59. Won't be able to

82 6 3
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Coba ukuran 8." Minta Cassia kepada wanita yang dengan sopannya mengangguk lalu mengambilkan sebuah kotak dan mengeluarkan sebuah benda kecil bundar yang lalu di berikan kepada Cassia.

Mencobanya masuk ke dalam jari manisnya, Cassia yang memutar-mutar cincin tersebut merasakan apa cicin tersebut terlalu pas atau kebesaran. Menunjukkan kepada kekasihnya yang ada di sampingnya, Cassia kemudian bersuara.

"Terlalu besar ya?" Tanya Cassia kepada Thiago.

Lelaki tersebut pun langsung meraih tangan Cassia dan memegang cincin yang melingkar di jari manis Cassis. Thiago menggeleng. "Udah pas." Balasnya.

"Ini masih longgar." Cassia berkata.

"Kalo terlalu pas nanti jari kamu sakit." Thiago menimpali.

"Ya kan mbak?" Thiago menoleh pada pelayan di depannya itu. Lalu langsung diangguki dengan sopannya.

"Mau coba ukuran di bawahnya?" Tawar pelayan tersebut. Cassia langsung mengangguk, Thiago yang merasa baru saja disetujui itu sekarang malah tidak.

"Kalo longgar jadinya miring." Cassia berkata.

"Ya udah coba kamu maunya yang mana." Thiago mengalah. Sekarang Cassia beralih mencoba Cincin selanjutnya yang ukurannya lebih kecil dari sebelumnya. Perempuan ini langsung merasakan cincin tersebut lebih melingkar di jarinya.

Saat ini mereka sedang mencoba Cincin untuk pertunangan mereka yang sebentar lagi akan diadakan. Cincin yang mereka beli ini untuk Cincin pasangan. Berbeda dengan Cincin yang Thiago berikan, Cincin itu hanya dikhususkan untuk Cassia.

"Ini pas gak, jadinya gak miring." Cassia tersenyum melihat tangannya yang terpasang cincin tersebut. Thiago yang meraih tangannya itu langsung melihatnya.

"Terlalu pas nanti ada bekasnya, Babe." Thiago berkata.

"Tapi jadinya gak gerak-gerak." Cassia berkata yang kemudian menggerakkan tangannya.

"Nanti kalo jari kamu membesar gimana?" Ucap Thiago.

"Maksud kamu aku nanti gendut?" Cassia menyahut.

Mendengar hal itu Thiago langsung sadar kalau ucapannya mengarahkannya ke hal bahaya. Thiago menggeleng. "Nggak, maksudnya. Coba kamu kepalin tangannya." Ujar Thiago kemudian membuka tangan Cassia mengepal, membuat jari-jari tersebut menjadi dalam bentu yang berbeda.

Mengerutkan keningnya, Cassia yang melihat tangannya itu juga merasa cincinnya mengencang. "Tuh cincinnya jadi kecil." Tukas Thiago.

Melirik Thiago, Cassia kemudian menarik tangannya. "Alesan." Ucapnya.

Menahan helaan nafasnya, Thiago hanya menarik sudut bibirnya. "Kalo kamu gak merasa apa-apa, ya udah yang ini aja." Tuturnya.

"Nggak, mau yang nomor 8." Cassia kemudian berkata melepaskan cincin tersebut. Thiago hanya bisa bersabar.

Pelayan tersebut mengangguk. "Kalau gitu saya ambilkan ya, jadinya nomor 8 dan nomor 12." Ucapnya kemudian pergi mengambil cincin pertunangan tersebut.

Melipat tanganya, Cassia menunjukkan kalau moodnya memburuk. Thiago yang melihat itu langsung segera bersiap untuk merayunya kembali. "Babe," Thiago menyentuh bahu Cassia.

"Sayang" Thiago kembali memanggil tapi Cassia tidak juga melirik ke arahnya.

"Kamu marah ya?" Tanya Thiago.

"Nanya." Cassia bersuara jutek.

"Jangan marah dong, habis ini kan mau Fitting baju." Ujar Thiago.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang