56. Hot and cold

114 10 5
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Sudah aku kira, Dùlciën masih milik Victorie."

Lelaki yang duduk menghadap sebuah laptop yang terbuka dengan layar menyala menunjukkan tampilan sebuah halaman berita terbaru yang dirilis beberapa jam lalu. Tangannya yang mengepal, rahangnya yang mengeras, serta tatapan penuh dendam mengarah lurus pada tulisan yang terpampang dengan jelas pada layar laptopnya.

Brak!

Tangannya yang sudah gatal tidak tahan lagi setelah terkepal selama beberapa saat, tetap membuatnya meraih laptop tersebut dan membanting ke arah bagian depan meja yang ada di seberangnya. Membuat laptop bermerk mahal itu kini sudah hancur tidak sempurna lagi.

Beberapa saat kemudian, keributan yang dibuat oleh lelaki tersebut membuat pintu masuk yang ada di depan sana terbuka memunculkan seorang wanita yang terlihat berusaha untuk tidak takut.

"Sir?" Laura kemudian berjalan menghampiri Bosnya, siapa lagi kalau bukan Davide Anderson. Yang saat ini sudah berada di posisi teratas pemegang perusahaan milik keluarga Anderson.

Telah menggabungkan perusahaannya yang sudah bisa dibilang bangkrut setelah kejadian 10 tahun tersebut, akhirnya perusahaannya itu digabungkan dengan perusahaan utama milik Anderson dan kini bisa tetap berdiri.

"Siapa pemimpin Dùlciën sebenarnya? Lilien? Dynne? Mereka sama saja, tapi siapa yang paling berpengaruh jika aku hancurkan?" Seru Davide kepada sekretarisnya tersebut.

Laura yang baru berani berbicara itu setelah dia melirik benda elektronik yang hancur berada di lantai yang dia pijak. "M-menurut rumor, Dùlciën masih berada dikendali Victorie. Mungkin pemimpin Victorie saat ini Sir. Dynne hanya sebagai pemegang saja."

Orang-orang yang mendapatkan berita tersebut kebanyakan langsung berspekulasi bahwa Dùlciën adalah perusahaan yang didirikan untuk teknik marketing mereka membuat Victorie tetap berada di kejayaan.

Berdecak, senyuman miring Davide terukir. "Lilien ya," ucapnya dengan nada menyeramkan, Davide benar-benar sudah merasa penuh dendam dengan keluarga tersebut. Berpikir selama beberapa saat, Davide yang menyadarkan punggungnya itu kemudian menghela nafasnya panjang.

"Kita perlu berhati-hati, jangan terlalu gegabah." Tutur Davide. Laura hanya bisa mengangguk menyetujui Bosnya ini.

"Pertama-tama singkirkan anak kecil itu, hancurkan dia." Ucap Davide.

"Kita akan melakukannya dengan perlahan." Senyum Davide yang licik tetap terukir.

Melihat Bosnya yang semakin seram setelah dendamnya selama bertahun-tahun sudah dia simpan hingga penuh dan segera akan meledak jika tidak dikeluarkan sedikit demi sedikit. Hanya bisa menelan salivanya diam-diam, Laura menganggukkan kepalanya pertanda kalau dia juga setuju dengan lelaki di depannya tersebut.

"Kirimkan seseorang,"

Beralih ke sisi lain, seorang perempuan yang baru saja sampai di tempat yang dia tinggali itu kemudian duduk di area mini Bar dengan minuman yang mengisi kebutuhan mineral dalam tubuhnya.

Dynne yang baru selesai dari pekerjaannya itu beristirahat sebentar dengan meminum air mineral, ponselnya yang menyala selama beberapa detik itu memunculkan notifikasi dari seorang perempuan yang merupakan sahabatnya.

Cassia

Dynneeeee!

Don't forget that at 10 o'clock I will treat you to a drink!

Menarik sudut bibirnya tipis, Dynne yang menghela nafas samar itu kemudian melirik ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dia benar-benar baru pulang dari pekerjaannya dan 1 jam lagi dia harus pergi menepati janjinya.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang