41 : Belenggu

1.2K 223 22
                                    

Chapter kali ini alurnya maju mundur.

⏩️⏩️

Jangan dibaca aja, tolong tinggalkan jejaknya. Apalagi sampai jadi silent reader. Pelit amat, tinggal klik ikon bintang aja gak akan memakan waktu selama satu menit.

Terima kasih🙏

❄️❄️❄️💦💦💦❄️❄️❄️

Meen baru saja mengusir Omega Dominan yang dia temui di pesta benang merah. Tadinya dia pikir Omega itu bisa membuat dia bergairah dan membangunkan kejantanannya yang pemilih.

Setelah memaki boxer, Meen berjalan menghampiri balkon kamar hotel.

Tikk!
Dia memantik pemantik api tuk menyalakan rokoknya lalu menghisapnya. "Fyiuuuhhhh..." Dia menghembuskan asap rokoknya ke langit malam berhias bintang gemintang.

Dia gagal lagi.

Sepertinya, hanya Pin seorang yang mampu membuat dia bergairah dan hanya dia seorang yang mampu membuat kejantanannya berdiri dengan gagah dan menembakkan bibit unggulnya.

Terkadang Meen lelah juga dengan dirinya sendiri, serasa ingin nyerah aja dia nyari pasangan hidup dan memilih hidup sendiri tuk selamanya. Namun posisi dia sebagai putra mahkota mengharuskan dia tuk punya pasangan dan memberikan keturunan.

Dia bahkan tidak punya pilihan selain mengemban jabatan sebagai putra mahkota, karena mamanya tidak akan pernah membiarkan dia lepas dari jabatan tersebut. Apapun yang terjadi, mamanya akan melakukan segala cara tuk membuat dia menjadi raja di negeri Venus.

Begitu rokonya habis, Meen menghubungi Engfa, "Iya, aku ingin mama melamar Pin Tanapon tuk menjadi permaisuriku."

"Apa kau gila? Apa tidak ada yang lain selain dia? Bahkan Thita masih menunggumu sampai sekarang!"

"Tidak, aku tidak gila dan aku tidak punya pilihan. Sebab hanya dia yang bisa membuat milikku bangun ma. Aku sudah mencoba melakukan sex dengan Omega Dominan lainnya, tapi tidak berhasil. Milikku sama sekali tidak bangun."

Terdengar amukan besar di seberang telepon.

"Ma, apa mama masih di sana?" Jujur Meen lelah. Lelah di tekan dan dituntut oleh mama dan papanya.

Di luar dia mungkin terlihat kuat dan bahagia tanpa beban dan masalah, namun dalamnya hancur.

"Baiklah, mama akan melamarnya. Tapi bukan tuk jadi permaisuri melainkan hanya sebagai selir tuk memberikanmu keturunan."

"Jangan gila ma! Asal mama tahu, dia bahkan menolak putra mahkota negeri Jupiter karena dia menjanjikan hal yang sama seperti mama. Mama pikir hanya aku seorang yang menginginkan dia sebagai istri. Jadi jika aku ingin menikahinya, maka aku harus menjadikan dia sebagai permaisuri. Itupun, belum tentu dia terima karena dia putra Kanghan yang punya segalanya." Jelas Meen selalu frustasi jika bicara dengan mamanya. Dia tahu orang tuanya menyayanginya tapi tidak begini juga kan.

"Jadi selir atau tidak sama sekali!" Keputusan Engfa sangat sulit tuk di rubah dan takkan pernah bisa.

Meen menghela nafas panjang... air matanya menganak di pelupuk matanya. Bangsawan serta pejabat yang memihak Engfa, menuntut Meen tuk memiliki keturunan, namun calon isitrinya harus bisa menguntungkan mereka dan dapat diatur. Dan posisi ratu tidak dapat diganggu gugat, harus Thita apapun yang terjadi. Sementara Mew beserta pendukungnya malah menginginkan sebaliknya. Mereka tidak peduli siapa ratunya asalkan bukan dari pihak pendukung Engfa dan mampu memberikan keturunan.

"Hahhh, sampai kapan aku begini?" Monolognya dalam hati mengabaikan ocehan Engfa di seberang telepon. Muak mendengar suara Engfa, akhirnya dia melempar ponselnya ke sembarang arah.

The Abyss : PerthSanta - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang