70. Release

167 5 2
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Akhirnya kembali ke kediaman utama dari Keluarganya, Dynne melangkah memasuki Rumah utama Victorie. Tidak ada yang berubah setelah Dynne lebih banyak menghabiskan waktu tinggal di Apartemennya sendiri. Dynne masih merasakan suasana yang sama.

Di tengah langkahnya menuju tangga yang mengarah keberadaan Kamarnya yang tidak berpindah sama sekali. Dynne dihampiri oleh seorang Wanita paruh baya yang menyambutnya dengan senyumnya.

"Dynne akhirnya kamu pulang." Adeline memeluk tubuh putri bungsunya ini. Dynne yang membalas pelukan itu mulai ingin merasakannya, perasaan di mana orang-orang memperdulikannya. Sebelumnya dia tidak pernah memikirkan hal tersebut.

"Udah makan sayang?" Tanya Adeline, karena saat ini masih dibilang waktu untuk makan siang.

Menggelengkan kepalanya, Dynne membalas. "Belum Ma."

"Kalau gitu ayo makan dulu, kamu keliatan lemas gitu." Ajak Adeline kemudian mengarahkan Dynne menuju meja makan yang terlihat sudah tersusun menu makanan.

Menyuruh Dynne duduk, Adeline kemudian menyiapkan alat makan untuk putrinya ini. "Biar Dynne aja Ma." Ucap Dynne yang menghentikan kegiatan Adeline.

Adeline tersenyum. "Makan yang banyak ya." Ujarnya. Dynne mengangguk saja membalasnya. Adeline yang kemudian bergerak duduk di kursi terdekat itu kemudian juga mengambil piringnya, dia juga baru mulai untuk makan siang. Tidak disangka dia akan makan siang bersama putri bungsunya ini.

Melihat pelayan yang datang untuk menyajikan minum. Adeline kemudian berkata. "Tolong panggilkan Lilien untuk makan juga." Titahnya kepada pelayan tersebut.

"Baik." Balas pelayan tersebut.

Dynne yang melirik pelayan yang kemudian pergi melakukan perintah Mamanya itu hanya melirik sesaat. Dia tidak mau terlalu memikirkannya. Karena tiba-tiba saja pikirannya ini teringat akan hubungannya dengan kakak satu-satunya itu yang cukup rumit.

"Daddy mana Ma?" Tanya Dynne yang tentu saja mengejutkan Adeline yang sedang mengambil makanan-makanan di depannya. Dia sampai terhenti seketika menatap putri bungsunya ini.

"Daddy?" Beo Adeline. Dynne mengangguk.

"Daddy sedang ada urusan di luar Kota seperti biasa." Jawab Adeline dengan perasaan sedikit aneh, karena tidak biasanya Dynne membahas soal suaminya itu.

Dynne mengangguk dia kemudian kembali fokus pada makanannya untuk memulai makan. Sementara Adeline masih menatapnya menelisik karena masih tidak percaya Dynne menanyakan soal Deimos. Sepertinya juga ada yang berbeda, Dynne terlihat lebih santai walau dia juga terlihat lemas tidak seperti biasanya.

"Sayang kamu lagi sakit?" Tanya Adeline yang sebenarnya sudah sangat penasaran kenapa putrinya ini seperti ini.

Mengangkat pandangannya, Dynne yang merasa Mamanya ini bisa mengerti dirinya itu berpikir untuk mengalihkan jawabannya. Tapi tetap saja hal itu akan sia-sia, seorang ibu akan selalu mengerti bagaimana kondisi putrinya.

"Dynne cuma lagi merasa lelah aja Ma." Jawabnya dengan jujur.

Adeline berdeham. "Kalau gitu habis kamu makan istirahat aja, Mama juga bakal kasih Vitamin." Balasnya.

Dynne menarik sedikit sudut bibirnya kemudian mengangguk kecil.

Tidak lama dari itu, seorang perempuan lain itu datang menghampiri meja makan ini dan bergabung. Dia sedikit bereaksi melihat keberadaan Dynne di meja makan ini yang tidak seperti biasanya.

"Dynne?" Lilien bersuara.

"Ayo makan bareng, udah lama kan gak makan bareng." Adeline berkata. Lilien yang menoleh kepada Mamanya selama beberapa saat itu kembali melirik adiknya.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang