Traps

18.7K 2.5K 286
                                    

Mataku terus menarawang ke arah plafon putih di kamarku. Aku sama sekali tidak punya niatan untuk menggerakkan tubuhku.

Sampai akhirnya aku langsung berdiri, dan merasakan pusing pada kepalaku. Cepat-cepat aku mengambil segelas air mineral dan menghabiskannya dalam hitungan detik.

Jeon Jungkook dan Lee Mingyu. Dua nama itu terus terputar di otakku seperti kaset rusak.

Sejak pertengkaranku dengan Jungkook sekitar lima hari yang lalu, ia sama sekali tidak menghubungiku. Ia juga tidak menemuiku.

Untuk Mingyu, sudah tepat empat hari setelah ia mengaku bahwa ia menyukaiku. Tidak ada yang berubah dengan hubungan kami, namun aku merasa ia semakin perhatian denganku.

Mingyu tampan dan pintar. Tidak bisa dipungkiri bahwa aku terpesona dengan ketampanan dan kepintarannya. Namun, walaupun otakku selalu menyebut namanya, hatiku tetap saja menyebut nama Jungkook.

"Aku gila!" teriakku sembari mengacak-acak rambutku.

Kakiku langsung melangkah ke kamar mandi, dan mendekat ke arah wastafel. Lubang pembuangan air pada wastafel tersebut aku sumbat, setelah itu aku mengisi wastafel tersebut dengan air.

Setelah dirasa sudah penuh, aku langsung mencelupkan kepalaku ke  dalam air.

Sepuluh detik.

Dua puluh detik.

Aku langsung mengangkat kepalaku keluar dari dalam air, ketika aku merasa membutuhkan pasokan oksigen. Bahuku naik turun karena napasku tidak teratur.

Setelah itu aku langsung meraih handuk dan mengusapkan pada wajahku, sampai akhirnya aku mendengar ponselku berdering.

Dari nomor yang tidak terdaftar dalam ponselku, namun aku tetap mengangkatnya, "Yeoboseyo?"

Suara beberapa laki-laki saling berbicara secara tidak jelas membuatku mengerutkan keningku. "Salah sambung?" tanyaku.

Baru saja aku ingin memutuskan sambungan telepon, terdengar suara seseorang lelaki yang tidak asing menyapaku, "Annyeong Yoon Yura!"

"N-ne?"

"Ini Taehyung!"

Aku tersenyum kecil ketika mendengar suaranya, ia terdengar sangat bersemangat, seperti anak kecil.

"Hari ini Bangtan tidak ada jadwal."

Keningku mengerut, namun aku tetap membalas, "Ne.. oppa? Ada apa? Maksudku.. memangnya kenapa?"

"Ck!" Terdengar decakan dari sebrang sana. "Aku tahu kau dan Jungkook sedang bertengkar!"

"Lalu?" tanyaku.

"Tapi aku dan Jimin ingin bermain game denganmu hari ini!" ucapnya lagi. "Kami akan menjemputmu ke dorm kami. Kau bersiap-siaplah!"

Mataku membesar, "Ani.. keundae, opp-"

"Tenang saja, tidak ada Jungkook di sini." ucap Taehyung, "Kalau begitu, sampai bertemu nanti!"

-

Kini aku menemukan diriku tengah berada di dalam mobil di antara Jimin dan Taehyung. Seokjin menatapku melalui kaca spion sebelum kemudian terkekeh. Hoseok yang berada di sampingnya memutar tubuh dan menatapku sembari tersenyum lebar.

"Yura-ya, ayo kita bermain game!" Taehyung merogoh saku celananya, mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi game.

Kekehan keluar dari mulutku, kemudian aku ikut membuka aplikasi game pada ponsel yang berada di tanganku.

Jimin dan Hoseok yang awalnya hanya melihat kami, langsung menyalakan ponselnya dan ikut bermain game dengan kami.

Tak terasa kami sudah sampai ke sebuah apartemen yang terletak di kawasan gangnam, dan kini kutemukan diriku tengah duduk di ruang tengah dorm Bangtan.

Di ruangan ini, aku hanya bersama dengan Seokjin, Taehyung dan Jimin, karena Hoseok bilang ia harus ke agensi untuk menyelesaikan lagunya.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku masuk ke sebuah apartemen seorang boygroup, dan di sini sangat rapi. Walaupun luas dari apartemen ini tidak jauh beda dengan luas apartemenku, dan bisa dikatakan kecil untuk tujuh lelaki yang beranjak dewasa, namun semua barang sangat tertata dengan rapi.

Aku rasa Seokjin dan Yoongi sebagai member tertua mengurus para member Bangtan dengan baik.

Tiba-tiba Taehyung yang sedari tadi hanya menatap ke arah layar ponselnya berdiri, "Aku harus ke toilet!" ucapnya sebelum kemudian menatap ke arah Jin lalu berjalan cepat ke arah ruangan.

Dan aku sangat yakin, bahwa ruangan yang Taehyung masuk bukan kamar mandi.

Seokjin berdiri, sambil memukul ponsel berwarna merah mudanya itu, ia berkata, "Aku harus mengecas baterai ponselku dahulu." Setelah itu ia menghilang dari balik pintu dari ruangan yang Taehyung masuki tadi.

Keningku mengerut, setelah itu aku menatap ke arah Jimin yang ternyata tengah menatapku. "Oppa.. sebenarnya ada apa?" tanyaku ketika ia berdiri.

Ia berdeham, terlihat kikuk, sebelum kemudian tertawa canggung dan membuat matanya menyipit. "Aku akan ke kamar sebentar.. mm.. kau tidak apa-apa kan jika aku tinggal sendiri?" Kakinya langsung melangkah cepat mendekati pintu ruangan yang dimasuki oleh Taehyung dan Jin.

"Oppa!" panggilku tepat ketika Jimin menutup pintu ruangan tersebut.

Tubuhku perlahan menyandar pada sofa. Mataku menerawang ke arah plafon.

Aku rasa ada yang tidak beres di sini. Hawa aneh sudah terasa sejak aku masuk ke mobil saat mereka menjemputku, dan kini sikap mereka semakin aneh.

Sampai tiba-tiba aku mendengar pintu utama terbuka, dan terdengar suara seseorang yang sangat kukenal berkata, "Aku pulang!"

Langkah kaki semakin terdengar dengan jelas, dan aku tahu bahwa ia tengah berjalan mendekat.

Sampai akhirnya tubuhnya mematung di tempat ia berdiri sekarang ketika mata kami saling bertemu.

I should've known from the beginning that all of these were some traps.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang