52. I'll make sure

63 5 8
                                    

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Kythan baru saja selesai mengemasi barang-barangnya untuk dia bawa menuju tempat tinggal barunya. Namun pikirannya yang tidak bisa tenang karena orang yang dia hubungi sejak tadi belum juga membalasnya. Sampai saat ini dia kembali mengecek ponselnya, Kythan melihat keterangan yang menunjukkan ketidak aktifan ponsel yang dia hubungi.

Duduk pada Sofa yang ada di salah satu sudut kamarnya, Kythan kemudian beralih menghubungi orang yang mungkin bisa mengetahui kabar dari seseorang yang tidak juga membalas pesan atau menjawab teleponnya tersebut.

Di tengah frustasinya, Kythan yang melihat pintu kamarnya dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang tampak tersenyum itu membuatnya juga tersenyum menutupi kegelisahannya.

"Kythan, sudah selesai beres-beresnya?" Tanya Velesia yang kemudian menghampiri Putra Sulungnya yang hendak pergi untuk mempersiapkan diri menjadi penerus keluarganya.

Kythan mengangguk lalu menyambut Velesia untuk duduk di sampingnya. "Udah Ma." Jawab Kythan.

"Kamu mau berangkat jam berapa? Biar Mama kasih tau Papa biar koordinasiin Pesawatnya." Ucap Velesia yang tersenyum menahan kesedihannya. Kythan yang melihatnya itu juga turut merasa sedih karena harus berpisah.

"Nanti malam aja Ma, mungkin setelah makan malam." Balas Kythan.

Velesia yang mengangguk itu masih menatap Putranya, lalu kemudian dia bergerak memeluk Putra Sulungnya yang menjadi harapan saat ini. Federic yang mungkin dalam waktu sepuluh tahun lagi harus pensiun itu membuat Kythan harus mempersiapkan diri mulai dari sekarang. Dengan segala hal yang harus dipersiapkan, Kythan harus menerima konsekuensi dari semuanya.

"Kamu jaga diri di sana ya, jangan terlalu capek. Kalau udah merasa lelah harus langsung istirahat." Velesia mengusap punggung Putranya yang sudah besar ini. Rasanya dia baru saja menjaganya bermain di halaman rumah, tapi sekarang sudah harus dia relakan tidak dapat menjaganya secara langsung.

Waktu benar-benar tidak terasa, Velesia sangat bangga dengan Putranya yang satu ini. Kythan sama sekali tidak pernah merepotkannya, atau membebaninya apapun itu. Dia bersyukur memiliki keluarga sempurna seperti ini.

"Iya Ma, Kythan selalu begitu." Jawab Kythan.

Velesia yang tersenyum dalam pelukannya itu kemudian kembali berkata. "Sering-sering kabarin Mama, kalau bisa pulang." Velesia kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Putranya ini bangga.

"Iya Ma." Kythan mengangguk menurut.

Mengangguk, Velesia kemudian melirik koper-koper milik Kythan yang sudah rapi. Dia kembali bersuara. "Dynne udah kamu kabarin?" Tanyanya.

Tidak langsung menjawab, Kythan yang beberapa kemudian baru mengangguk itu berpikir sejenak mengenai perempuan yang belum juga membalasnya. "Udah Ma, Kythan mau pergi temuin dia dulu." Balasnya.

Velesia yang kembali mengangguk itu juga tersenyum. "Hubungan kalian juga dijaga, hubungan jarak jauh itu gak mudah. Kalian harus saling percaya dan komitmen." Tutur Velesia.

Terdiam, Kythan yang sudah merasa saat ini hubungannya dengan Dynne sedang ada dalam masalah itu tidak bisa membalas Mamanya tanpa harus memikirkan semua ini. Kythan sedikit takut jika dia pergi dan jauh dari Dynne, banyak hal yang membuatnya takut. Seperti Dynne yang akan melupakannya, atau masalah lain.

Keadaan Dynne yang selalu Kythan khawatirkan juga tidak bisa dia berhenti pikirkan. "Iya Ma." Balas Kythan yang kali ini dia tidak sembari menatap Velesia. Karena masih banyak hal yang dia khawatirkan soal hubungan ini.

"Dynne gimana? Kalian udah omongin soal ini?" Tanya Velesia.

Tidak lagi langsung menjawab, Kythan masih merasa tidak yakin dan siap. Namun dia tetap menganggukkan kepala dan menjawab agar Mamanya tidak ikut merasa khawatir. "Udah Ma, Mama tenang aja." Jawab Kythan.

BREAK UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang