55. Always the same

108 8 9
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Tetap tinggal di sini, terlalu bahaya jika kamu pergi sekarang."

Perempuan dengan rambut hitam pekat yang menatap Kakaknya yang beru saja berkata pada itu kemudian dia balas. "No me voy ahora". (Aku tidak akan pergi sekarang.)

Melihat adiknya yang mengalihkan pandangannya darinya, Lilien melihat Dynne yang mengedarkan pandangannya pada seisi ruangan di salah satu ruangan yang ada di bangunan Kastil ini. Peninggalan yang benar-benar erat dengan seorang Victorie. Suasana di sini pun pasti mengingatkan mereka yang melihatnya teringat pada sosok Victorie yang memiliki Aura Bangsawan di setiap generasinya.

"Kamu membuat masalah karena mempublikasikan dirimu, ada berapa banyak perusahaan yang kamu buat diam selain Davide? Mereka yang memiliki dendam denganmu." Tutur Lilien kepada adiknya ini.

Sementara Dynne yang kemudian kembali mengalihkan pandangannya kepada Lilien itu menatap Lilien setelah mendengarkan penuturannya. "Itu bukan masalah besar, untuk apa dipikirkan? Te preocupas demasiado por mí". Balas Dynne. (Kamu terlalu peduli padaku.)

Menahan helaan nafasnya, Lilien memang selalu mengkhawatirkan Dynne kapanpun dan apapun yang Dynne lakukan. Bahkan jika dia bisa melarang, dia tidak ingin Dynne mempublikasikan diri kalau dia adalah pemilik dari Dùlciën. Perusahaan yang memiliki sisi gelap dan tujuan yang tidak akan orang-orang kira kalau perusahaan itu didirikan untuk menghancurkan Victorie.

Banyaknya Perusahaan yang merepotkan karena ingin menyingkirkan Dùlciën dari kesuksesan, membuat Dynne yang memiliki satu tujuan itu merasa terganggu hingga dia memiliki untuk membuat perusahaan-perusahaan yang menggangunya itu 'diam'.

"Masalah kecil bisa menjadi besar, jangan sampai membuatmu celaka." Ujar Lilien.

Dynne tidak menjawab dia hanya menarik sudut bibirnya samar sebelum akhirnya perhatiannya teralihkan pada ponselnya yang bergetar menandakan ada panggilan yang masuk. Melihat layar ponselnya tersebut, Dynne melihat bahwa Ayahnya menelepon.

"Jawab Dynne." Titah Lilien yang juga melihat layar ponsel adiknya tersebut. Sementara Dynne yang belum bergerak untuk menjawab panggilan dari sebuah kontak yang merupakan Deimos, kepala Victorie tertua generasi ini yang sepertinya sudah mengetahui kabar siapa yang selama ini telah mengganggu ketenteraman perusahaan Victoria.

Tidak menjawab panggilan tersebut, Dynne yang menurunkan ponselnya itu kemudian mengangkat pandangannya kembali kepada Kakaknya yang masih berada di hadapannya itu.

"Kembalikan Victorie padanya, porque quiero que reciba mi ataque." Ucap Dynne menatap Lilien dengan begitu serius. Sementara tangannya di bawah sana bergerak menekan tombol yang membuat panggilan suara yang menyebabkan ponselnya terus bergetar dan bersuara menjadi diam. (karena aku ingin dia menerima seranganku.)

"Dynne,"

Mengambil langkah pergi, Dynne akhirnya meninggalkan Lilien dengan perkataan yang tak sempat wanita itu keluarkan untuknya. Pergi keluar dari ruangan ini, Dynne yang melihat ponselnya kembali dimasuki oleh panggilan suara dari kontak Deimos itu kini dia langsung menolak panggilan suara tersebut.

Sudah menjauh dari ruangan di mana keberadaan Lilien berada, Dynne yang beralih menuruni tangga yang membuatnya langsung bertemu dengan pasangan yang menghampirinya. Gandengan tangan mereka seketika terlepas karena salah satu dari mereka lebih mendekatinya lagi.

"Dynne lo gila?" Lontar Cassia kepada sahabatnya ini.

Melihat Cassia yang sedang bereaksi tentang apa yang baru dia ketahui mengenai siapa Dynne sebenarnya yang tidak pernah dia ketahui. Menghela nafasnya samar Dynne yang belum membalas apa-apa itu membiarkan Cassia untuk bersuara.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang