35. Bad Thing

144 12 3
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Dynne, lo lagi kenapa? Diem mulu." Ucap Cassia, mereka sedang berjalan untuk pergi pulang. Karena pembelajaran hari ini telah selesai. Dua sahabat ini tengah mengobrol sembari berjalan keluar gedung.

"Hari ini lo kebanyakan diemnya deh." Imbuh Cassia. Karena perbedaan Dynne hari ini dengan hari sebelumnya itu benar-benar berbeda. Cassia menjadi merasa lebih aneh dengan sahabatnya yang memang hanya bicara seperlunya biasanya.

Sebelum-sebelumnya saja sudah irit berbicara, dan keiritan itu terasa lebih lagi hari ini. Dynne yang menoleh dan tidak langsung menjawab juga memberikan jeda waktu sebelum akhirnya dia berdua walau dengan kata yang singkat, tidak jelas, namun sangat padat.

"Gapapa." Jawab Dynne.

Cassia berdecak. "Perasaan datang bulan lo harusnya udah selesai deh, jadi gak ada mood-swing gitu." Ujarnya dengan perasaan sedikit kesal.

"Lagi ada masalah?" Tanya Cassia.

Kali ini Dynne tidak menjawab, pertanyaan yang Cassia berikan tidak perempuan berambut merah pekat sepekat Wine bergelombang ini tidak terbantah atau teriyakan. Membuat Cassia langsung berpikir kalau jawabannya pasti benar, karena biasanya seperti itu.

"Masalah apa? Cerita sama gue."

"Sekarang lo jangan langsung pulang deh, ke rumah gue dulu." Ucap Cassia kembali.

Dynne yang menggelengkan kepalanya itu, kini dia menghentikan langkahnya karena seharusnya titik dia berdiri sudah jadi titik perpisahan mereka. Karena Dynne yang membawa mobil sendiri dan Cassia yang dijemput seperti biasanya.

"Gue duluan." Pamit Dynne.

Kepergian Dynne tanpa kejelasan untuk Cassia itu membuat perempuan dengan rambut pendek yang dia selipkan satu bagiannya ke belakang daun telinganya itu menghela nafasnya panjang. Dia merasa harus mengerti apa yang dia sendiri tidak tau.

Sementara itu, Dynne yang pergi menuju mobilnya itu kemudian masuk ke dalamnya. Namun baru saja dia berada di posisi duduknya seperti biasanya saat dia berada di mobil. Dynne merasakan sesuatu yang berbeda, ada ketidak seimbangan. Membuatnya langsung turun dari mobil berwarna hitam tersebut.

Melihat bagian belakang salah satu bannya, benar saja apa yang Dynne rasakan itu benar. Salah satu bannya kempes dan terlihat kalau ban tersebut kempes dikarenakan kebocoran. Untung saja dia bisa menyadari hal ini, karena jika tidak akan sangat berbahaya jika dia kendarai di jalanan.

Menghela nafasnya, Dynne yang mengangkat pandangannya itu melihat ke sekelilingnya, dia yakin ada seseorang yang telah melakukan hal ini. Dan benar-benar niat ingin mencelakainya.

Orang-orang yang sudah mengetahui kesialannya hari ini itu hanya bisa berkomentar dan seperti biasanya Dynne menjadi bahan pembicaraan mereka saat ini. Namun Dynne tidak peduli sama sekali, setelah tidak sengaja bertatapan dengan seorang lelaki yang tampak terus menjatuhkan perhatiannya padanya. Dynne langsung mengalihkan pandangannya, membuang mukanya dan beranjak masuk ke dalam mobilnya.

Mengambil ponselnya, tentunya Dynne akan memanggil seseorang untuk menjemputnya.

"Harvey, tolong kirim mobil ke sekolah sekarang."

"Buat?"

"Jemput."

"Mobil lo?"

"Bannya bocor, cepet." Balas Dynne.

"Okay."

Telepon tersebut pun terputus, Dynne yang menghela nafasnya itu melihat ke arah bagian depan dari mobilnya. Terlihat kalai orang-orang sudah mulai meninggalkan area ini dengan kendaraan yang mereka bawa. Beberapa saat kemudian, Dynne yang melirik ponselnya yang menyala karena notifikasi itu kemudian Dynne kembali ambil dan membukanya.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang