46. Can I believe it?

110 5 1
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Saat ini Dynne sedang mempersiapkan kebutuhannya untuk pergi liburan melakukan perayaan sesuai janjinya dengan Cassia. Dengan tas berukuran sedang, Dynne tidak terlalu membawa banyak pakaian atau bawaan lainnya. Beberapa hal penting sudah dia masukan ke dalam tasnya, dia tidak perlu membawa koper untuk berlibur satu malam yang baru rencananya.

Karena Dynne yakin pasti akan ada penambahan waktu, karena sahabatnya yang sedikit plin-plan itu. Di tengah kesibukannya, ponselnya itu bergetar menandakan telepon masuk. Mengambil ponsel tersebut, Dynne kemudian menjawabnya.

"So are you leaving today?"

"Ya." Jawab Dynne sembari mengakhiri persiapannya.

"Di mana tempatnya?"

Lelaki yang masih tidak Dynne beritahu keberadaan di mana dia akan berlibur bersama sahabatnya itu masih terus bertanya-tanya. Kythan benar-benar di tahan oleh Dynne agar tidak ikut, dia tidak menjawab pertanyaan seperti apa yang baru kembali dia dengar.

"Besok gue kasih tau." Balas Dynne akhirnya.

"Dynne, kasih tau aja. Gue gak akan ikut."

"Not now." Dynne yang berjalan masuk ke dalam ruangan pakaiannya itu melihat-lihat lagi pakaian yang dia miliki dan mungkin dia akan berubah pikiran setelah melihat lalu membawanya.

"Don't worry me, I just want to know where you are."

Terdengar Kythan sudah memasrahkan diri karena tidak juga mendapatkan jawaban langsung dari Dynne. Walau dia bisa mencaritahu sendiri, akan lebih baik dia tau langsung dan pada akhirnya dia tidak akan terkena masalah jika diketahui mengikuti Dynne tanpa sepengetahuannya.

Terdiam selama beberapa saat, Dynne yang kembali keluar dari ruang pakaian tersebut. Menghela nafasnya, dia kemudian duduk di sisi tempat tidur. "Slveloka Beach, Merlynn Hotel." Balasnya.

"Room?"

Masih belum selesai, Kythan ingin mengetahui sampai detailnya dia bisa bertemu dengan Dynne nantinya. Sementara perempuan yang mendapatkan pertanyaan tambahan itu menjawab. "Gue belum tau, nanti gue chat."

"Okay."

"You still haven't left yet?"

Dynne berdeham sebagai jawabannya, beberapa saat kemudian dia menoleh ke arah pintu yang diketuk beberapa kali yang membuatnya menjatuhkan perhatiannya ke arah pintu tersebut yang kemudian terbuka menampilkan seorang perempuan langsung mengarahkan pandangannya ke arahnya.

Lilien melihat adiknya dengan tanda sebuah ajakan yang membuat Dynne langsung mengerti.

"I'll text you later." Ucapnya kemudian memutuskan sambungan telepon tersebut.

Bangkit dari tempatnya, Dynne yang melihat kakaknya melangkah keluar itu kemudian mengikutinya sesuai apa yang dia pikirkan saat melihatnya. Mengajaknya menuju sebuah ruangan, Lilien yang berhenti di tempatnya itu kini berhadapan dengan Dynne.

"Kamu akan pergi liburan?" Tanya Lilien.

Dynne hanya mengangguk.

"Holiday?" Lilien berkata dengan lebih memperjelas maksudnya melalui nada dan ekspresinya.

Dynne yang menahan helaan nafasnya itu masih menatap Lilien lurus. "So what?" Sahutnya yang sudah mengerti. Lilien yang berpikir Dynne juga akan berlibur dari pekerjaannya, yang artinya dia tidak akan melakukan apa-apa pada tujuannya bekerja.

"Kamu tau pengaruh apa yang terjadi jika melakukannya untuk saat ini." Ujar Lilien.

"It won't affect me." Balas Dynne.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang