Hurts

17.2K 2.1K 169
                                    

"Menjawab semua pertanyaan darimu dengan sangat jujur."

Ucapan Jungkook membuatku terus menatap ke arah matanya. Terlihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang ingin ia katakan, tetapi aku tahu bahwa ia merasa ragu.

Kemudian tatapanku beralih ke lain arah, karbondioksida yang berada di paru-puruku kubuang sebelum kemudian aku kembali menatapnya. "Apa kau sangat sibuk akhir-akhir ini?" tanyaku pada akhirnya.

Ia terlihat terkejut dengan pertanyaanku, matanya menatapku tidak percaya, dan aku tidak mengerti kenapa ia melakukan hal tersebut. Jungkook terdiam cukup lama sampai akhirnya ia berdeham dan menggenggam tanganku, "Ne.. aku sangat sibuk."

"Selama ini kau sibuk berlatih?"

Bibir Jungkook sedikit bergetar ketika ia tersenyum, kemudian kepalanya mengangguk perlahan.

Hatiku sedikit merasa lega ketika ia menganggukkan kepalanya. Ia berkata akan jujur padaku, maka dari itu aku percaya padanya.

Sangat percaya.

Namun entah apa yang salah dengan pengakuannya saat ini, karena ia langsung terdiam dan menatap ke arah televisi dengan tatapan kosong.

"Oppa-"

Perkataannya membuat ia sedikit terkejut, terlihat dari bahu lebarnya yang tiba-tiba terangkat. Membuatku bingung, dan merasa ada yang aneh dengannya.

Ia tersenyum, tapi aku tidak mengerti maksud dari senyumannya. Jungkook bahkan terlihat seperti boneka, tidak ada emosi di wajahnya.

"Hei."

Kepalaku dan Jungkook langsung menoleh secara bersamaan ke arah Ahyoung yang baru saja keluar dari kamar. Ia mengikat rambutnya dengan mata setengah tertutup sebelum kemudian berjalan ke arah dapur.

"Kook-ah, pagi sekali kau ke sini.." ucap Ahyoung, "Sangat merindukan Yura ya?" Guraunya, membuat Jungkook tersenyum kecil sebelum kemudian tangannya terangkat, ia menggaruk kepalanya.

Ahyoung kembali masuk ke kamarnya sebelum kemudian keluar dengan membawa pakaian dan handuknya. "Yura-ya, lebih baik kau membeli makanan ke restoran sebelah, nanti uangnya aku ganti." kata Ahyoung sebelum masuk ke kamarku.

Aku menganggukkan kepalaku, sebelum berdiri dan mengambil dompetku yang berada di sebelah televisi. "Oppa, apa kau ingin ikut?" tanyaku.

Jungkook yang awalnya hanya melihat ke arah ponselnya langsung menoleh ke arahku. Ia terdiam selama beberapa detik sebelum kemudian menganggukkan kepalanya canggung. Tangannya langsung meraih ke arah topi dan masker hitamnya, setelah memakainya ia menghampiriku yang tengah menunggunya di dekat pintu utama.

"Kau ingatkan dengan restoran yang waktu itu?" tanyaku berbasa-basi ketika kami baru saja keluar dari gedung apartemen.

Ia menoleh ke arahku, terdiam sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Tenang saja, jangan takut, semua pelayan restoran itu adalah orang-orang lansia, kau tidak akan ketahuan." Setelah mengatakan hal tersebut, aku tertawa. Sangat berbeda dengan apa yang kini Jungkook lakukan.

Ia menatapku dalam, tanpa mengatakan apapun, namun tangannya meraih tanganku secara perlahan sebelum menggenggamnya.

Sekarang aku semakin yakin bahwa ada yang tidak benar. Namun aku hanya diam, tidak bertanya tentang apapun. Tanganku hanya membalas genggamannya, tatapanku menjadi lurus ke arah jalan di depan.

Karena aku percaya dengannya. Sangat percaya.

-

Kami memakan beberapa jenis makanan yang tertata rapi di atas meja dengan tenang. Hanya ada suara alat makanan yang kami pakai saat ini.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang