ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Suara deruman dari salah satu kendaraan yang sedang melintas di jalanan itu lebih mendominasi, karena kecepatannya pun juga melebihi kendaraan lain yang melintas. Pengendalian dari seorang lelaki yang mengendarai Motornya itu benar-benar dengan lihainya menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya.
Hingga saat dia sampai di sebuah Rumah Sakit, lelaki itu menghentikan kendaraannya dan dengan cepat memasuki Rumah sakit tersebut dan melangkahkan kakinya menuju area yang menjadi tujuannya. Mendapatkan kabar yang benar-benar mengejutkannya, dia secepat kilat datang.
"Kak! Dynne—" saking khawatirnya Kythan melihat pintu bertuliskan dengan cetakan berwarna merah yang menunjukkan kalau ruangan tersebut adalah ruangan khusus kondisi darurat.
"Dynne masih ditangani, tenang aja. Dynne pasti selamat." Lilien meraih bahu Kythan dan memberikan ketenangan pada lelaki yang terlihat sangat mengkhawatirkan kondisi adiknya tersebut.
Menarik nafasnya dalam-dalam, Kythan berusaha untuk tetap membuat dirinya tenang. Mendengar Lilien dengan keyakinan, perempuan itu selalu dengan benar memberikan keyakinan apapun tentang perempuan yang sedang dalam penanganan atas kecelakaan yang terjadi padanya.
Tidak sepenuhnya bisa tenang, Kythan tidak bisa diam di tempatnya. Dia terus mondar-mandir tidak sabar menunggu pintu dari ruangan gawat darurat tersebut terbuka.
Kini tidak hanya Kythan dan Lilien yang berada di depan ruangan tempat Dynne ditangani, Deimos dan Adeline menyusul dengan secepat mungkin setelah mereka diberikan kabar oleh tentang apa yang terjadi.
"Lilien, Dynne gimana? Dia baik-baik aja kan?" Adeline menghampiri Putri sulungnya dengan air matanya penuh kekhawatiran bercampur perasaan takut itu.
"Dynne masih ditangani Ma, dia pasti baik-baik aja." Ucap Lilien. Adeline pun mengangguk dengan keyakinan penuh.
"Kenapa Dynne bisa kecelakaan? Ini karena mereka lagi?"
"Lilien, masih ada orang lain? Bukan hanya Anderson—?"
"Don't discuss it now, think about Dynne's condition!" Lilien berkata dengan sedikit emosi, Ayahnya ini memang mengkhawatirkan Dynne dengan cara berbeda. Itu membuat Lilien tidak habis pikir karena setiap hal yang dilakukan Deimos tidak pernah dia kira.
Deimos terhenti. "Maaf." Ucapnya.
Menahan Lilien, kini Adeline yang bergantian menenangkan Lilien. "Tidak apa-apa Lilien, kita semua mengkhawatirkan Dynne." Tuturnya.
Menghela nafasnya, Lilien kemudian bergerak duduk di kursi yang ada di dekatnya. Berusaha untuk mengendalikan dirinya, Lilien juga harus berpikir dewasa akan semua hal yang sedang terjadi. Dynne akan selalu menjadi fokusnya.
Kythan yang masih belum bisa sepenuhnya tenang itu kemudian mendapatkan Deimos yang meraih bahunya dan berusaha bersama untuk bisa tenang dan yakin, bahwa Dynne akan baik-baik saja.
Sementara itu dari ujung lorong di sana, seorang lelaki yang berlari mengarah tempat berkumpulnya semua orang yang mengkhawatirkan Dynne itu. Harvey tersenyum canggung di tengah orang-orang yang kini menatap ke arahnya.
Lirikannya tentu lebih lama tertuju kepada Deimos Victorie yang saat ini sedang menatap ke arahnya. Dia sedang bertatapan dengan seorang Deimos Victorie. Mengalihkannya, Harvey yang cukup bingung harus berkata apa itu akhirnya bersuara.
"Dynne's assistan." Ucap Harvey kepada orang-orang yang masih menatapnya tanpa ada satu pun yang bersuara.
"Dynne pasti baik-baik saja, dia sudah biasa mengalami kecelakaan mobil—" ucapan Harvey terhenti saat lelaki yang yang ada di sampingnya itu menatapnya dengan tatapan yang cukup tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP
Ficción GeneralHubungan Dynne dan Kythan berjalan dengan tidak lancar, ketika salah satu dari mereka terjebak dalam trauma masa lalu. Berawal tertipu dengan sebuah rencana yang tidak pernah diduga, hingga akhirnya jatuh sejatuh-jatuhnya dalam perasaan terdalam yan...