48 : Tak Segampang Itu

1.2K 184 30
                                    


Jangan dibaca aja, tolong tinggalkan jejaknya. Apalagi sampai jadi silent reader. Pelit amat, tinggal klik ikon bintang aja gak akan memakan waktu selama satu menit.

Chapter kali ini tidak ada momen PerthSanta, jadi bagi yang tidak suka skip aja.

Nanti malam aku update lagi jika votenya sudah 100.

Terima kasih🙏

❄️❄️❄️💦💦💦❄️❄️❄️

War mengusap rambutnya yang masih meneteskan air usai mandi keramas tadi dengan handuk. Dia masih saja gelisah dan frustasi karena tak dapat melupakan bayangan Anan dari pikirannya, terlebih selama beberapa hari ini Anan bertingkah seolah-olah tidak melihatnya bahkan di saat mereka berpas-pasan pun. "Seharusnya kan aku yang menjauhi dia dan mengabaikan dia, tapi ini kenapa malah dia?" Kesal dia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh seseorang.

"Ckk ... sepertinya aku harus mengiriminya pesan!" War duduk di tepi ranjang dan meraih ponsel dari atas nakas samping tempat tidurnya.

Sebuah pesan singkat segera terkirim ke nomor Anan dan menit demi menit bergulir tanpa tanda pesan itu telah dibaca oleh Omega tampan itu. War tak pernah diabaikan oleh siapa pun selama dia hidup, kali ini perkecualian. Pada akhirnya dia yang duluan menghubungi Anan.

"Berani-beraninya dia mengabaikan pesanku, hahh?!" Gerutu War sembari mondar-mandir di kamarnya seperti setrikaan, "Balas pesanku atau terpaksa aku harus meneleponmu sampai kau menjawabnya, kak!" Rutuk War kesal.

Namun, hingga satu jam berikutnya War tak juga mendapat balasan pesan yang ditunggunya. Bahkan, dengan P berderet menurun di layar chatroom, Anan tetap saja tak muncul. Akhirnya, War menekan tombol untuk menelepon Omega itu.

Nada sambung terdengar berulang dan War masih juga belum bisa berkomunikasi dengan Anan. Setelah terus bersabar menunggu, suara lembut itu tidak pernah muncul melainkan suara operator.

Sontak amarah yang tertahan sedari tadi kini menyeruak keluar. "Sialan, sudah seperti pejabat saja, sulit sekali untuk menghubungi dia!" Monolog War dengan nada menggerutu. Dia belum tahu kalau ponsel rusak karena dia mendorong Anan kedalam kolam ikan waktu itu.

"Kamu kenapa War, marah-marah sambil melihat layar ponsel. Lagian siapa yang kamu telepon malam-malam begini?" Pemilik suara ini Keng, dia masuk kamar bersama Krittin.

"Darimana kalian di jam segini baru pulang?" Dia malah mengalihkan topik pembicaraan seraya meletakkan ponselnya di meja.

"Sebenarnya bisa saja kami cepat pulang jika ban motor Krittin gak bocor." Jelas Keng lalu segera menyambar kain handuk, dia mau mandi. Sudah gerah banget dia.

"Kamu mencoba menghubungi kak Anan ya? Mau minta maaf?" Tebak Krittin membuat air muka War segera berubah.

"Gak, siapa juga yang menghubungi manusia pembohong seperti dia." Kilah War di tatap sengit dia oleh Krittin jadinya.

"Kamu membenci kak Ana karena dia omega atau karena kamu merasa dibohongi? Jika karena dia Omega, aku rasa itu konyol banget, gak semua omega itu seperti papamu. Berhentilah memukul rata semua omega War!" Muak juga dia dengan kebencian War pada para Omega. Dia menghampiri War yang duduk di tepi ranjang, lalu dia menepuk pundak War dan menatapnya. "Ingat War, Alpha maupun Beta juga bisa menjadi pelakor. Tak mesti jadi Omega tuk menjadi pelakor! Dan bukan Anan juga yang menyebabkan mamamu mati bunuh diri!" Krittin sudah mendengar cerita versi lengkapnya dari orang tua War dan juga dokter psikologi yang telah mencoba menyembuhkan mama War dari depresinya. Tapi gagal.

*Coba tebak siapa dokter yang telah merawat mama War?

War tertegun, tapi setelahnya bayang mamanya mati dalam bathtub yang dipenuhi dengan air warna merah akibat darah yang mengalir dari pergelangan tangannya yang tersayat kembali menghantuinya. "Tapi andaikan omega sialan itu tidak datang kedalam kehidupan keluarga kami mamaku tidak mungkin depresi kemudian bunuh diri." War menolak keras perkataan Krittin.

The Abyss : PerthSanta - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang