Choose

16K 1.9K 54
                                    

Yura POV

Mataku menatap topi hitam yang aku kenal dengan kosong. Jantungku berdetak dengan normal, tetapi entah kenapa, aku merasa sesak di dadaku.

Pertanyaan terus muncul di pikiranku. Bukannya ini topi Jungkook? Kenapa dia kensini? Dia menghampiri Shinah?

Entah untuk yang keberapa kalinya, ku hembuskan napas dengan kasar.

Ku pejamkan mataku, membuat air mata yang baru saja berhenti, kini mengalir kembali.

Pikiranku melayang ke mana-mana.

Aku tidak akan menyesalkan karena menolak Mingyu?

Aku tidak akan menyesalkan karena membiarkan Mingyu pergi?

Otakku terus bertanya-tanya, apa aku akan baik-baik saja tanpa Mingyu. Otakku terus memaki diriku, karena menolak Mingyu. Otakku terus meyakinkanku, bahwa aku harus mengakhiri hubungan dengan Jungkook.

Aku meringis. Rasanya benar-benar tidak nyaman, ketika pikiran dan hati berkata lain. Otakku memang memintaku untuk menerima Mingyu, tetapi hatiku tidak. Hatiku terus mengatakan, bahwa aku hanya punya Jungkook, aku tidak bisa bila tanpa Jungkook.

Sebenarnya, jika boleh memilih, rasanya aku ingin memutar waktu. Aku ingin kembali, pada saat di mana aku pertama kali jatuh hati pada Jungkook. Aku ingin mengulang hari itu.

Seharusnya pada saat itu, aku tidak pulang sendirian.

Seharusnya pada saat itu, aku menunggu orang tuaku menjemputku di tempat les piano.

Aku memejamkan mataku rapat-rapat. Ku tarik napas panjang, kemudian ku hembuskan dengan perlahan.

Sepertinya, air dingin bisa membuat pikiranku kembali jernih.

-

Aku mengeringkan rambut dengan handuk yang bertengger di pundakku. Ku langkahkan kakiku menuju sofa yang berada di ruang tengah.

Ku ambil ponselku yang tergeletak di atas meja, kemudian ku nyalakan ponsel tersebut.

Sambil menunggu ponselku menyala, ku edarkan pandanganku ke sembarang arah.

Pandanganku terhenti pada topi hitam yang aku letakkan di atas meja.

Lagi-lagi pikiran dan hatiku berkata lain. Otakku memerintahkanku untuk membuang topi tersebut, tapi hatiku melarang tindakan itu. Hatiku memintaku untuk tetap menyimpan topi tersebut.

Pandanganku kembali terfokus pada ponselku yang sekarang sedang di pangkuanku. Ku buka ponsel tersebut, dan ku lihat banyak notifikasi pesan. Jungkook mengirimiku lebih dari empat puluh pesan permintaan maaf.

Aku tidak tahu harus melakukan apa. Apa aku balas pesan permintaan maafnya? Apa aku abaikan saja? Atau, apa aku hapus semua pesan darinya?

Fokusku teralihkan, ketika melihat layar ponselku berubah, dan sebuah suara memasuki indra pendengaranku. Mingyu meneleponku.

Ku hembuskan napas dengan perlahan. Kejadian beberapa jam lalu tiba-tiba terputar dalam pikiranku.

Mata Mingyu menatapku dengan dalam, "Yura-ya, kau tahu kenapa aku mengunjungimu kemarin?"

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang