Lucky

20.6K 2.5K 201
                                    

Entah sudah keberapa kali aku memakan daging sapi di minggu ini. Selama tinggal di Seoul aku menjadi sering memakan daging merah, kentang goreng dan soda. Jika ibu mengetahui pola makanku yang jauh dari kata sehat, mungkin bisa-bisa aku langsung dipulangkan kembali ke Busan.

Aku mengusap keringat yang mengalir dari dahiku. Rasa pedas membakar mulutku.

Nara menyandarkan tubuhnya ke arahku. Mengeluh bahwa sudah tidak kuat lagi dengan rasa pedas yang terus membakar mulutnya.

Nayoung dan Suhyun tidak henti-hentinya memaki Mingyu yang kini tengah tertawa.

"Aku rasa sehabis ini aku akan diare." Ucapku asal. Pandanganku berbayang. Tanganku meraih gelas yang berisi air dingin sebelum kemudian aku meneguk air tersebut hingga tidak tersisa.

Entah bagaimana caranya Mingyu bisa menemukan restoran yang menyajikan saus dengan berbagai level, dan dengan gilanya tanpa memberitahu kepada kami ia memesan saus dengan level tertinggi.

Perutku sudah terasa sangat panas, bibirku sudah membengkak akibat kepedasan. Semua yang duduk melingkar di depan meja ini juga merasakan apa yang aku rasakan, kecuali Mingyu.

Ia seperti setan yang terus tertawa jahat tanpa merasakan pedas yang berarti. Bahkan aku dan teman-temanku sampai terheran-heran.

"Aku menyerah!" Nara meletakkan sumpitnya ke atas meja dan mengangkat tangannya.

Aku ikut meletakkan sumpit kemudian kusandarkan tubuhku ke sandaran sofa sebelum berkata, "Aku juga!"

Suhyun masih terus memakan namun mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata kasar untuk Mingyu. Sedangan Nayoung, wajahnya sudah sangat merah, ia tidak mengatakan apapun saat ia melempar sumpitnya ke atas meja.

Mingyu terkekeh sambil terus mengunyah daging sebelum kemudian berkata, "Suhyun-ah, lebih baik kau menyerah!"

Bibir Suhyun sudah membengkak, bajunya basah kuyup, terlihat ia memang sudah tidak kuat untuk lanjut memakan daging, namun bukannya berhenti ia terus memakan daging.

Sampai akhirnya ia membanting tubuhnya ke atas meja dan berkata, "Aku menyerah."

Mingyu mengangkat tangannya ke udara dan berkata, "Yes!" Lalu  berdiri sembari melambaikan tangan bak model ke arah kami.

Aku memutar bola mataku malas ketika Mingyu dengan sombongnya berkata, "Yoon Yura, sudah aku bilang bahwa aku ini hebat!"

Suhyun mencibir, sedangkan Nara hanya menggelengkan kepalanya. Nayoung yang sedari tadi hanya terdiam tiba-tiba berdiri. Sebelah tangannya memegang perutnya, kemudian ia berkata, "Aku rasa aku harus ke toilet sekarang juga!"

--

Aku membuka tasku kasar sebelum kemudian kubongkar tas tersebut. Mencari buku tugas fisikaku yang harus dikumpulkan hari ini.

"Ck! Kenapa dia menghilang?!" Tanyaku frustasi pada diri sendiri.

Nara yang sedang memainkan game di ponselnya mendongak, menatapku bingung sebelum kemudian menarik tasku kasar dan bertanya, "Sebenarnya apa yang sedang kau cari?!"

"Buku tugas fisikaku!" Ucapku kesal. Aku membungkukkan tubuhku melihat ke arah laci meja.

"Bukannya tadi pagi kau pinjamkan kepada Mingyu?"

Ucapan dari Nara membuatku langsung menghentikan kegiatanku. Badanku perlahan menegak. Otakku mulai mengingat kejadian beberapa jam lalu.

Langsung kualihkan pandanganku ke arah meja yang terletak di pojok belakang, meja yang ditempati oleh Mingyu.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang