61. Endure

64 7 2
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Membuka matanya perlahan, perempuan yang menggunakan pakaian yang menghangatkan tubuhnya ditambah oleh selimut yang juga menutupi sebagian tubuhnya. Mengumpulkan nyawanya, Dynne melihat ke sekitarnya memikirkan keberadaannya saat ini.

Hingga akhirnya dia mengingat kejadian semalam yang membuatnya berada di sini. Perlahan bergerak bangun, Dynne cukup berusaha karena tubuhnya yang terasa terdapat bagian yang sakit. Meringis samar, Dynne akhirnya bisa berada di posisi duduk.

Melihat kesekitarnya, saat ini Dynne tengah berada di sebuah ruangan Kamar milik lelaki yang telah menolongnya semalam. Ruangan yang tidak berubah sejak 10 tahun lalu, Dynne hanya bisa menghela nafasnya dengan sedikit rasa sakit. Sekarang dia malah kembali berurusan dengan Kythan.

Lelaki yang seharusnya dia hindari.

Melirik pintu yang terlihat terbuka dan memunculkan seorang lelaki yang masuk. Dynne dengan tatapan belum berenergi itu bertatapan dengan Kythan yang melangkah menghampirinya dengan nampan berisi makanan dan minuman yang kemudian lelaki itu taruh di atas nakas yang ada di samping tempat tidur.

Sementara Kythan kemudian duduk di sisi tempat tidur dan bersebelahan dengan Dynne, sedikit berhadapan. Bergerak meraih pipi Dynne yang saat ini terlihat jelas ada luka lebam akibat hal yang dilakukan lelaki asing yang telah Kythan hancurkan tersebut. Menyentuhnya lembut, Kythan dengan perasaan khawatir itu kemudian berkata.

"Felt hurt?" Kythan kini mengarahkan pandangannya ke arah Dynne yang sudah menatapnya lebih dulu.

Tangan Dynne yang kemudian bergerak meraih tangan Kythan itu kemudian menurunkannya, memegang tangan kekar yang terlihat memiliki beberapa bagian yang terpleset dan luka yang masih tidak tertutupi dengan sempurna membuat Dynne teringat akan keadaan yang sama sebelumnya.

Terlihat luka-luka di tangan Kythan menunjukkan seberapa brutalnya lelaki ini sudah menghantamkan tanganya hingga menjadi seperti ini. Pasti ada perasaan yang sudah menutupi dirinya dari rasa sakit saat tangannya terluka.

Mengalihkan pandangannya, Dynne yang juga melepaskan tangannya dari tangan Kythan itu. Tidak bersuara apapun setelah selang waktu dia mendapatkan pertanyaan.

Menyadari apa yang Dynne pikirkan tentang keadaan tangannya, Kythan akhirnya mengalihkannya dengan mengambil mangkuk makanan yang dia bawa. "Sekarang lo makan dulu, habis itu minum obat. Itu bakal bantu supaya lukanya gak terlalu sakit." Tutur Kythan yang kemudian mengambil satu sendok makanan tersebut dan mengarahkannya kepada Dynne.

Dynne yang melirik makanan yang ada di depannya itu terdiam cukup lama, pikirannya memang sedang cukup sedang mengganggunya. Kejadian semalam benar-benar sudah membuatnya terus memikirkan hal mengenai traumanya. Bukan lagi sebuah bayangan, rasanya Dynne memang sedang merasakannya sekarang.

Meraih sendok tersebut, Dynne mengambil alih dari tangan Kythan. Kemudian dia baru memakannya sendiri. Hanya bisa membuka sedikit mulutnya karena luka yang ada di salah satu sudut bibirnya yang terasa sakit. Membuat Dynne hanya bisa sedikit demi sedikit memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya.

Menatap Dynne, Kythan sedang merasakan kalau perempuan ini sedang dalam sebuah tekanan. Kejadian semalam pasti membuatnya sangat begitu takut hingga menimbulkan rasa trauma baru.

"Jangan sendirian lagi," ucap Kythan.

Mengangkat pandangannya, Dynne akhirnya bersuara. "Kenapa lo ada di sana?" Pertanyaan itu muncul ketika dia sadar, membingungkan Kythan yang berada di gedung Dùlciën. Menatap Kythan, Dynne menunggu jawaban itu melihat kalau Kythan yang tidak langsung menjawab itu tampak berpikir.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang