24 : Tersipu Malu

1.3K 174 37
                                    

Jangan dibaca aja ya guys, tolong tinggalkan jejaknya. Apalagi sampai jadi silent reader. Pelit amat, tinggal klik ikon bintang aja gak akan memakan waktu selama satu menit.

Terima kasih🙏

❄️❄️❄️💦💦💦❄️❄️❄️

Ponsel di nakas bergetar, nama Blue tertera di sana.

"Selamat malam dek!" Sapa Blue semangat.

"Belum tidur, kan? Bisa kita ngobrol sebeny? Aku di luar jendela kamar Perth."

Satu kalimat yang Santa dengar membuat tubuhnya bergetar. Bagaimana bisa dia masuk ke pekarangan rumah ini di saat pintu pagar rumah sudah di kunci. Terlebih kamar Perth berada di lantai dua, pakai apa dia naik ke balkon kamar?

Untuk memastikannya, Santa berjalan mendekat ke jendela dan membuka tirainya. Ponsel di telinganya hampir saja meluncur bebas ke lantai saat sosok yang baru saja terkekeh di ujung telpon ada di hadapannya.

Santa memberikan gelengan dan dia cemberut.

"Sampai kapan abang nunggu di sini? Dingin, banyak nyamuk, nih! Mana udah hampir dua jam, lagi?" ucapnya lagi sedikit terdengar dari ponsel yang ditempelkan Santa depan dada. Karena saking terkejutnya dia melihat keberadaan Blue di luar.

Dua jam? Artinya saat Perth sudah pergi keluar menemani Sammy beli buku. Freen belum pulang dari tempat dia mengajar, biasanya Sammy pergi bersama Freen untuk hal beginian.

Tapi yang jadi pertanyaan sekarang adalah kenapa dia datang sembunyi-sembunyi? Bimbang, harusnya Santa tidak boleh memasukkan laki-laki lain ke dalam kamar kekasihnya tanpa izinnya.

Setelah beberapa detik berperang dengan hati nuraninya, diapun membuka jendela dengan sangat hati-hati agar tak kentara decitannya. "Lah, aku kok ikut-ikutan sembunyi-sembunyi gini? Terus dia dapat tangga darimana?" Suara hati Santa kini ikut bingung. Lantas dia teringat tadi sore Thomas mengeluarkan tangga tuk mengambil buah mangga di depan rumah. Mungkin dia lupa memasukkan tangga itu kedalam rumah.

Begitu dia buka lelaki berhoodie hitam itu langsung memeluk Santa sembari menutup mulut Sanya yang hampir saja terpekik kaget.

"Ssstttt ... tenang, abang gak bakal ngapa-ngapain, kamu! Abang cuma mau lihat kamu. Habis kemarin kamu gak masuk kuliah dan juga gak ikut les dance. Abang pikir kamu kenapa-kenapa, hehehe..." Jelas Blue tetap menahan tangannya di pinggang Santa. Membuat yang punya pinggang segera meronta, terlepas dan memberikan tatapan tajam pada Blue.

"Keluar sebelum ada yang menyadari sesuatu di kamarku, bang! Keluar!" Santa mendorong dan berbisik hampir tak terdengar pada Blue.

"Dengan satu syarat!" katanya menahan tangan Santa di dadanya, namun segera Santa tepis.

"Abang kenapa sih, gak seperti biasanya. Aneh banget tahu gak." Ucap Santa yang merinding dibuatnya lantaran karena tadi dia sempat merasakan jantung Blue yang berdebar-debar, ditambah tatapan lembut nan sayu penuh puja pada pria itu.

Jujur, Santa tak pernah merasakan sedekat ini dengan lelaki selain orang tuanya dan Perth.

Sementara detak jantung Blue sudah seperti genderang perang. "Syukurlah kamu baik-baik saja. Abang pikir kamu demam karena tak terbiasa melakukan pekerjaan rumah." Lembut Blue sambil mengelus surai hitam Santa lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Santa. Hal itu membuat tak bisa mengendalikan pikirannya dengan baik. Dari bahasa tubuh Blue, terlihat jelas kalau dia tertarik dengan dirinya.

"Kamu ... cantik banget malam ini, terlebih piyama tidur yang kamu pakai terlihat dibuat khusus untukmu."

Bisikan itu bagai racun yang merasuk di setiap embusan napas Santa. Dia tidak nyaman lantas dia menjauh dan meluruh ke lantai. Dia menyesal memasukkan lelaki asing ke kamar kekasihnya. Mereka bahkan berpelukan dan dia membelai kepalanya dengan bebas.

"Ok! Abang salah! Maaf ... abang cabut! Besok abang jemput di depan gerbang fakultas kamu, ya? Bye!" Dia tampak sedikit panik dan langsung melompat keluar saat ada yang mengetuk pintu kamar. Itu lantai dua loh, kehabisan kata-kata Santa dibuatnya.

"Ada apa Mint?" Tanya dia setelah membuka pintu, perasaannya masih kalut dan merinding mengingat kejadian tadi. Walaupun niat Blue baik yaitu memastikan apa Santa baik-baik saja. Tetap saja membuat Santa tidak nyaman dan risih. Dia sungguh tidak menyangka Blue tertarik dengan dirinya. Dia pikir hubungan mereka selama ini real sebagai ikatan persahabatan.

"War mana?" To The point dia setelah mencari War.

"Ouh dia, katanya tadi dia mau jemput kak Anan." Jawab Santa kemudian dia mendengar Mint berdecak kesal.

"Kalau senior Perth?"

"Pergi ke toko buku bareng kak Sammy. Emang kamu mau apa sih sampai nanya-nanya tentang mereka? Kamu ada tugas kelompok dengan War?"

"Bukan urusanmu!" Jawab dia ketus sukses membuat Santa gondok. Terlebih dia pergi begitu saja

⏩⏩

War mendadak mendekatkan dada bidangnya kepada tubuh Anan yang duduk di sebelah kursi kemudi. Dia terus mendekat dan mendekat hingga wajah mereka berhadapan nyaris tak berjeda. Dapat keduanya rasakan deru nafas masing-masing.

"Ya Tuhan, apa dia akan menciumku?" Suara Anan dalam hati dengan dadanya yang kian membuncah. War membuat dia menggila.

"Apa War sudah memiliki rasa kepadaku hingga dia ingin menciumku?" Lihatlah, betapa jauhnya hayalan Anan untuk pria yang dia cintai.

War menjemput dia berdasarkan perintah Perth. Dan dia juga tidak keberatan, karena dia memang ingin melihat wajah Anan dan bertukar kata dengannya.

Namun tiba-tiba terdengar bunyi 'KLIK!' Seuah sabuk pengaman telah terpasang di pinggang sang Omega yang sudah ketinggian hayalannya.

"Kenapa kakak menutup mata?.. . Aku hanya ingin memasangkan sabuk pengaman karena sepertinya kakak lupa memakainya. Sungguh tidak ada maksud lain apalagi sampai mencium kakak." Dia tergelak dalam hati karena merasa Anan seperti anak gadis yang lagi jatuh cinta.

Anan sontak membuka mata dengan wajahnya yang terasa panas karena malu.

"Kamu memang bodoh Anan! Bisa-bisanya kamu berpikir War akan mencium bibirmu, memangnya kamu siapa, hah?!" Keluhnya dalam hati. "Kamu pasti sudah gila berpikir War menaruh hati padamu!" Racaunya lagi dalam hati.

'Aku hanya menikmati kebersamaan denganmu.. Aku ingin membuatmu senang dan membuatmu tersenyum bahagia' lagu yang berputar saat ini.

Anan membuang muka dan pura-pura melihat jalanan luar, debaran di jantungnya tak jua tenang. Sementara War, dia melirik pada jemari Anan.

Sambil menatap ke depan, dia dengan sengaja menjulurkan tangannya sendiri... merayap hingga akhirnya kedua jemari mereka saling bersentuhan dan kini menjadi genggaman yang erat.

Sontak, hal itu membuat Anan memandangi War yang tetap bertingkah seperti tidak terjadi apapun diantara mereka.

Mengulum senyum Anan di buatnya, sedangkan War. Dia senang Anan tidak marah dan melepaskan tautan tangan mereka. Kini keduanya sama-sama menikmati momen sederhana seperti ini. Nyaman dan menenangkan.

"Kak, Kedepannya... apa boleh aku seperti ini? Menggenggam tanganmu lalu berjalan menyisiri pantai?"

Anan tersenyum lalu dia mengangguk ringan.

Tanggapan Anan membuat War tersenyum senang, mungkin dia sudah gila tapi dia memang senyaman itu ketika bersama Anan. Entah kenapa pengen aja dia manjain Anan dan memperlakukan dia dengan spesial ketimbang dengan yang lain.

Malam ini, Anan tidak bisa tidur. Tatapan wajah teduh di bawah temaram sinar bulan, bisikan dan genggaman tangannya masih terasa nyata bagi Anan. Hangat, nyaman, dan membuat dia candu.

Sepanjang malam dia habiskan dengan tersipu-sipu salah tingkah di atas kasur. Miring ke kanan, ke kiri, telentang, tengkurap bahkan berdiri dan duduk lalu berbaring lagi. Jatuh cinta memang berjuta rasanya.

Sementara War sendiri, dia masih asyik belajar sampai dini hari di ruang tamu agar dia tidak menganggu Anan yang tidur.

❄️❄️❄️💦💦💦❄️❄️❄️

Tbc...

Oke, saingan untuk Perth sudah tampak ya hilalnya... jadi kalau Perth nya tetap seperti sekarang, bisa-bisa Perth dia tikung.

Sementara saingan untuk Santa lagi OTW...

The Abyss : PerthSanta - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang