71. Will never end

548 9 0
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Perempuan yang menjawab panggilan suara dari seseorang yang terus menghubunginya itu dengan sebagian ucapan yang seseorang itu katakan adalah sebuah keluhan. Sementara perempuan yang sedang berada di sebuah ruangan dengan pemandangan perkotaan di malam hari yang membuat hamparan cahaya yang hanya berbentuk titik.

"Dynne, are you really serious? It's like you're abandoning us!"

"You have been given responsibility, kalau gak mampu cari aja orang yang bisa dipercaya—"

"Gak-gak! Thank you, gue masih mampu. Ngeluh sedikit wajarlah, ekhem!"

Menyandarkan posisi duduknya, Dynne yang berdeham itu mengartikan kalau dia mengerti. Memandang keindahan yang ada di depan matanya, Dynne yang teringat akan perusahaan yang telah dia dirikan hingga sebesar sekarang itu sangat dia mengerti akan semakin banyak pekerjaan yang berat.

Terutama saat ini dia sedang menyerahkan seluruh pekerjaan yang harusnya menjadi pekerjaannya itu kepada Harvey. Hingga beberapa pekerjaan harus tertunda karena hanya dirinya yang bisa melakukannya atau perannya sangat penting dalam pekerjaan tersebut.

"Look at your account tomorrow." Ucap Dynne.

"Hahah lo emang bos paling pengertian! Ngerti dikitlah, lagi ngumpulin buat modal masa depan."

Dynne menyunggingkan senyumnya tipis, dia mengingat bahwa kehidupan Harvey ini cukup terkekang oleh pekerjaan. Terutama apa yang Dynne perlukan selama tahun-tahun lalu, membuat kehidupan normal orang pada umumnya sulit benar-benar lelaki itu lakukan.

"You have—?" Tanya Dynne, mungkin dengan memastikannya Dynne bisa sedikit memikirkan soal kehidupan normal yang harus tangan kanan yang sudah mengabdi padanya selama ini.

"Sedang diusahakan."

Dynne berdeham mengerti, tiba saja dari satu kata yang dikatakan oleh Harvey itu membuat Dynne terpikirkan sesuatu yang bisa menguasainya setelah ini. Usaha? Dynne sudah merasa lelah dengan apa yang dia lakukan, terlebih dia tidak terlalu kuat dengan tekanan di sekitarnya.

Orang-orang yang melakukan usaha untuknya.

Dynne tidak sekuat itu, tapi dia mampu dalam beberapa hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan kemampuannya dalam hal tersebut. Pengaruh orang-orang yang memang sudah dalam perhatiannya, tidak bisa Dynne pertahankan.

Dynne yang terdiam itu membuat Harvey memastikan apa Dynne masih berada di sambungan telepon. Sampai akhirnya Dynne kembali tersadarkan.

"Gapapa,"

"No need to worry, tomorrow we will discuss again about what you need." Ucap Dynne sebelum akhirnya menutup panggilan telepon tersebut.

Menurunkan ponselnya, Dynne yang kemudian menaruh ponselnya ke atas meja itu membuat perhatiannya juga teralihkan ke arah sebuah kotak kecil yang kemudian dia ambil. Membuka kotak tersebut, Dynne melihat beberapa batang rokok yang tersisa.

Pikirannya yang benar-benar mempengaruhi perasaannya itu membuatnya menghabiskan beberapa batang rokok selama beberapa hari ini. Dan saat ini, akibat perkataan Harvey membuatnya kembali merasa pikirannya mempengaruhi perasaannya.

Berakhir mengambil satu batang rokok tersebut, Dynne kemudian menaruhnya di bibir merah muda yang sedikit pucat tersebut. Mengeluarkan pematik apinya, Dynne yang belum benar-benar membakar ujung rokok tersebut teralihkan oleh ponselnya yang tiba-tiba saja menyala memunculkan sebuah notifikasi.

Mematikan api dari pematik tersebut, Dynne kemudian mengambil ponselnya dan membuka notifikasi tersebut. Melihat sebuah halaman berita yang muncul, Dynne membaca judul berita tersebut.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang