43. One problem

127 8 0
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Setelah pergi dari area Kantin, Dynne yang sudah malas berada di area yang menjadikan dirinya pusat perhatian. Kini dia melangkah menuju Lift dan sesampainya dia di depan pintu silver tersebut, Dynne menekan tombol untuk menuju kelasnya yang ada dibeberapa lantai di lebih tinggi dari tempatnya sekarang.

"Dynne!" Panggil Cassia yang datang menyusul sahabatnya ini. Nafasnya cukup terenggah, karena dia juga baru saja kabur dari Kakaknya sendiri karena kalau tidak lelaki itu juga akan membuat Cassia menjadi korban perhatian orang-orang. Karena hingga saat ini status mereka masih dirahasiakan.

"Mathis emang nyebelin, nanti gue kasih pelajaran." Ucap Cassia yang kemudian menghela nafasnya panjang.

Dynne yang tidak membalas apapun itu hanya melirik sahabatnya singkat, sejak pernyataan Mathis saat di rumah Cassia waktu itu. Dynne merasa tidak aneh lagi jika sikap Mathis padanya tidak seperti orang biasanya. Dia sendiri tidak terpikirkan untuk terlalu peduli, karena Mathis adalah adik dari Cassia. Dia tidak mau akan ada hubungan tidak baik atau berlebihan nantinya.

"Sialan, liat ada yang foto lo. Udah gila emang dia bisa kayak gitu." Cassia menunjukkan foto yang baru saja tersebar tersebut, sampai muncul di grup kelas mereka dan menjadi perbincangan panas spal Dynne yang dekat dengan Mathis Kepala Pimpinan Carshens ini.

Melihat foto tersebut, perhatian Dynne langsung teralihkan kepada pintu Lift yang terbuka. Perhatiannya bukan lagi karena Lift tersebut sudah bisa dia naiki, namun seseorang di dalamnya.

Bertatapan dengan Kythan yang berada di Lift di depan Dynne, Dynne melihat ekspresi wajah Kythan yang dapat dengan mudah Dynne mengerti. Begitu pula dengan tatapan yang diarahkan padanya.

Cassia yang melihat dua orang di depannya yang tampak sedang dalam kondisi tidak sebaik yang biasanya dia lihat, melihat Kythan yang hendak keluar itu tiba-tiba saja Dynne gagalkan dengan dirinya yang juga masuk ke dalam Lift dan menahan tangan Kythan.

Sampai pintu Lift tersebut tertutup, Cassia tidak lagi melihat mereka berdua. Tampak terdiam selama beberapa saat, Cassia yang melirik ke sekitarnya itu melihat orang-orang yang beberapa dari melihat kejadian tersebut juga tampak terdiam karena terkejut sebelum akhirnya menjadi ramai.

Sementara itu Cassia yang melihat angka Lift yang mulai naik, dia kemudian beralih ke Lift lain untuk bisa segera menaikinya. Saat baru saja menekan tombol, pintu Lift tiba-tiba saja terbuka memperlihatkan siapa yang ada di dalamnya.

Merasa cukup terkejut, Cassia yang sampai kembali dibuat diam itu kini dikarena salah seorang yang dia lihat. Thiago, kini ada di depan matanya. Setelah kejadian yang terjadi di antara mereka, kini mereka baru bertemu lagi. Karena rasanya sudah lama, membuat suasana di antara mereka sedikit berubah.

Hingga seorang pemecah keheningan datang, dia memencet tombol agar pintu Lift tidak kembali tertutup.

"Kenapa pada diem?" Mathis yang bersuara sembari melirik ke arah dua sisinya itu juga mengerutkan keningnya.

Melirik singkat, Cassia kemudian masuk ke dalam Lift diikuti Mathis yang masih merasa heran. Dia juga sampai melirik Thiago dan Bryant kembali, dan berpikir sejenak kenapa hal seperti tadi terjadi.

Sementara itu dua orang yang sedang saling berbicara hanya dengan mengandalkan gesture tubuh mereka itu tidak membuat perhatian orang lain selain mereka menjadi tertarik kepada mereka. Bryant yang heran kenapa dia dan Thiago tidak turun dari Lift ini, namun tentu saja keheranan Bryant langsung ditimpali oleh keinginan Thiago yang masih ini berada berdekatan dengan Cassia.

Suasana Lift benar-benar canggung, khususnya karena Cassia dan Thiago benar-benar tidak bertegur sapa. Cassia sendiri merasa tidak ingin menyapa duluan karena keadaan yang dia alami saat ini, sementara Thiago belum terlalu memiliki keberanian untuk menyapa setelah kejadian malam itu.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang