Bonus Chapter

22.6K 1.9K 494
                                    

Mataku menatap lurus ke arah gundukan tanah di hadapanku.

Setelah berdiri selama beberapa menit, akhirnya aku menarik napas dan menggelar tikar kecil di sebelah gundukan tersebut.

Hari ini, tepat tiga bulan dia pergi. Tepat tiga bulan juga, aku harus mengatakan, bahwa aku masih belum percaya dan sepertinya tidak akan pernah percaya.

Mataku berkedip selama beberapa kali, kemudian aku mulai duduk di atas tikar yang tadi kugelar. Ku lepas beanie merah yang merupakan hadiah ulang tahun dari Yura.

"Yura-ya, annyeong." Walaupun sangat susah rasanya, aku tetap memaksa bibirku untuk  tersenyum.

Tidak ada jawaban, dan itu membuat hatiku menjadi perih.

Yang aku harapkan saat ini adalah jawaban darinya, yang aku harapkan saat ini adalah tubuhnya yang berdiri di hadapanku, dengan senyuman menghiasi wajahnya, kemudian ia berkata bahwa semua yang terjadi selama tiga bulan terakhir ini hanyalah lelucon.

Ku hembuskan napas panjang.

"Mianhae, akhir-akhir ini aku jarang ke sini." Ucapku. "Tapi kau harus tahu bahwa hari ini, aku mungkin akan sangat lama di sini."

Bibirku kembali tersenyum. Walaupun aku rasa senyuman ini pasti terlihat sangat pahit.

Aku merogoh tasku kemudian ku keluarkan sebuah tempat makan, dan sebotol air mineral.

"Ngomong-ngomong aku membawa mandu." Ku suapkan sebuah mandu ke mulutku. "Tapi.. Lebih enak mandu yang aku makan bersamamu saat di rumah sakit."

Aku menganggukkan kepalaku, dengan baju lengan panjang yang aku kenakan saat ini ku usap bibirku pelan.

Sengaja memang aku mengenakan lengan panjang ini, supaya Yura tidak mengetahui bagaimana hancurnya aku setelah kepergiannya.

"Omong-omong.." Ku telan mandu yang baru saja selesai ku kunyah, "Kau belum melihat piala ini secara langsung bukan?"

Ku letakkan tempat makan tersebut di sebelahku, kemudian ku ambil sesuatu dari tasku.

Sebuah piala berbentuk mic, berwarna emas, dengan kotak yang berada di tengah yang bertuliskan Billboard Music Awards.

"Omong-omong aku belum meberitahumu. Jika Namjoon hyung atau semua member hyung mempersembahkan piala ini untuk ARMY.. Aku akan mempersembahkan piala ini untukmu."

Aku terkekeh, ku pandangi piala tersebut, "Aku sayang dengan seluruh ARMY, tanpa terkecuali.." Mataku beralih ke arah gundukan tanah tersebut. "Tapi aku juga sangat sayang denganmu."

"Jadi, karena sudah diwakilkan oleh member hyung, aku akan mempersembahkan ini untumu." Hening sejenak.

Kini aku tertawa, "Mengakulah! Kau pasti senangkan?!"

Piala yang sedari tadi ku pegang, ku kembalikan ke dalam tas. Kemudian aku kembali mengambil sumpit dan hendak memakan mandu.

Aku menarik napas panjang, ketika menyadari bahwa sumpit yang berada di genggamanku tengah ku cengkram dengan keras.

Kedua sudut bibirku kembali terangkat, pandanganku beralih ke arah makamnya.

"Ngomong-ngomong, beberapa hari yang lalu Jin hyung mengatakan bahwa aku semakin kurus." Aku terkekeh.

Aku menghembuskan napas kasar, "Dahulu, hanya kau yang selalu mengingatkan aku makan setiap jamnya." Beberapa detik kemudian aku terkekeh, "Aku lupa karena kau tidak mengingatkannya lagi."

"Jangan marah!" Tawa sumbang kembali terdengar dari mulutku, "Jika kau masih ada pasti wajahmu sudah merah, dan kau akan mengomel!"

"Aku hapal semua kebiasaanmu!" aku kembali terkekeh, "Jangan mengira bahwa Jeon Jungkook yang bisa segalanya selain belajar ini tidak mengingatnya!"

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang