Unknown

15.7K 2K 152
                                    

Acara penyambutanku yang dihadiri oleh ketiga sahabatku menjadi fanmeeting kecil-kecilan untuk Jungkook. Ia bernyanyi, menari, dan menandatangani album serta poster yang sengaja dibawa oleh ketiga sahabatku.

"Oppa!" Nara membenarkan tatanan rambutku, "Aku membawa polaroid, dan memiliki satu sahabat sesama ARMY, apa aku boleh meminya selca dan tandatanganmu?" Tanyanya, "Ini yang terakhir, aku janji!"

Jungkook tertawa kecil. Tanpa menjawab pertanyaan Nara, ia merebut kamera tersebut, dan langsung mengarahkannya pada wajahnya.

Senyuman manisnya membuatku ikut tersenyum. Apalagi saat ia menandatangani polaroid tersebut. Dia sungguh bagaikan malaikat.

Ayah dan ibu sudah masuk ke kamar untuk tidur. Aku tahu mereka lelah mengurusku selama satu hari penuh. Sedangkan Yuri duduk di sampingku, sesekali ikut berbincang-bincang.

Hari sudah semakin malam, dan ketiga sahabatku sudah mulai berpamitan untuk pulang.

Jungkook yang berada di sampingku juga terlihat memerah matanya. Aku tahu dia sangat lelah, karena sehabis mengantarku, dia harus menari dan menyanyi untuk ketiga sahabatku.

"Tidurlah.." Kata Jungkook.

Aku mengangguk. Tidak bisa dipungkiri bahwa aku juga sangat lelah, "Tidak apa kau tidur di sofa?" tanyaku sembari berdiri.

"Gwaenchanha, akukan kuat." Ia berdiri dan ikut memelukku, "Siap-siap ya, dua hari lagi kita akan melakukan jumpa pers." Bisik Jungkook, kepalanya ia letakkan di pundakku.

Aku menghela napas kasar, "Apa yang harus aku katakan pada mereka?" tanyaku. Tiba-tiba antungku sedikit berdetak lebih cepat dari biasanya, "Aku takut." gumamku.

Tangan Jungkook terangkat, ia mengelus kepalaku pelan. Dapat kurasakan kasih sayang yang ia coba berikan padaku. "Tak perlu takut.. Ada aku di sini." Jeda sejenak, "Kau harus ingat bahwa kau telah berjuang melawan kanker.. Jadi aku percaya bahwa kau juga bisa melawan pers."

Aku mengangguk pelan. Ragu untuk berkata 'ya' karena bukan hal itu yang aku takutkan sebenarnya. Namun mendengar Jungkook berkata, "ada aku di sini" membuatku merasa hangat, nyaman, dan aman.

"Tidurlah, kau tidak boleh kelelahan!" Jungkook langsung melepaskan pelukannya dan mencium pipiku pelan, "Nice dream sayang."

Pipiku memanas karena perbuatannya. Kepalaku langsung tertunduk, dan kupukul lengan berototnya, membuatnya tertawa. Aku yang masih malu langsung berjalan cepat menuju kamar, "Tidurlah yang nyenyak," ucapku sebelum menutup pintu kamar.

Pelan-pelan kuposisikan tubuhku di samping Yuri yang sudah tidur dengan nyenyak. Aku berdoa terlebih dahulu, sebelum kemudian kututup mataku. Baru saja dunia mimpi akan menyapaku, getaran ponselku yang berada di nakas mengembalikan kesadaranku.

Kuambil ponsel tersebut, dan melihat sebuah pesan, entah dari siapa.

Unknown Number
Jangan harap kau bisa hidup dengan tenang!

Hembusan panjang napasku mewakilkan perasaanku. Sudah ketiga kalinya aku mendapatkan pesan darinya yang berisi ancaman. Aku tidak tahu pengirimnya siapa. Bahkan awalnya aku kira hanya orang iseng yang berusaha mendapatkan perhatian dariku.

Hal ini yang sebenarnya membuat diriku resah. Tapi aku rasa Jungkook, dan orangtuaku tidak perlu tahu perihal hal ini.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan dari orang itu." gumamku pelan, sebelum kemudian kembali kupejamkan mataku.

Tidak ada.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang