62. Same thing

87 3 1
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Lilien menatap layar monitor komputernya, tertegun. Dùlciën baru saja membuat Victorie kembali merosot begitu saja. Ternyata ini yang akan dilakukan oleh Dynne, membuat Victorie seketika dipandang rendah seperti posisinya saat ini. Nama Victorie seperti berada sejajar dengan Perusahaan yang baru saja mendapatkan kesuksesan yang benar-benar baru didapatkan setelah 1 tahun bekerja saja.

Benar-benar tidak sepadan dengan Victorie yang sudah bertahun-tahun berdiri dan bekerja untuk masyarakat.

Benar-benar gila, Lilien yang tentunya tidak akan tinggal diam itu kemudian langsung mengerjakan sesuatu untuk membuat Victorie kembali naik. Hal ini membuat berita-berita bermunculan untuk mengabadikan posisi Victorie yang sangat jauh berada di bawah.

Jika ini terus dibiarkan, bisa saja citra Victorie berkurang dan tidak dapat dukungan dari pihak-pihak yang ikut terlibat dalam menopang Victorie.

Di saat Lilien sedang sibuk membuat Victorie naik, Deimos masuk ke dalam ruang kerja milik pemimpin Perusahaan Victorie saat ini. Langsung menghampiri Lilien, Deimos melihat layar yang terlihat sedang bekerja sesuai kendali Lilien.

"Dynne baru saja melakukannya?" Deimos bersuara. Berita yang muncul dengan cepat itu juga membuat Deimos langsung mengetahui tentang keadaan Perusahaan Victorie saat ini.

Lilien mengangguk. "Dia tidak segan-segan lagi, apa yang dia lakukan benar-benar parah." Tutur Lilien masih tetap fokus.

"Baiklah, Daddy akan melakukan sesuatu untuknya." Ucap Deimos yang beralih mengambil sebuah Laptop yang ada dekatnya. Berjalan menuju area sofa, Deimos tiba-tiba saja langsung terduduk tenang dengan Laptop yang dia ambil.

Menarik meja dari samping, Lilien yang melihat Ayahnya yang terlihat asik sendiri itu membuatnya mengerutkan keningnya. Beralih ke layar monitor yang lain, Lilien kemudian bergerak menyambung aktivitas Layar dari Laptop yang sedang ada di tangan Ayahnya tersebut.

Karena itu Laptop miliknya, Lilien bisa berbagi layarnya dan sekarang dia dapat melihat apa yang Deimos sedang lakukan. Mengerutkan keningnya, Lilien yang sampai berhenti untuk melihat apa yang sedang dilakukan Deimos itu benar-benar membuatnya tidak dapat mengiranya.

"Ini bagus." Gumam Lilien yang menonton satu layar monitor komputernya.

"Dynne tidak akan terpikirkan hal ini." Lilien kembali bersuara berbicara pada dirinya sendiri.

Menganggukkan kepalanya yakin, Lilien kemudian kembali fokus memperbaiki Victorie yang menjadi prioritasnya saat ini. Karena Dùlciën, tugas membalas sudah ada di tangan Deimos. Yang dilakukan Deimos tidak akan terkira oleh Dynne, karena sama halnya dengan Lilien. Lilien tidak pernah terpikirkan apa yang akan dilakukan Ayahnya.

Deimos memang bisa mengerti apa yang dipikirkan Putri-putrinya atau apa yang tidak akan terpikirkan oleh Putri-putrinya.

Sementara itu di sisi lain, perempuan dengan bekas luka di wajahnya itu mengerutkan keningnya. Dia tidak menduga Dùlciën akan mendapatkan balasan yang begitu menekannya. Bergerak menggulirkan layar laptopnya, Dynne benar-benar tidak berpikir kalau Lilien akan melakukan ini.

Persiapannya sia-sia, dan berakhir terlambat. Karena itu Dynne langsung bergerak melakukan sesuatu untuk mempertahankan Dùlciën dari tekanan Victorie yang membuatnya tidak bisa bergerak kemanapun.

Menghela nafasnya panjang, Dynne berakhir menyandarkan punggungnya pada penyangga kursi yang dia duduki. Dùlciën tidak bisa aktif selama beberapa hari ke depan? Apa yang akan Dynne lakukan?

"Sialan." Umpatnya.

Menggigit tangannya, Dynne bergerak menyentuh luka lebam yang ada di pipinya. Masih terasa sakit namun tidak sesakit itu lagi.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang