Jangan dibaca aja, tolong tinggalkan jejaknya. Apalagi sampai jadi silent reader. Pelit amat, tinggal klik ikon bintang aja gak akan memakan waktu selama satu menit.
Terima kasih🙏
❄️❄️❄️💦💦💦❄️❄️❄️
"Hari ini kakak kerja?" Santa bertanya pada Perth yang lagi menyemprotkan parfum pada tubuhnya di depan cermin. Dia sudah selesai dandan.
"Iya, aku titip adek ya."
Santa mengangguk ringan, dia baru saja selesai mencuci piring setelah makan malam. Tadinya Santa pikir Perth gak kerja. Soalnya hari ini capek banget, begitu sarapan selesai, mereka langsung gotong royong dan selesai di saat jam makan siang. Habis makan siang bukannya istirahat tapi malah belajar.
"Adek trauma sama suara petir, nanti kalau hujan, kamu jangan jauh-jauh dari adek ya." Di luar langit gelap tanpa bintang.
"Kok bisa? Lalu bagaimana dengan kakak? Apa kakak punya trauma juga seperti kakak Pin?" Tanya dia sembari merapikan pakaian Perth.
"Dulu ketika kami masih kecil..." Terlalu menyakitkan bagi Perth tuk mengingat kejadian itu.
"Jangan dipaksa jika kakak gak kuat tuk cerita, hembn." Santa tidak akan memaksa sembari menyentuh pipi Perth. Hal itu membuat Perth sadar dari memorinya yang kelam. Dia tersenyum pada Santa yang memandanginya dengan hangat.
Greph, Perth meraih pinggang Santa dengan tangan kirinya lalu menahan tengkuk Santa dengan tangan kanannya, dia mencium Santa. Membuat yang punya bibir sempat kaget, lalu dia balas ciuman itu semampunya.
Jika biasanya hanya ciuman biasa yang mereka lakukan, tapi kali ini tidak. Perth menghisap dan melumat bibir ranum Santa. Itu ciuman yang menuntut, "Buka mulutnya sayang." Pinta Perth membuat dada Santa bergetar. "Aku mau saja, ta—tapi... aku gak tahu ciuman yang pakai lidah." Jelas Santa dengan wajah yang memerah. Awal ciuman pernah dia coba, tapi tidak berhasil. Sehingga dia hanya berani melalukan ciuman biasa sekedar melumat bibir dan menghisapnya.
Perth mengulum senyum, "Aku yang melakukannya, kamu tinggal nikmatin aja, mau ya yank?" Pintanya sensual mana mungkin Santa tolak. Malah dia antusias, dengan semangat Nan berdebar-debar dia kalungkan kedua tangannya pada leher Perth yang kini kembali melumat bibirnya sembari mencoba memasukkan lidahnya kedalam mulut Santa.
Itu ciuman yang basah dan menggairahkan, karena Santa belum lama ini makan apel sehingga ciuman mereka ada rasa apelnya. Perth suka.
Lidah mereka saling terjerat dengan pelukan yang semakin erat. Santa terlena, pacarnya terlalu lihai memainkan mulutnya sehingga tak dapat dipungkiri ada suara decapan menghiasi ciuman mereka.
Takut pasokan oksigen Santa menipis, akhirnya Perth menyudahi ciuman yang bergairah itu. Ada benang saliva saat Perth menjauhkan bibirnya dari bibir Santa.
Mereka saling bersitatap, sukanya Perth melihat wajah Santa yang merona nan sayu menggoda matanya.
Perth mengusap lembut bibir ranum Santa yang basah dengan ibu jarinya.
Yang punya bibir sendiri pasrah dengan perlakuan Perth, lantas mata kirinya memicing kala Perth mencium keningnya. Perth membawa Santa kedalam pelukannya guna merasakan irama jantung Santa yang berdebar-debar di luar kendali.
Santa tidak bicara, namun dia membalas pelukan Perth dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Perth. Menyesap dalam-dalam aroma prianya seolah-olah tidak ada waktu lagi tuk melakukannya. Hangatnya pelukan Perth membuat dia nyaman.
"Kamu tidak perlu menungguku, soalnya aku pulang jam 3 pagi." Titah Perth seraya mengusap surai hitam Santa dengan lembut.
"Hu'umm." Gumam Santa masih berpelukan mereka. Getaran manis akibat ciuman tadi masih terasa di hati Santa, oleh karena itulah rona merah di pipinya masih belum hilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Abyss : PerthSanta - The End
FanfictionPerth Tanapon X Santa Pongsapak : Enigma X Alpha ⏩Ghostship Area☠️ ⏩Area dewasa 🔞🔞🔞 ⏩️ABO's Story ⏩MPreg Area ☠️ ⏩Typo dan kata yang hilang bertebaran 🙏 Finish : 25 Oktober 2024