116 : Stage 4

883 132 34
                                    


Jangan lupa follow, Vote dan komentarnya☺️

Happy reading💙

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Malam ini, Anan merasa lebih canggung dari biasanya. Dia bukan tipe pria yang senang bertemu dengan orang yang dulu memberikan kenangan yang tak bisa dilupakan.

Selaku juru bicara Perth, dia terpaksa menghadiri pertemuan ini.

Kemarin malam, Perth memerintahkan Alice tuk meminta para petinggi negara berkumpul di ballroom White Castle.

Ruangan ballroom white Castle terlihat mewah, dengan lampu kristal berkilauan di langit-langit dan musik jazz lembut yang mengiringi pergerakan tamu yang berlalu-lalang. Mereka tampak resah, terlebih penyebaran Zombie sampai sekarang belum bisa ditekan. Walaupun awalnya mereka sangat senang karena obat C-Virus di temukan, namun siapa sangka ada wabah yang lebih berbahaya dari itu.

Negeri Jupiter serta beberapa negeri lainnya sudah lumpuh total. Bahkan di negeri Venus inipun sudah banyak kota-kota yang jatuh. Bahkan ibu kota negera inipun sudah menjadi lautan zombie. Sekalipun Mark bertindak cepat tuk memberitahu seluruh dunia mengenai virus ini, tetap saja banyak negara yang runtuh. Terlebih tak hanya manusia yang terjangkit T-Virus, hewan pun tak luput dari T-Virus. Oleh karena itulah penyebarannya menjadi sangat cepat dan tak dapat dibendung. Sebab kawanan burung yang terjangkit dengan bebas terbang di langit negeri manapun. Tikus bahkan binatang kecil sekalipun tak luput.

Ini mimpi buruk manusia sepanjang masa.

Jimmy menyesap anggur merahnya sambil memandang sekeliling. Becky, istrinya, tidak bisa ikut. Mereka sedang berada di fase di mana kehadiran bersama di acara seperti ini hanya akan menambah ketegangan. Terlebih sampai sekarang Ohm Thanakrit belum di ketahui kabar beritanya semenjak istana di serbu oleh zombie. Jimmy menarik napas panjang, mencoba menikmati malam ini meskipun hatinya terasa berat.

Di tengah kesendiriannya, sebuah suara tegas menyapanya dari belakang.

"Kamu tidak terlihat seperti orang yang menikmati hidup, bukankah kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan? Lantas apa yang membuatmu tidak bahagia?"

Jimmy berbalik, sedikit terkejut. Di hadapannya berdiri pria Alpha yang dulu teramat dia benci hanya karena dia anak dari Engfa. Wanita yang sudah membunuh ibunya dengan meracuninya.

"Di keadaan dunia yang seperti ini apakah masih bisa bagi kita semua tuk bahagia, bang?" Balas Jimmy lalu tersenyum tipis.

Meen tersenyum namun tidak sampai pada matanya yang tajam. Aura dia sebagai putra mahkota tak pernah hilang. Sehingga jika mereka berdiri berdampingan, Jimmy terlihat seperti pelayannya.

"Tapi bukankah rekan bisnismu yang membuat dunia seperti ini. Keserakahan kalian tidak ada habisnya! Kalian yang menggunakan segala cara bahkan sampai hati memanfaatkan orang-orang rasanya sungguh menggelikan mendengar kau berkata seperti itu. Seolah-olah kaupun korban seperti orang-orang yang telah kalian korbankan demi mencapai tujuan kalian."

Jimmy tertawa kecil, namun tidak bisa menyembunyikan ketakutannya kepada Meen. Walaupun dia dan Meen sama-sama Alpha dominan, namun Meen jauh lebih dari dirinya dalam segala hal. Terlebih Meen berbeda dari pria Apha yang selama ini dia temui, Meen bukan tipe Apha yang mengikuti arus, sebaliknya, dia tampak mengendalikan setiap langkahnya. Walaupun tidak terlihat jelas namun itu pasti. Pasti membuat lawannya mati. Dia setenang lautan dalam, sama halnya dengan Perth.

"Jimmy, kau apakan orang tua kita?" Sampai sekarang Meen belum mendapat kabar tentang orang tuanya.

"Orang tuaku hanya Mew Suppasit, sementara wanita gila itu, dia bukan orang tuaku." Dia menjeda ucapannya. "Tenang saja, aku hanya melakukan hal yang sama kepadanya persis seperti yang dia lakukan kepada mamaku."

The Abyss : PerthSanta - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang