Aku masih terdiam, dan menatap laki-laki itu. Sampai tubuh laki-laki itu bergerak. Kepalanya berputar ke arahku. Tubuhku langsung membeku ketika mata kami bertemu.
"Yoon Yura," panggilnya. Ia mulai melangkah, mendekatiku yang masih terdiam di tempat.
Lalu disaat aku menyadari tubuhnya yang semakin mendekat, aku menggelengkan kepalaku, dan langsung berjalan cepat ke arah pintu. Tepat di saat tanganku baru saja ingin meraih pintu, ia menarikku ke dalam pelukannya.
Aku memekik dan terus memukul dadanya. Namun, bukannya melepaskan pelukan, ia malah mempererat pelukannya.
Aku masih terus memukul dadanya dengan kuat, sambil mencoba melepaskan tangannya. Kini, aku percaya dengan kalimat yang menyatakan bahwa laki-laki lebih kuat dari perempuan, atau perempuan lebih lemah dari laki-laki.
Sekuat apapun aku memukulnya, sekuat apapun aku mencoba untuk melepaskan pelukannya, kekuatanku memang tidak pantas jika dibandingkan oleh sosok Jungkook yang berotot.
Ia begitu kuat, dan aku begitu lemah. Air mata mulai menetes dari mataku, bersama dengan pukulan-pukulanku yang melemah. Kekuatanku seketika menghilang. Kini, aku hanya bisa menangis dipelukannya.
"Mianhae.. Yura-ya, jeongmal mianhae." Ia memelukku dengan erat sambil sesekali mengusap kepalaku pelan.
Kepalaku menggeleng, ketika mendengar suaranya. Bayangan disaat ia berkata bahwa ia hanya menggunakanku untuk melupakan Shinah terus terputar di otakku seperti kaset rusak.
"Mianhae," Jungkook mulai menenggelamkan wajahnya di pundakku. "Aku benar-benar minta maaf, aku bisa menjelaskannya, ini semua tidak seperti yang kau pikirkan selama ini."
Hatiku mulai menghangat dan terus berkata bahwa aku harus mendengarkan penjelasannya. Namun, otakku berkata untuk tidak mendengar penjelasannya.
Sejujurnya, aku merindukannya, sangat-sangat merindukannya. Merindukan kata-kata manisnya, merindukan perlakuan manjanya, merindukan suara merdunya dan merindukan pelukan hangatnya. Aku merindukan semua yang ada dari dirinya.
Tapi, aku takut. Aku takut akan tersakiti untuk yang kedua kalinya. Tidak ada satupun orang yang ingin disakiti untuk yang kedua kalinya.
Kakiku melemas. Jika saja pelukan yang diberikan oleh Jungkook tidak seerat ini, aku mungkin sudah terjatuh ke lantai. Mataku masih terus memproduksi air mata.
"Yu-"
"Kenapa harus aku?" tanyaku pelan. "Apa salahku?"
Ia terdiam mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Kenapa harus aku yang kau jadikan pelarian, kenapa?" Aku menarik napas panjang. "Apa aku pernah berbuat salah padamu sehingga kau sejahat itu padaku?"
"Yura-"
"Aku benar-benar tidak mengerti. Aku.. aku kira kau benar-benar mencintaiku seperti aku mencintaimu.. tapi.."
"Yura-ya, aku benar-benar bisa menjelaskannya."
Aku menggelengkan kepalaku pelan. "Aku selalu percaya padamu Jeon Jungkook, aku selalu percaya dengan semua kata-katamu, tapi.. tapi kenapa kau membohongiku seperti ini?"
Jungkook semakin mempererat pelukannya, "Aku minta maaf-"
"Jeon Jungkook.. Aku tidak bisa."
"Yura-ya, aku mohon dengarkan aku, percaya padaku-"
Ku gelengkan kepalaku lagi, "Aku sudah terlalu sering mendengarkanmu oppa, aku sudah terlalu sering mempercayaimu. Semuanya.. semua yang kau katakan, selalu ku percayai." Aku menarik napas panjang, dan melanjutkan, "Sekarang aku benar-benar tidak bisa.. aku tidak bisa mempercayaimu lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Goodbye
FanfictionSeorang idol besar bernama Jeon Jungkook, ternyata telah menjalin hubungan dengan seorang gadis selama lebih dari tujuh tahun. Cobaan demi cobaan mulai menerpa hubungan mereka. Mampukah mereka mempertahankan hubungan yang telah berjalan selama lebih...