You

15.3K 1.9K 235
                                    

Ku hembuskan napasku panjang. Setelah melihat jam dari ponselku, aku langsung mematikan ponselku dan memasukannya ke saku celana.

Beberapa menit lagi Jungkook akan menjadi dewasa. Beberapa menit lagi ia akan berulang tahun. Kembali ku hembuskan napasku panjang.

Aku benar-benar bingung dengan diriku sendiri. Apalagi otakku.Kemarin, otakku bekerja dengan cepat dan terus menyuruhku untuk melupakan Jungkook.

Namun sekarang, entah mengapa hatiku yang memimpin.

Aku menoleh ke arah Minkyung yang sedang membaca novelnya.

"Minkyung-ah, kapan kita akan pulang?" tanyaku.

Minkyung menoleh ke arahku, lalu ia menengadah, menatap plafon di ruangan ini.

Sebenarnya tubuhku sudah sangat lemas, dan aku benar-benar ingin istirahat, tapi Minkyung terus memintaku untuk menemaninya.

"Sebentar lagi ulang tahun Jungkook," Ia mengalihkan pandangannya menjadi ke arahku, "Tunggu sebentar lagi, ya?"

Aku memutar bola mataku dan menatap Minkyung kesal, "Memangnya jika Jungkook berulang tahun, kenapa"

"Aku hanya ingin mengucapkan padanya dengan tepat waktu," Minkyung tersenyum lebar dan menatapku dengan memohon. "Yura, tunggulah sebentar, akukan sudah berjanji akan mengantarkanmu sampai apartemenmu. Jika kita pulang sekarang, aku tidak akan bisa mengucapkan ulang tahun padanya dengan tepat waktu."

Tatapan kesal masih ku arahkan pada Minkyung.

Ia memohon padaku, "Jebal."

Ku hembuskan napas dengan kasar, dan dengan berat hati aku mengangguk.

Minkyung tersenyum semakin lebar, kemudian ia memelukku. "Yura-jjang!"

"Memangnya kau punya kontak Jungkook?" tanyaku. "Kau bukan sasaeng fanskan?"

Minkyung menjitak dahiku membuat rasa nyeri di kepalaku kembali datang. "Kau kira aku sehina itu? Mana mungkin Kang Minkyung yang dikenal berhati emas ini menjadi sasaeng fans, dan well aku punya twitter dan Bangtan juga punya twitter, aku bisa mengirimkan ucapan padanya lewat twitter."

Aku mengangkat bahuku, lalu ku edarkan pandanganku ke sekitar. Walaupun sudah hampir tengah malam, ruangan yang digunakan untuk membaca ini tetap dipenuhi oleh para mahasiswa yang masih belajar.

"Terpujilah orang-orang yang masih belajar sampai tengah malam seperti ini."

"Mwo?" Minkyung menoleh ke arahku.

"Aku benar-benar merasa paling bodoh," gumamku.

"Yak! Kau ini bicara apa?"

Aku menatap Minkyung, kemudian ku edarkan pandanganku kembali. "Kau lihat orang-orang di sini? Mereka benar-benar sangat rajin."

Minkyung mengikuti arah pandanganku. "Eoh, walaupun sedari sekolah dasar aku selalu mendapat peringkat satu. Aku benar-benar merasa paling bodoh ketika bertemu orang-orang sepertimu dan yang lainnya."

"Kenapa sepertiku?" Aku menatap Minkyung bingung dan melanjutkan, "Aku bahkan merasa jadi orang yang paling bodoh saat ini."

"Yak!" Minkyung menjitak dahiku, membuat rasa nyeri di kepalaku semakin bertambah, "Jika kau bodoh, aku ini apa?"

Ku pejamkan mataku, dan berkata, "Kau tahu? Score pelajaranku benar-benar menurun drastis selama kuliah ini."

"Tapi menurutku score mu tidak terlalu kecil dibandingkan denganku," balas Minkyung.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang