Aku menatap ke arah lembar jawaban ujianku yang terisi penuh. Mengeceknya sekali lagi sebelum mengumpulkannya pada pengawas ujian.
Terdengar gumaman dari teman-temanku yang masih berjuang mengisi lembar jawaban ujian ketika tahu bahwa aku adalah orang pertama yang mengumpulkan lembar jawaban. Walaupun terbiasa dengan hal tersebut, aku tetap merasa tidak nyaman.
Tubuhku membungkuk sebanyak sembilan puluh derajat ke arah pengawas sebelum kemudian aku langsung keluar dari ruangan.
Langkah kakiku terhenti ketika mendengar panggilan dari guru Kwon. Pengajar olahraga itu mendekatiku dan bertanya, "Sudah selesai mengerjakan ujian?" Tanyanya ramah.
Setelah membungkukkan tubuh tanda hormatku padanya aku tersenyum dan mengangguk semangat, "Ne! Aku sudah selesai mengerjakannya."
Guru Kwon mengangkat sebelah tangannya yang terkepal, "Yeoksi, daedanhada!" Kemudian beliau mengajukan kepalan tangannya padaku, mengajakku untuk membalas kepalan tangannya. (Seperti yang diharapkan, kau sangat hebat)
Dengan senang hati kuarahkankan kepalan tanganku pada guru Kwon. Setelah itu diam sejenak sebelum kemudian kami tertawa renyah.
Aku menyelipkan rambut di belakang telinga sebelum kemudian bertanya, "Keundae.. ada apa Kwon ssaem memanggilku?" Tanyaku bingung.
Tawanya berhenti, kemudian guru Kwon berdeham dan berkata, "Kepala sekolah memanggilmu sekarang, beliau bilang ada yang ingin disampaikan pada anak pintar sepertimu." Ia tersenyum, "Kalau begitu saya ingin kembali ke kantor!" Ucapnya, kemudian berjalan menjauhiku.
Kekehan keluar dari mulutku ketika melihat gaya berjalan yang dibuat-buat oleh guru Kwon. Walaupun guru Kwon sudah berumur lumayan tua, namun ia merupakan guru yang paling humoris dan ramah di sekolah ini. Bahkan walaupun kami berbeda dari umur dan jenis kelamin kami, aku dan dia sangatlah dekat.
Setelah guru Kwon menghilang dari pandanganku, otakku langsung mengingat satu hal. Kepala sekolah memanggilku. Langsung saja kulangkahkan kakiku dengan terburu-buru ke ruangan kepala sekolah.
Aku memastikan pakaian dan rambutku dalam keadaan yang rapi sebelum kemudian pintu berwarna hitam yang kini berada di hadapanku kuketuk dengan pelan. Kenop pintu berwarna putih kuputar sebelum kemudian aku masuk. Ruangan berwarna hijau dengan beberapa bingkai berisikan sertifikat yang tertata rapi di dindingnya menyapa penglihatanku.
Kepala sekolah membenarkan kacamatanya sebelum menyuruhku duduk di kursi yang berada di hadapannya. Wanita dengan umur yang lebih tua dari ibuku ini tersenyum kecil ke arahku.
Tubuhku membungkuk sembilan puluh derajat sebelum duduk di hadapan guru Shin. Beliau terlihat mengambil sebuah map besar berwarna biru berisikan nilai-nilaiku selama bersekolah di sini.
"Yoon Yura, dari kelas tiga satu." Tangannya terangkat, beliau kembali membenarkan letak kacamatanya. "Kelas terbaik di sekolah ini." Ucapnya lagi sebelum tersenyum memandangiku.
Aku tersenyum canggung sebelum mengangguk pelan. "Ye, ssaem."
Beliau membalikkan lembaran demi lembaran buku raporku sebelum kembali berbicara, "Kau memang terlahir sangat pintar, saya rasa." Jeda sejenak, "Kau adalah siswa nomor satu di sekolah ini.. kau tahu itu?"
Dengan gerakan canggung aku menganggukkan kepalaku, tidak tahu harus melakukan apa lagi. Jantungku terasa berdegup cepat, mirip seperti saat aku bersama Jungkook, namun berbeda perasaan.
"Setelah ini kau akan melanjutkan sekolah menengah atas di mana?" Tanyanya. Tatapan yang awalnya terarah pada nilai-nilaiku kini beralih ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Goodbye
FanfictionSeorang idol besar bernama Jeon Jungkook, ternyata telah menjalin hubungan dengan seorang gadis selama lebih dari tujuh tahun. Cobaan demi cobaan mulai menerpa hubungan mereka. Mampukah mereka mempertahankan hubungan yang telah berjalan selama lebih...