Kakiku melangkah memasuki apartemen. Apartemen yang akan menjadi tempat tinggalku selama aku bersekolah di Seoul. Bangunan tingkat delapan yang terlihat lama yang terletak di dekat Jongno-gu.
Apartemen ini tidak mewah seperti yang biasa aku saksikan di drama-drama. Namun apartemen ini tidak pula seperti rumah susun. Setidaknya saat ingin memasuki bangunan berwarna krem ini di pintu utama harus memasuki kata sandi. Letak apartemen ini juga berada di kawasan perumahan, sehingga untuk keamanan lumayan terjamin.
Menurutku harga sewa pada apartemen ini tidak mahal, namun tidak juga dikatakan murah. Setiap flat yang kita sewa mempunyai luas sekitar sembilan puluh meter persegi. Di dalam flat, terdapat dua kamar yang masing-masing di dalamnya terdapat kamar mandi, satu ruang televisi dan dapur. Dan pada lantai dasar apartemen ini terdapat minimarket yang dapat memudahkanku untuk membeli keperluan. Flatku sendiri berada di lantai dua dari bangunan ini. Di setiap flat sudah tersedia pendingin dan penghangat ruangan, setiap kamar mandi juga dilengkapi dengan keran air hangat dan air dingin.
Untuk biaya sewa pertahun mencapai satu juta lima ratus ribu won. Menurutku harga tersebut sangat setimpal dengan fasilitas yang aku dapatkan.
Beberapa pria berlalu lalang meletakkan barang-barang mebel yang ayahku beli kemarin untuk mengisi flat. Membuat flat yang awalnya kosong mulai terisi.
"Yura-ya, lebih baik kau tungu di luar." Di balik lensa kacamatanya, ayah menatapku. Walaupun beliau tengah memakai masker aku tahu bahwa beliau tengah tersenyum.
Tatapanku beralih ke arah Jungkook yang sedang membantu mengangkat sofa. Setelah mengiyakan kata-kata ayah, aku langsung melangkahkan kakiku menghampiri Jungkook.
"Oppa," ucapku sembari mencolek pundak Jungkook, membuat Jungkook membalikkan tubuhnya menghadapku, "Aku keluar ya?"
Ia menurunkan maskernya dan berkata, "Ne, aku masih harus membantu Yoon ahjussi."
Aku mengangguk dan langsung berjalan ke luar dari flatku. Niatku untuk keluar dari bangunan ini aku urungkan ketika melihat Yuri dan ibu tengah berbincang-bincang dengan penghuni flat di sampingku.
Kakiku melangkah mendekati mereka. Setelah itu aku langsung membungkukkan tubuhku ke arah wanita paruh baya yang merupakan tetangga baruku.
"Yura-ya," ibu merangkul pundakku, "Perkenalkan dirimu."
Kembali kubungkukkan tubuhku ke arah wanita paruh baya di hadapanku yang kini tengah tersenyum. Kerutan di wajahnya terlihat dengan jelas, membuatku yakin bahwa umurnya jauh di atas ibuku.
"Annyeong haseyo, Yoon Yura imnida." Ucapku bersikap sopan.
"Panggil saya Shin halmoni." Ucapnya, terdengar sangat ramah.
"Nde." Balasku.
"Kau harus bersikap baik dengan Shin halmoni, karena ibu juga akan menitipkanmu pada beliau," ibu tersenyum ketika melihat nenek Shin menganggukkan kepalanya, "Beliau tinggal dengan suaminya dan cucunya."
"Ne, kau bisa memanggilnya Shin haraboji, anggap saja kami ini adalah kakek dan nenekmu." Lengannya yang terlihat berkerut memegang pundakku, "Biasanya setiap pagi hingga siang beliau akan menghabiskan waktunya dengan mengajar di salah satu yayasan yang berada di pinggir Seoul, kau bisa menemuinya saat sore dan malam hari. Cucuku sebenarnya tidak tinggal denganku, ia menemani orangtuanya di Jepang."
Aku tersenyum dan bersyukur dalam hati ketika tahu bahwa tetanggaku adalah seorang yang sangat ramah. "Nde, halmoni."
"Oh iya, lebih baik kau dan Yuri sekarang berbelanja bahan makanan, karena setelah flatmu sudah rapi, ibu akan memasak."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Goodbye
أدب الهواةSeorang idol besar bernama Jeon Jungkook, ternyata telah menjalin hubungan dengan seorang gadis selama lebih dari tujuh tahun. Cobaan demi cobaan mulai menerpa hubungan mereka. Mampukah mereka mempertahankan hubungan yang telah berjalan selama lebih...