Early

13.7K 1.8K 108
                                        

"Aku minta maaf sebelumnya karena baru sekarang dapat bertemu dengan kalian." ucap seorang pria paruh baya yang bekerja di dinas perhubungan.

Aku menghembuskan napas panjang, guna menghilangkan ingatanku tentang kata-kata dokter sebelum berkata, "Tolong jangan berbasa-basi. Kami ingin langsung mendengar apa maksud anda mengajak untuk bertemu."

Ia menganggukkan kepalanya pelan, "Baik.. Uhm.. Sebelum kalian datang untuk mencari rekaman cctv di jalan daerah Incheon.. Seseorang lebih dulu mencari rekaman tersebut." ucapnya.

Pria itu menghela napas panjang, "Sebelumnya.. Karena keselamatan saya sudah dijamin oleh Bighit, saya ingin berterimakasih.." Ia menelan ludah terlebih dahulu sebelum melanjutkan, "Kami diberikan uang lebih dari dua puluh juta won.. Oleh seseorang yang kemudian mengambil dan meminta untuk menghapus rekaman tersebut."

"Setelah aku telusuri, orang tersebut merupakan pesuruh dari salah satu direktur dari POSCO."

"Wow." gumam beberapa orang yang berada di ruangan ini.

Aku menoleh ke arah orang-orang sebelum kemudian bertanya, "Apa sangkut pautnya orang itu dengan rekaman cctv?"

"Kwak Hyunjung.." Ia terdiam sejenak, "Ayah dari Kwak Hyuna.. Seseorang yang menyerang nona Yura."

Mataku membesar, aku membuka mulutku ingin mengatakan sesuatu, namun pria itu lebih dulu melanjutkan, "Awalnya aku sangat tergoda untuk mendapatkan bagianku, namun ketika aku penasaran dan mencoba menyelediki kasus ini.. Aku tidak bisa untuk diam saja."

Ia menatap ke arah paman Yoon. "Aku juga memiliki anak yang penyakitan.. Mungkin anakmu sakit kanker, tetapi sakit yang diderita anakku adalah gagal ginjal kronis." Katanya. "Aku awalnya hanya berpikir tentang uang yang aku terima mungkin dapat kugunakan untuk mengobati anakkku."

Setelah itu pria itu menghela napas panjang, "Tetapi setelah aku penasaran, dan berakhir menyelidiki kasus ini.. Yang aku lakukan adalah memposisikan diriku menjadi dirimu.. Yoon-ssi."

Ia meletakkan sebuah map coklat sebelum mendorongnya ke tengah meja, "Mungkin aku tidak mendapatkan rekaman yang kalian maksud, namun.. Aku memiliki bukti-bukti lain yang juga dapat memberatkan hukuman pelaku." Matanya melirik ke arah map yang berada di bawah tangannya, "Terdapat bukti transfer uang, rekaman cctv, dan rekaman suara dialog melalui telepon.. tentang penyuapan dan percobaan penghilangan barang bukti."

-

Aku menatap ke arah kamar Yura di rumah sakit. Semua barang-barang sudah dikemas dengan rapi. Hari ini aku akan ikut ke Busan, karena tadi malam aku sudah bertekuk lutut pada Bang pd-nim untuk mengurangi jadwal Bangtan, setidaknya untuk seminggu saja.

Keadaan Yura terlihat semakin memburuk sejak beberapa hari lalu aku bertemu dengannya. Pipinya semakin tirus. Aku juga pernah mendengar dari Yuri bahwa ia semakin sering mimisan.

Aku memutuskan untuk tetap berpegang teguh pada prinsipku. Tuhan yang menciptakan takdir, jika kita memohon pada Tuhan untuk merubah takdir tersebut, aku yakin Tuhan akan mengabulkanNya. Maka dari itu, intensitas aku berdoa di tempat ibadah lebih sering.

Terkadang aku hanya duduk diam di sana, menatap ke arah atas. Dalam hati aku selalu meminta pada Tuhan untuk angkat penyakit Yura.

"Semuanya sudah siap?" tanyaku padanya. Ia mengangguk.

"Kook-ah, tolong bantu Yura  untuk naik ke kursi roda.. Ahjumma ingin menghampiri ahjussi.. Lama sekali." Setelah itu beliau keluar dari kamar.

Yuri yang tengah menata koper langsung berdiri dan bertanya, "Sini aku bantu."

"Nuna.. Tolong pegang kursi roda saja." kataku, dan langsung dituruti oleh Yuri.

Yura hendak berdiri, namun aku lebih dulu menyelipkan tangan di bawah belakang dan punggungnya. Mengangkatnya perlahan, dan membuatnya mengalungkan pergelangan tangannya di leherku. Aku langsung meletakkannya dengan perlahan ke atas kursi roda.

"Gomawo.." kata Yura pelan. Ia terlihat malu dengan perlakuan yang aku lakukan padanya, dan membuatnya sangat lucu.

Kami sudah berhubungan lebih dari delapan tahun, dan ia masih malu dengan beberapa perlakuanku padanya. Astaga! Aku sangat ingin mencubit pipinya.

"Sudah siap semua?" tanya Bibi Yoon yang tiba-tiba berada di pintu rumah sakit.

"Sudah.." ucapku dan Yuri bersamaan.

Beliau tersenyum tipis sembari mengambil alih kursi roda. "Kaja! Ahjussi sudah menunggu di mobil."

-

Hari ini aku akan mengantar Yura dan keluarganya ke Busan, namun sebelumnya aku dan paman Yoon mengadakan pertemuan dengan seorang ARMY.

Beberapa hari lalu, aku mengumumkan di twitterku bahwa aku sedang mencari rekaman video penyerangan Yura. Aku sudah berjanji akan memberikan hadiah berupa album yang sudah ditandatangani dan foto bersama.

Awalnya aku kira sangat mudah untuk mendapatkannya. Namun sebagian besar orang yang membalas tweetku, mengatakan bahwa ia tidak memiliki rekaman tersebut.

Sampai akhirnya kemarin tiba-tiba seseorang mengirimiku sebuah pesan mealalui email. Dia mengatakan akan membawa rekaman video tersebut.

Aku dan paman Yoon cepat-cepat memasuki ruang rapat Bighit dan disambut oleh beberapa orang, termasuk dua orang perempuan, "Nara.." ucap kami bersamaan.

Nara menoleh dan berdiri, kemudian ia membungkukkan tubuhnya, "Annyeong haseyo, ahjussi, daj Jungkookie oppa." Ia menyenggol bahu perempuan di sampingnya, membuat perempuan tersebut ikut melakukan perbuatan Nara.

Aku dan paman Yoon langsung duduk di hadapan mereka. Kebingungan masih aku rasakan karena tidak menyangka bahwa ada Nara di sini.

Sampai akhirnya Bang PD-nim menyampaikan beberapa kalimat sebelum menyuruh Nara dan orang di sampingnya mengatakan sesuatu.

Nara lebih dulu tersenyum sebelum berkata, "Kehadiranku di sini mungkin membuat ahjussi dan Jungkook oppa terkejut, sebelumnya.. Perkenalkan temanku, Ji Seol.. Ia merupakan fans BTS yang berada di tempat kejadian perkara."

Perempuan bernama Jiseol itu membungkukkan tubuhnya lagi, sebelum Nara melanjutkan perkataannya, "Kejadian selengkapnya, akan diceritakan oleh Jiseol.. Jiseol-ah."

Jiseol mengulum bibirnya. "Jika.. Jungkook.. Oppa ingat," Ia menelan ludahnya, "Aku adalah orang yang menarikmu saat sedang kejadian." Matanya berkedip selama beberapa kali, "Sebelumnya.. Aku memang sudah mengenal Yura.. Selain ia adalah pacarmu, ia juga sahabat Nara, teman baikku sesama fandom."

"Kalian berteman baik?" tanya Jungkook.

Nara dan Jiseol menganggukkan kepalanya.

"Nara-ya.. Kenapa kau tidak  memberitahu pada kami jauh-jauh hari?" tanyaku, mengeluarkan isi otakku sejak awal melihat gadis itu di sini.

Ia terlihat terkejut dengan pertanyaanku yang terkesan tiba-tiba.

"Kenapa kau tidak memberikan video tersebut pada kami sedari awal?"

--

Vomment yaa

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang