33. Another

129 11 2
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Mathis tersenyum dan menurunkan tangannya yang baru saja mengusap pucuk kepala Dynne dengan jauh lebih baik dibandingkan pada adiknya, karena rambut Dynne tidak menjadi berantakan. Tidak seperti Cassia yang langsung menjadi kesal setelah mendapatkan usapan kasih sayang dari Mathis.

"Dynne gak jauh berubah, tetep cantik." Mathis berkata dengan sorot matanya memgarah pada perempuan yang dia puji.

Mendapatkan pujian, Dynne tidak terlalu banyak bereaksi. Karena pujian itu datang dari seorang Mathis, tidak terlalu membuat banyak arti jika hal itu keluar dari lelaki yang sangat mirip dengan Cassia. Dynne yang mengalihkan pandangannya itu kemudian baru bersuara.

"Gue duluan—"

Dynne yang hendak pergi tiba-tiba saja dihadang oleh Mathis yang masih memiliki perkataan yang belum terucapkan. "Biar gue antar lo aja."

Menoleh, Dynne membalas. "Gue bawa mobil."

"Oh ya? Lo udah cukup umur ya buat punya izin mengemudi?" Mathis berkata dia benar-benar baru mengingat hal itu karena di pikirannya sendiri, Dynne masih seorang gadis kecil yang sering bersama adiknya.

Menarik sudut bibirnya tipis, Dynne juga mengangguk sebelum akhirnya dia berjalan untuk pergi. Meninggalkan kakak adik yang hubungan tersebut tidak diketahui oleh orang-orang yang saat ini tengah membicarakan tentang apa yang baru saja terjadi.

Sementara Dynne yang pergi menuju mobilnya, Cassia dan Mathis masih berada di tempatnya berhadapan.

"Ayo pulang!" Ajak Mathis yang hendak berbalik ke arah kendaraan yang dia bawa.

"Lo bawa motor? Really?" Decak Cassia yang kemudian melipat tangannya.

Mathis yang mengangkat sebelah alisnya itu kemudian mengangguk. "Memangnya gak keliatan?" Sahutnya.

Cassia yang menghela nafasnya itu kemudian mengalihkan pandangannya, dan bersamaan dengan perhatian yang dialihkan bertepatan dengan tiga orang siswa populer yang baru saja keluar. Matanya bertemu dengan seorang lelaki berambut hitam yang juga sedang mengarah tatapannya padanya.

"Cassia," panggil Mathis yang membuat Cassia kembali menoleh ke arah pandangan semula.

"Ayo cepetan." Ucapnya Mathis.

Cassia menggelengkan kepalanya. "Gue gak mau naik motor, gue bareng Dynne aja." Cassia yang berkata itu kemudian berjalan pergi melewati kakaknya menuju mobil yang sudah terlihat dan dia bergerak untuk memintanya berhenti.

"Why?" Seru Mathis.

"Gue pake rok, aset gue keliatan ntar." Sahut Cassia.

"Yaudah tinggal ditutupin pake jaket gue." Ucap Mathis enteng.

"Gak mau, rambut gue juga ntar berantakan." Timpal Cassia yang menghampiri mobil sahabatnya yang sudah berhenti. Dia kemudian membuka pintu bagian penumpang.

"Dynne gue bareng lo." Minta Cassia yang disetujui saja oleh sahabatnya itu, Cassia yang kemudian masuk ke dalam mobil itu kemudian Mathis hampiri dan lelaki itu bergerak untuk meminta kaca mobil tersebut dibuka.

"Dynne jangan langsung pulang kalau udah sampai rumah." Mathis berkata yang sedikit membungkukan tubuhnya untuk melihat perempuan yang mengemudikan mobil ini.

"Gue mau ke kantor, disuruh Daddy." Terang Cassia.

Mathis menghela nafasnya. "Yaudah, gue juga ke sana."

"Gue di belakang kalian." Ucapnya kemudian melirik ke arah Dynne yang langsung merubah ekspresinya dengan senyumannya.

Cassia yang tidak berekspresi itu kemudian menutup kembali jendela, Mathis yang kemudian melihat mobil tersebut mulai melaju. Mathis pergi menuju motornya dan memakai helmnya sebelum akhirnya dia juga melajukan motor besar kesayangan tersebut.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang