Eyes

47.8K 4.7K 291
                                    

1 Juni 2008

"Yura-ya! Ayo bangun! Kau harus bersekolah!" teriakan dari seorang wanita paruh baya membuat tubuh anak perempuan bernama Yura itu bergerak pelan.

Matanya masih terpejam. Menurutnya masih terlalu pagi untuk beranjak dari kasur.

Saat dunia mimpi baru ingin kembali menyapanya, tubuhnya bergetar, Yura merasa seseorang tengah mendorong-dorong tubuhnya pelan. Membuat ia melenguh pelan sebelum kemudian membuka matanya.

Plafon yang terlihat buram adalah hal pertama yang kini Yura lihat. Merasa terganggu dengan penglihatannya, ia terus mengedip-ngedipkan matanya hingga pandangannya mulai jelas.

Tangan Yura ditarik hingga kini tubuhnya sudah terduduk dengan sempurna. Ia menatap ibunya gusar. "Eomma.. Kau.. Aku.." ucapnya pelan.

"Kau ini sedang berbicara apa? Ayo bangun! Kau harus sekolah!" Wanita paruh baya yang dipanggil ibu itu langsung berjalan ke luar dari kamar Yura, dengan pintu yang tidak ditutup kembali.

Yura mengusap matanya pelan. Penglihatannya akhir-akhir ini sangat mengganggunya.  Ia menghembuskan napas panjang sebelum kemudian mulai menggerakkan kakinya.

Keningnya berkerut. Rasa pusing yang tiba-tiba ia rasakan, bersamaan dengan rasa sulit untuk menggerakkan kakinya membuat ia bingung.

Hal tersebut memang sudah beberapa kali ia alami dalam beberapa hari terakhir, namun ia tetap tidak mengerti kenapa hal itu terjadi pada dirinya.

Setelah berhasil menurunkan kakinya dari kasur, sebuah perasaan tak enak dari perutnya membuatnya langsung memaksakan tubuhnya untuk segera berjalan ke arah kamar mandi yang terletak di samping kamarnya.

Tangannya memegang pinggiran wastafel dengan kuat, sebelum cairan yang lumayan banyak bergerak ke luar dengan paksa dari mulutnya.

Tubuhnya yang lemas membuat kakinya menekuk sedangkan tangannya berhenti memegang pinggiran wastafel. Pada akhirnya tubuhnya jatuh juga.

"Yura! Astaga!" seorang berambut panjang masuk ke kamar mandi, dan menarik Yura pelan sebelum kembali berteriak, "Eomma! Appa!"

Tepat saat itu juga kesadaran dari gadis bernama Yura itu menghilang.

-

3 Juni 2008

Yura menatap ibu dan ayahnya yang tengah berbincang-bincang dengan dokter yang kemarin ia lihat. Raut wajah mereka terlihat sangat serius, membuat ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri mereka, dan memilih duduk di kursi panjang di depan ruang dokter.

Kemarin ia ingat orang tuanya membawanya ke UGD, namun ia lupa dengan hal yang terjadi setelah itu.

"Yura-ya!" Matanya melihat ke arah perempuan berambut panjang yang tengah berlari kecil ke arahnya. "Di mana ibu dan ayah?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari kakaknya, Yura menunjuk ke arah pintu yang setengah terbuka. Membuat kakaknya langsung mengintip ke dalam sebelum kemudian menganggukkan kepalanya.

Kakaknya, Yuri, duduk di samping Yura. Melihat seragam sekolah menengah pertama yang masih terpakai rapi di tubuh kakaknya membuat Yura menghembuskan napas panjang.

Pintu dari ruang dokter berdecit, tiga orang yang dari tadi ditunggu oleh Yura keluar dari ruangan tersebut.

"Eomma, appa." panggil Yuri, membuat Yura mengalihkan pandangannya ke arah kakaknya. Terlihat sekali kakaknya itu sangat cemas.

Dokter berjenis kelamin lelaki itu tersenyum ke arah Yura, tangannya terangkat, ia mengusap kepala Yura.

"Jeongmal gamsahamnida, Jung-eusianim." ucap lelaki paruh baya, tuan Yoon. Ayah dari Yura dan Yuri itu berjabat tangan dengan dokter. (Terima kasih banyak dokter Jung)

Setelah berjabat tangan, kepala Yura diusap kembali oleh sang dokter. Dokter Jung tersenyum kembali ke arahnya, dan berkata, "Sampai bertemu minggu depan, Yoon Yura."

-

10 Juni 2008

Matanya terbuka, namun pandangannya terlihat sangat kabur. Ia hanya dapat melihat bayangan sebuah cahaya, dan mendengar gumaman tidak jelas dari banyak orang. Matanya terpejam selama beberapa detik sebelum kemudian kembali terbuka.

Tubuhnya lemah, sangat lemah. Bahkan untuk menggerakkan jari tangannya saja ia tidak mampu. Ia menarik napas panjang, sebelum matanya kembali terpejam.

-

13 Juni 2008

Jari tangannya bergerak asal. Kelopak matanya bergetar. Rasa sakit menjalar di kepalanya. Bibirnya terbuka, mengeluarkan ringisan.

Sayup-sayup telinganya mendengar suara seorang wanita yang sangat ia kenali bersamaan dengan kedua tangannya yang  digenggam.

Ringisan kembali keluar ketika matanya mulai terbuka. Ia merasa keningnya dikecup oleh seseorang.

"Yura-ya, kau dengar eomma?"

Hal pertama yang ia lihat adalah ibunya yang tengah menatapnya cemas. Matanya hitam dan sedikit bengkak.

"Yura-ya.." panggilan kedua dari ibunya, membuat Yura tersenyum kecil. Ia mengangguk pelan, dan hal selanjutnya yang ia rasakan adalah pelukan dari ibunya.

-

25 Juni 2008

Kening Yura mengerut ketika ibunya mengusap kepala Yura sebelum kemudian memakaikannya beanie.

Gadis itu bingung, kenapa ia harus menggunakan beanie tersebut. Walaupun ia tahu, bahwa kepalanya tidak lagi memiliki sebuah rambut karena telah dipangkas untuk keperluan operasi.

"Tetangga kita akan datang." Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Yura, ibunya menjelaskan kemudian tersenyum sembari melanjutkan kegiatannya, mengupas apel.

Kepalanya mengangguk pelan. Ia menatap dan memainkan jari-jarinya. Pikirannya melayang, kata-kata yang ia dengar beberapa hari lalu terngiang di kepalanya saat ini.

Ia menderita medulloblastoma.Tumor ini dikategorikan sebagai tumor malignant atau menyebabkan kanker yang agresif.

Tumor ini mengancam nyawa Yura, beruntungnya tuan dan nyonya Yoon cepat membawanya ke rumah sakit. Mungkin jika telat sedikit, Yura akan buta.

Yura tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh dokter yang merawatnya, namun ia tidak bodoh untuk mengetahui bahwa ia mempunyai penyakit.

Sekarang, bagaimana keadaannya?

Tumor tersebut sudah diangkat. Dia anak yang kuat. Jadi saya yakin, jika ia mengikuti serangkaian terapi dengan telaten, dan menjauhi makanan yang saya larang, ia akan sembuh.

Pikirannya buyar ketika pintu kamar rumah sakitnya diketuk oleh seseorang dari luar.

Seorang wanita paruh baya diikuti seorang anak lelaki bermata bulat masuk ke ruangan tempat Yura dan ibunya berada saat ini.

Anak lelaki bermata bulat itu sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, namun ketika ibunya berbicara ia mulai mengangkat kepalanya.

And she's lookin him right in the eyes.

***

Weheheh
Buat yang nanya "kak sama atau gak ceritanya sama kayak sebelumnya?"

Kira-kira sama atau gak? Hayooo

Btw bakalan oot banget nih
Ada yg reveluv?
Asli mv bad boy keren:(
Ddeulgi hot banget  woee wkwk

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang