Faint

17.3K 2.1K 152
                                        

Aku memijat keningku pelan. Setelah meminum sebutir aspirin, rasa sakit di kepalaku masih belum juga reda.

Ponselku bergetar ketika aku baru saja ingin memejamkan mataku. Aku berdecak dan langsung mengangkat telepon tersebut.

Sebelum aku mengucapkan sepatah kata, seseorang dari sebrang langsung mengucapkan serentetan kata yang tidak bisa ku dengar dengan jelas.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu." Kataku jujur ketika seorang dari sebrang sana berhenti berbicara.

"Yak! Jangan bilang kau lupa bahwa kita akan belajar bersama di perpustakaan!"

Aku meringis dan langsung ku putuskan sambungan telepon tersebut.

Aku langsung berlari ke arah kamar, dan mulai bersiap-siap.

-

Ku abaikan sakit kepala yang kini sedang ku alami. Sambil melihat jam di pergelangan tanganku, aku bawa kakiku berlari.

Lariku mulai memelan ketika akhirnya aku melihat Minkyung yang tengah membaca sebuah novel di bangku perpustakaan.

Dengan napas yang tidak beraturan, aku langsung duduk di samping Minkyung. "Minkyung-ah mianhae."

Minkyung yang awalnya terkejut, langsung melemparkan tatapan tajam ke arahku, "Kau tertidur lagi?"

Aku menggeleng pelan.

"Berarti kau lupa?!"

Aku menghela napas panjang, kemudian mengangguk, "Mianhae."

"Yura kau tahu, aku telah men-"

"Aku sudah meminta maaf, jangan marah-marah terus. Kepalaku terasa sangat sakit saat ini."

"Waeyo? Kau sakit?"

Aku menggeleng. Sambil ku usap peluh di dahiku, aku berkata, "Aku rasa aku sehat."

"Jinjja?" Tanyanya dengan mata yang menyipit.

Ku anggukan kepalaku.

Lalu, sorot mata Minkyung menjadi berbeda. Aku tidak mengerti arti tatapannya, karena itu akhirnya aku bertanya, "Wae?"

Minkyung menggeleng dan berdiri, "Bagaimana kalau kita langsung mencari buku saja?"

Aku mengangguk dan kami langsung berpencar. Menghirup bau buku, membuat sakit kepalaku berkurang. Tatapanku juga terlihat lebih jelas dari sebelumnya.

Aku menghentikan langkahku ketika mataku mulai melihat buku yang sedang aku cari. Ku gigit bibir bawahku, ketika mengetahui letak buku tersebut.

"Kenapa sangat tinggi?" Gerutuku. Sambil melompat lompat kecil, tanganku mencoba meraih buku tersebut.

Aku berdecak ketika buku tebal yang ingin ku ambil hanya bergeser keluar sedikit.

Lalu, dengan kekuatan lebih, aku melompat. Sudut bibirku terangkat ketika tanganku berhasil meraih buku tersebut.

Tetapi, disaat kakiku sudah menyentuh lantai, tubuhku oleng dan terjatuh, sedangkan buku tebal yang aku pegang tadi menghantam kepalaku dengan keras.

Aku memekik dan meringis. Mataku refleks mengeluarkan air mata, sedangkan tanganku mengepal dengan kuat karena menahan rasa sakit.

Sebuah suara memanggilku namun ku abaikan karena fokusku hanya tertuju pada rasa sakit yang kini menyerangku.

Lalu, disaat aku baru saja ingin membuka mataku, yang aku ingat hanyalah suara ketukan banyak sepatu dan gumaman orang-orang.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang