Happy

25.4K 3.1K 176
                                    

Sudah lebih dari enam hari aku berlatih sepeda dengan Jungkook, dan selama itu aku mulai mengenal Jungkook lebih dekat.

Dari warna apa yang ia suka, makanan apa yang selalu ia makan setiap malam, hingga cita-citanya. Bahkan aku baru tahu bahwa ia mempunyai suara yang sangat merdu dan ia juga mengikuti taekwondo.

Semua yang ia lakukan menurutku sangat menarik, entah memang seperti itu adanya atau karena aku mulai menyukainya. Tapi menurutku opsi kedua itu yang paling benar, karena  aku tidak ingin berbohong lagi. Aku juga menyukainya.

Aku mulai yakin dengan perasaanku setelah menghabiskan waktu hampir satu minggu bersamanya. Berlatih sepeda, memakan es krim, menonton ia dan teman-temannya bermain bola, melihatnya menggambar dan masih banyak lagi.

"Jangan lupa nanti malam, di lapangan!" ucapnya ketika aku membuka pagar rumahku.

Aku tersenyum kecil sebelum kemudian mengangguk semangat. Tanganku kembali menuntun sepeda ke pekarangan rumah sebelum kemudian menoleh ke arah Jungkook yang ternyata tengah menatap ke arahku. Ia tersenyum dan melambaikan tangan, kemudian menyuruhku untuk masuk ke rumah.

Tanganku terangkat, melambai ke arah Jungkook sebelum kemudian kulepas sepatu dan membawanya masuk ke rumah.

"Dengan Jungkook lagi?" Tanya ibu yang sedang menonton televisi bersama Yuri.

Yuri tertawa kecil sebelum kemudian membisiki ibu dengan sesuatu yang tak dapat kudengar, dan yang aku lakukan hanya mengabaikan mereka dan menaruh sepatuku pada rak.

Tepat di saat aku menaiki anak tangga teriakan dari Yuri membuatku menghentikan langkahku.

"Yura dan Jungkook berpacaran!" Kemudian terdengar suara cekikikan dari ruang televisi. Dan aku sangat tahu bahwa itu adalah suara dari Yuri dan ibu.

Aku memasuki kamar untuk mengambil baju dan handuk sebelum kemudian kakiku melangkah dengan cepat ke arah kamar mandi.

-

Sekali lagi aku merapikan rambut pendekku di depan cermin. Rambutku yang masih seperti laki-laki ini terlihat sangat rapi setelah sudah kusisir selama beberapa kali.

Setelah memakai jaket, aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar sebelum kemudian menuruni anak tangga. Terlihat ibu dan ayah terlihat sedang berbincang-bincang sembari meminum teh di ruang keluarga.

Kakiku memakai sandal, kemudian kubuka pintu depan, "Aku pergi sebentar!" ucapku sebelum menutup pintu rumah.

Tanganku kumasukkan ke dalam saku jaket karena menurutku udara cukup terasa dingin. Mataku menatap ke arah langit yang tertutupi oleh gumpalan awan.  Angin berhembus, membuat rambutku menjadi sedikit berantakan.

Aku tersenyum ketika melihat Jungkook yang tengah melambaikan tangan ke arahku di lapangan. Pakaian yang ia gunakan saat ini terlihat cocok di tubuhnya. Kaos berwarna putih dengan jaket berwarna hijau army dan celana panjang berwarna abu-abu. Aku rasa tubuhnya memang cocok jika dipakaikan dengan baju jenis apapun.

Seperti minggu lalu, aku mengambil tempat tepat di sampingnya. Ku mainkan jari-jariku ketika ekor mataku melihatnya yang tengah menatapku. Gugup. Itulah yang aku rasakan saat ini.

"Jadi.." Jungkook mulai memecah keheningan saat ini, "Bagaimana jawabanmu?"

Tepat di saat Jungkook menanyakan hal itu angin berhembus lumayan kencang. Aku menatap Jungkook yang tengah menatapku. Terlihat dari tatapannya, ia tengah menunggu jawaban dariku.

Aku berdeham. Tenggorokanku terasa kering saat ini. Rasa gugup mulai menyelimutiku, padahal sedari di rumah tadi aku tidak sabar dengan momen ini.

Angin kembali berhembus, membuat rambutnya yang tadinya rapi menjadi sedikit berantakan. Ia terlihat tidak minat dengan keadaan rambutnya, dan memilih untuk terus menatapku, menunggu jawaban dariku.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang