Change

23.9K 3.1K 130
                                    

Setelah memakai mantel, aku langsung berlari kecil keluar dari rumah. Hal pertama yang menyapaku adalah angin malam. Dan hal kedua yang menyapaku adalah senyumnya. Senyuman yang selalu membuat jantungku berdetak lebih cepat.

Langsung saja aku duduk di jok belakang sepeda Jungkook sebelum ia menjalankan sepedanya. Angin berhembus menerpa wajahku, membuat mataku memejam. Tanganku mencengkeram ujung mantel Jungkook kuat.

Malam ini adalah malam perpisahan sebelum Jungkook berangkat ke Seoul untuk mengikuti training di Bighit. Dan kami akan menghabiskan waktu berdua dengan memakan ramyun di minimarket yang berada di taman. Ramyun pertamaku setelah mengikuti operasi.

Saat malam hari taman akan ramai, jadi walaupun di dekat lapangan yang berada di perumahan kami terdapat minimarket, kami memilih yang di dekat taman.

"Tugas sekolahmu sudah selesai?" Tanya Jungkook.

Kutempelkan kepalaku pada punggungnya yang lebar dan mengangguk. "Sudah dari tadi sore," ucapku pelan, "Aku bahkan telah menyelesaikan satu bab pelajaran supaya eomma tidak menceramahiku saat pulang nanti."

Punggungnya bergetar, aku tahu ia tengah tertawa. Kemudian kakinya mengayuh pedal sepeda lebih cepat sehingga tanganku mencengkeram mantelnya lebih kuat lagi.

Kini aku mendapatkan diriku tengah mengambil ramyun dan meletakannya di bawah tempat air panas. Memasukkan bumbu-bumbunya  sebelum menuangkan air panas sampai setengah penuh. Aku menutup ramyun setelah itu, ku hampiri Jungkook yang tengah menungguku di meja.

Ia mendekatkan dua susu rasa pisang ke arahku, membuat pandanganku terfokus pada dua susu pisang miliknya. Kami memang terbiasa membeli dua buah susu pisang untuk masing-masing, karena menurut kami tidak akan cukup jika hanya meminum satu susu.

Jungkook menggenggam tanganku sebelum kemudian berkata, "Mari berdoa."

Mata kami terpejam, kepala menunduk, doa kami panjatkan dalam hati masing-masing sampai Jungkook berkata, "Selesai."

Aku tersenyum lebar ketika melihat asap mengepul dari dalam cup setelah penutupnya kubuka. Hidungku mengembang dan mengempis menghirup harum dari ramyun.

Jungkook mengambil sumpitku, ia mengelapnya sebelum kemudian menyodorkannya padaku.

"Terima kasih!" Ucapku semangat. Tanpa menunggu lama aku langsung menyumpitkan ramyun dan menyuapkannya ke dalam mulutku. "Sangat enak!" Kami lantas berpandangan, diam sejenak sebelum melemparkan senyuman satu sama lain.

Rasa panas, pedas menyatu di lidahku, dan hal itulah yang paling nikmat menurutku. Sekali lagi aku meniup ramyun yang sudah kusumpit dan kumasukkan ke mulutku. Mataku menyipit karena tertawa kecil ketika Jungkook sedang membuka dan menutup mulutnya cepat karena rasa kepanasan.

Ia langsung mengambil susu dan meminumnya dengan rakus sebelum menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku.

Aku terkekeh dan berkata, "Kau makan terlalu cepat, oppa."

Matanya menatapku, kemudian ia tersenyum malu. "Ramyun ini sangat enak." Ia menyumpitkan ramyun ke mulutnya lagi, dan berkata, "Bagaimana menurutmu? Ini adalah ramyun pertamamu setelah tiga tahun terakhir."

Setelah menelan habis ramyun yang telah aku kunyah, aku langsung mengacungkan ibu jariku pada Jungkook, "Sangat enak! Aku merasa seperti sedang diberkati oleh keenakan dari ramyun ini." Kemudian aku tertawa.

Namun selang beberama menit kemudian tawaku berhenti, aku menatap ramyun tersebut lumayan lama sebelum bergumam, "Jika eomma tahu, maka matilah aku."

Jungkook menyenggol mangkuk ramyunku dengan punyanya. Ia bertanya, "Kenapa? Ada yang salah?"

Karena tidak ingin Jungkook tahu, aku langsung menjawabnya, "Tidak.. hanya saja, kira-kira kapan ya kita bisa memakan ramyun seperti sekarang lagi?"

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang