107 : No Matter What

784 116 32
                                    


Jangan lupa follow, Vote dan komentarnya☺️

Happy reading💙

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Perth sudah tenggelam kedalam pikirannya, sangat dalam sampai dia tidak menyadari kehadiran Santa. Menjatuhi bom nuklir untuk tiga negara ternyata sangat membebaninya. Tentu semua yang terjadi di luar sana hanya di ketahui oleh Kanghan. Sebab yang lainnya tak pernah Perth dia izinkan tuk mengetahui dunia 5 tahun belakangan, terutama Santa dan anak-anaknya.

Perth hanya memperlihatkan yang baik-baik kepada Santa sekeluarga terutama kepada Arthur dan Juan.

Sehingga wajar, jika saat ini Nunu, Santa dan si kembar tidak tahu apapun mengenai dunia luar.

Anan selaku Duchess, terpaksa Perth beritahu tentang dunia luar. Termasuk mengenai dia yang telah membunuh jutaan nyawa di luar sana.

"Kak." Panggil Santa lembut lalu dia merebahkan kepala Perth pada perutnya. Sebab Santa berada dalam posisi berdiri sementara Perth duduk. Walaupun Perth tidak pernah cerita, namun sebagai belahan jiwanya bagaiamana mungkin dia tidak mengetahui tentang kesedihannya.

Perth sempat kaget, lalu dia tersenyum dan melingkarkan tangannya pada pinggang Santa.

Cup!
Santa mengecup pucuk kepala suaminya dengan segala kelembutan hatinya. Dia tidak bisa melihat suaminya bersedih seperti ini, "Jangan di tahan jika memang berat. Jangan dipikul sendiri di saat kakak sudah memiliki ku. Dan jangan pernah takut berbagi denganku, sekalipun luka. Percayalah, aku akan selalu ada untukmu." Ucap Santa tidak apa-ap jika memang Perth tidak mau menjelaskan, dia tidak peduli. Dia hanya ingin Perth meluapkan emosinya.

"Ingatlah kak," Santa menjeda ucapannya, dia ingin melihat manik gelap suaminya sehingga kini dia membingkai wajah suaminya. "Kita sudah menikah, sudah punya anak juga. Yah aku hanya ingin bilang, kakak tidak sendiri." Emosionalnya dengan mata yang mulai berembun.

Perth mengangguk mengerti, lantas kembali dia tenggelamkan wajahnya pada perut Alphanya yang semakin cantik sekalipun sudah memberikan dia dua malaikat kecil yang menyenangkan hati.

"Sayang, apa kamu akan meninggalkanku jika aku membunuh orang? Tak hanya itu, aku bahkan melakukan penjajahan dan juga menyiksa orang yang telah mencelakai keluargaku. Bahkan sampai sekarang aku masih menyiksa orang yang telah membuat Pin buta." Lirih Perth lalu dia menghela nafas panjang sebelum dia memandangi Santa yang mendengar kejujurannya. "Kesimpulannya, aku tidak sebaik yang kamu pikirkan, aku... berdosa!" Lanjut Perth kemudian mata terpejam, sebentar. Sebab Santa mengecup keningnya.

Bagaimana mungkin Santa tidak mengetahui semua hal yang dilakukan oleh suaminya. Yah, dia bukan pria yang bodoh.

Terlebih selama 5 tahun ini kubah negeri Pluto selalu tertutup. Terlebih para humanoid selalu sibuk. Bahkan Kanghan jarang pulang lantaran penelitian yang dia lakukan. Apalagi semenjak Alice kembali berfungsi, Perth jadi jarang di istana dan sering menghabiskan waktunya entah pergi kemana. Dan tahu-tahunya dia pulang dengan pakaian yang sudah berlumuran darah.

Santa memang tidak pernah bertanya, sebab tidak ada yang bisa dia lakukan sekalipun dia tahu. Sehingga dia memilih tuk merawat kedua anak mereka dengan sangat baik agar Perth bisa bekerja dengan tenang.

"Aku mencintaimu, kak. Terlepas seperti apapun dirimu, aku tetap mencintaimu. Sekalipun seluruh dunia mengecam mu sebagai pembunuh dan penjajah, aku tetap mencintaimu. Sebab yang aku tahu, kamu suamiku, ayah dari anakku dan pria terbaik yang pernah aku tahu. Dan... di dunia ini tidak ada yang tidak berdosa, kecuali kita mati tepat setelah kita lahir. Jadi, jangan pernah merasa terbebani dan teruslah melangkah maju. Karena aku akan selalu mencintaimu." Dia harap, kata-kata ini mampu mengurangi kesedihan Perth. Lagipula dia percaya, segala sesuatunya memang dibutuhkan pengorbanan serta resiko.

The Abyss : PerthSanta - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang