React

21.7K 2.5K 128
                                    

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada hari terakhir ujian, setidaknya itulah menurutku selama menjadi murid sekolah menengah atas di sini.

Mataku meneliti setiap jawaban, mengeceknya untuk yang keempat kali. Setelah merasa tidak ada yang salah, aku langsung berdiri dan berjalan ke meja guru untuk menyerahkan kertas jawaban sebelum waktu habis.

Setelah itu aku langsung keluar dari kelas. Baru saja aku ingin melangkahkan kakiku, seseorang memanggilku, membuatku langsung menoleh ke arahnya.

Lee Mingyu, ternyata ia juga sudah selesai mengerjakan ujiannya. Tidak aneh, karena biasanya jika bukan aku yang pertama, maka dia yang pertama mengumpulkan kertas ujiannya.

Namun yang aneh saat ini adalah dia memanggilku sembari terus tersenyum. Bukankah itu sangatlah aneh?!

Walaupun setelah aku membantunya dengan meminjamkan pulpen saat ujian  ia terlihat lebih ramah daripada biasanya, namun...

DIA KENAPA MEMANGGILKU?!

APA ADA SETAN YANG MASUK KE TUBUHNYA?!

"Ya! Kenapa kau terdiam?" Tanyanya. Ia melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Wajahnya terlihat bingung.

Sampai akhirnya aku berkata, "Kau kenapa? Apa kau merasa tidak enak badan?" Kakiku berjinjit ketika punggung tanganku berusaha untuk mencapai keningnya.

Namun tanganku dipegang oleh Mingyu, keningnya mengerut. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanyanya. Terdengar jelas dari suaranya bahwa ia merasa sangat bingung.

Aku memiringkan kepapaku, mataku menelusuri wajah sempurnanya. "Saat ini dirimu tidak seperti.. mmm... Dirimu yang biasanya. Kau tahukan?"

Baru saja Mingyu ingin mengatakan sesuatu, seseorang merangkulku, kemudian terdengar suara cempreng khas Nara, "Yura-ya!"

Sontak, aku langsung menarik tanganku yang masih dipegang oleh Mingyu sebelum berjalan mundur beberapa langkah, "Eh? Nara, kau sudah selesai?" Tanyaku.

Nara menganggukkan kepalanya pelan, ia tersenyum lebar sebelum menjawab, "Sudah selesai!" Ia meletakkan kepalanya ke pundakku dan berkata, "Ayo kita rayakan!"

Keningku mengerut sebelum kemudian bertanya, "Rayakan? Maksudmu?"

"Kita harus memakan gogigui!" Nara berkata dengan semangat, "Nayoungie tahu letak restoran yang menjual gogigui enak, kau harus mencobanya! Kita harus merayakan hari terakhir ujian!"

Gogigui? Bukankah itu dari daging sapi? Daging sapi termasuk daging merah? Jika ibu tahu aku akan dimarahi oleh beliau.

"Ta- tapi-"

"Pokoknya kau harus ikut!" Nara menyela perkataanku setengah berteriak. Kepalanya menoleh ke arah Mingyu sebelum kemudian ia merapikan rambutnya.

Cih! Nara genit!

"Eh! Ada orang tampan." Ucap Nara dengan nada bergurau. Membuatku langsung menyikut perut Nara, membuatnya tertawa kecil sembari mengaduh kesakitan.

Mingyu tertawa mendengar kata-kata Nara sebelum kemudian ia bertanya, "Apa aku boleh ikut?"

Keningku mengerut, namun belum sempat aku mengeluarkan suara, Nara lebih dulu berkata dengan semangat.

"Baru saja aku ingin mengajakmu! Baiklah! Kau boleh ikut!"

-

Kini aku menemukan diriku tengah duduk di samping Mingyu sembari memanggang daging di depanku. Nara dan Nayoung terus tersenyum lebar sembari terus membantuku memanggang daging.

Aku tahu arti senyuman mereka, karena sedari di perjalanan menuju restoran ini mereka terus-terusan mengejekku dengan Mingyu.

"Akh!" Ucapku setengah berteriak ketika kulit pergelangan tanganku tak sengaja mengenai jaring-jaring besi tempat menahan daging yang tengah dipanggang.

Mingyu memegang pergelangan tanganku, melihat ke arah bagian yang terkena jaring-jaring besi. Ia terus menatap ke arah kulitku dengan teliti.

Nara dan Nayoung yang tengah melihat ke arahku langsung sengaja berdeham, menggodaku, membuatku langsung menarik tanganku menjauh dari Mingyu setelah ia berkata, "Tidak sampai melepuh."

"Wah Lee Mingyu seperti pangeran berkuda putih ya!" Ucap Nayoung dengan nada sok kagum. Padahal aku tahu bahwa ia tengah mengejekku.

Menurutku Nara dan Nayoung sudah seperti saudara kembar tak sedarah. Wajahnya memang tidak mirip, namun dari gaya rambut sebahu tanpa poni dan sifatnya mereka sangatlah mirip.

Mereka tertawa sebelum kemudian Nara bertanya, "Omong-omong aku dengar saat naik kelas nanti, kelas akan dikocok." Ucap Nara setelah menelan daging yang baru saja ia kunyah. Kemudian kepalanya langsung menoleh ke arahku, "Pokoknya aku akan protes dengan tata usaha jika aku beda kelas denganmu!"

Keningku mengerut sembari berkata dalam hati, "Kenapa ke tata usaha?" sebelum kemudian aku menganggukkan kepalaku. Walupun sifatku tidak begitu sama dengan sifat Nara, tapi menurutku, aku dan Nara sangatlah cocok jika bersama.

"Pokoknya ya.." Nara memasukkan daging yang baru selesai ia panggang ke mulutnya, "Aku, kau, Nayoung dan Suhyun tidak boleh berpisah!"

Nayoung mengangguk, "Benar! Kita tidak boleh berpisah, aku akan ikut protes!"

Mingyu yang sedari tadi hanya memakan daging yang ia panggang angkat bicara, "Jika nanti kita satu kelas bagaimana?" Tanyanya. Ia tersenyum, menampilkan gigi-giginya yang terlihat seperti vampir, namun menurutku itulah daya tariknya.

Nara dan Nayoung langsung menoleh, mereka saling melempar pandangan selama beberapa detik sebelum kemudian menganggukkan kepala.

Aku tidak mengerti kenapa mereka menganggukkan kepalanya, padahal jelas-jelas Mingyu bertanya sesuatu yang tidak bisa dijawab hanya dengan anggukkan kepala.

Sampai akhirnya Nara berdiri dan berjalan menghampiri Mingyu. Tangannya meraih sebelah tangan Mingyu yang menganggur sebelum kemudian berkata, "Selamat! Kau telah resmi menjadi anggota di kelompok kami!"

Alisku menyatu melihat tingkah Nara yang membuat Nayoung dan Mingyu tertawa.

"Kami tahu maksud dari pertanyaanmu Lee Mingyu," ucap Nayoung dengan ceria, "Kau ingin masuk ke kelompok kamikan jika nanti ternyata kau satu kelas dengan kami?"

"Tapi tenang saja.." lanjut Nayoung, "Walaupun ternyata tidak sekelaspun kau akan tetap menjadi anggota dari kelompok kami!"

Kepala Nara mengangguk, dengan mulutnya yang penuh ia berkata, "Kini kami telah menerimamu sebagai anggota kelompok yang baru! Walaupun Suhyun tidak ada di sini, tapi aku yakin dia akan senang!"

Dan yang aku lakukan hanya meletakkan kepalaku di atas meja sebelum kemudian kupakai tanganku untuk mengacak-acak rambutku.

I do not know what to react.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang