Lo mau tetap di sini?" Dynne bersuara.

Menggelengkan kepalanya, Cassia langsung membalas. "Nggaklah, ayo kita samperin Thiago." Ajaknya. Menggandeng tangan Dynne, Cassia yang kemudian membelah kerumunan itu berusaha untuk keluar dari area ini menuju area yang berasa jauh sisi lain panggung dan tempat penonton.

Menuju belakang panggung, Cassia yang langsung menghampiri Thiago itu membuat Dynne membiarkannya. Dynne yang melihat ke area sekitar dari belakang panggung itu merasa menarik perhatiannya.

"Gimana penampilan gue?" Thiago bertanya kepada Cassia.

"Gak gue sangka lo bisa nyanyi." Balas Cassia yang kemudian memberikan botol minum kepada Thiago.

Lelaki yang langsung tersenyum menerimanya itu, tentu saja langsung meneguknya dengan perasaan senang karena mendapatkan perhatian dari Cassia.

Sementara interaksi antara dua orang itu yang sudah seperti pasangan, Dynne yang hanya melirik sesaat itu kemudian mengalihkan pandangannya yang pada saat itu dia tidak sengaja menjadi mengarah perhatiannya kepada seorang lelaki yang baru saja memasuki area belakang panggung.

Bertatapan selama beberapa saat, lelaki yang Dynne lihat itu kemudian terlihat mulai melangkah menghampiri Dynne. Tanpa basa-basi, Kythan meraih tangan Dynne dan menariknya keluar dari area ini.

Dynne yang tidak bisa mengelak itu akhirnya hanya bisa mengikuti keinginan Kythan untuk membawanya menuju satu tempat yang tidak menjadi pusat keramaian, melainkan sebaliknya. Di sini cukup sepi.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang