Shock

19.6K 2.4K 129
                                    

Tubuhku menggeliat pelan ketika mendengar ponselku berbunyi. Mataku melirik ke arah ponselku kemudian aku langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa tahu siapa yang meneleponku.

"Yura-ya," panggil seorang pria yang suaranya sudah tidak asing di telingaku, Jeon Jungkook.

"Oppa, kau tahu ini jam berapa? Kau meng-"

"Cepat ucapkan sesuatu untukku tidur!" Potong Jungkook cepat.

"Mwo? Kau mengganggu mimpi indahku hanya untuk hal sepele seper-"

"Cepatlah! Aku sudah mengantuk. Badanku lelah sekali, aku baru selesai latihan," Jungkook kembali menyela ucapanku.

Aku mendengus, sudah kesekian kalinya Jungkook membangunkanku di tengah malam untuk mengucapkan selamat malam atau mendoakannya supaya bermimpi indah. Walaupun hal ini bukan yang pertama kalinya, namun tetap saja aku selalu merasa kesal,  "Selamat malam Jungkookie oppa, mimpi indah," Ucapku malas.

"Apa lagi?" tanyanya.

"Apa lagi? Maksudmu?" aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan juga.

Ia menghembuskan napas panjang, "Kau melupakan sebuah kata yang sangat penting."

Aku mendengus. "Saranghae."

"Nado saranghae, lanjutkanlah tidurmu! Aku tutup dulu."

Aku melempar ponselku kesembarang arah setelah Jungkook mematikan sambungan telepon kami, dan kembali membalut tubuhku dengan selimut.

-

Tanganku menyumpit kimbap yang berada di hadapan Mingyu sebelum kemudian kumasukkan ke mulut.

Mingyu terkekeh melihatku, ia mengacak rambutku asal dan yang aku lakukan hanya tertawa canggung.

"Aish! Kalian jangan berpacaran di depanku seperti ini!" Nara mendengus, "Bukankah kalian tahu bahwa aku tidak mempunyai kekasih?!"

Aku memutar mataku malas sebelum kumasukkan sebuah kimbap ke mulutku lagi.

Tiba-tiba otakku memikirkan Jungkook. Entah apa yang ia lakukan sekarang, karena sejak dua hari lalu ia belum memberi kabar padaku. Aku merasa sedikit bersalah padanya. Sudah dua tahun berteman dan bahkan sering diantar pulang oleh Mingyu, tetapi aku belum bercerita apa-apa tentang Mingyu pada Jungkook.

Walaupun Mingyu adalah idola di sekolah, banyak orang yang menjodohkanku dengannya. Mereka bilang aku dan Mingyu sangat cocok jika bersama.

Entah apa yang harus aku lakukan saat mendengar perkataan mereka, karena satu bagian diriku terus menyalahkan diriku sendiri dan mengatakan bahwa sama saja aku selingkuh di belakang Jungkook.

Nara menyenggol bahuku pelan, membuat pikiranku buyar. Kepalaku menoleh ke arah Nara dan bertanya tentang alasan kenapa ia menyenggolku.

Dan yang Nara lakukan adalah menunjuk Mingyu dengan sumpitnya, "Sedari tadi ia terus bertanya padamu, kau memikirkan apa sih?!"

Pandanganku beralih ke arah Mingyu yang tengah menatapku dengan mulutnya yang terbuka. Beberapa detik kemudian ia berdeham dan bertanya, "Pulang nanti aku antar ya?"

Kepalaku mengangguk, "Boleh saja," jeda sejenak, "Tapi karena aku tahu jarak rumahmu lumayan jauh dari rumahku, lebih baik tidak usah. Aku lama-lama merasa tidak enak dengan kebaikan yang selalu kau berikan padaku."

Mata Mingyu sedikit membesar ketika mendengar jawaban dariku, namun tidak sampai satu menit ia menormalkan wajahnya kembali sebelum kemudian tersenyum kecil, "Tidak usah merasa tidak enak, aku tidak merasa kerepotan kok!"

Nara tertawa kecil sebelum berkata, "Tidak usah sok jual mahal, jangan menolak kebaikan seseorang! Tidak baik!" Setelah itu ia kembali menyuapkan kimbap ke mulutnya.

Aku mendengus kesal sembari mencubit bibir Nara keras membuatnya mengaduh kesakitan.

Kini aku menemukan diriku duduk tepat di samping Mingyu, di dalam  mobilnya. Ia memang sudah beberapa kali ke apartemenku. Entah hanya sekedar menunggu waktu untuk les, menumpang makan atau belajar bersama.

Sedari tadi pandanganku tidak lepas dari ponsel yang berada di genggamanku. Walaupun aku tahu tidak akan ada kabar dari Jungkook, namun entah kenapa aku masih tetap menunggu kabar darinya.

Mingyu berdeham, memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil. Terlihat dari ekor mataku, kepalanya menoleh ke arahku. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu namun ragu.

"Wae?" Tanyaku pada akhirnya.

Ia tertawa kecil sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Tidak jelas!" Cibirku.

"Yura-ya.."

Keningku mengerut, "Eung?"

"Kau sudah punya kekasih belum?"

Kini aku menolehkan kepalaku ke arah Mingyu. Dengan alis yang saling bertautan aku terus menatap Mingyu karena merasa sedikit aneh dengan pertanyaannya.

Mata Mingyu melirik ke arahku kemudian kembali fokus ke arah jalan, setelah itu ia kembali melirikku sebelum kemudian fokus lagi ke arah jalan, terus seperti itu sampai beberapa kali.

"Mwoya.." ucapnya. Ia berdeham, dan melanjutkan, "Jangan menatapku seperti itu nanti repot masalahnya jika aku membawa perasaan."

What?! Mingyu gila!

"Cih!" Aku langsung menoleh ke arah lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah.

"Kau sudah punya kekasih belum?" Tanya Mingyu lagi.

Tanganku terangkat, aku menggaruk rambutku, "Aku sudah punya kekasih. Dia sangat tampan!" Ucapku asal, tidak perduli pada siapa aku berkata.

Toh aku tidak berbohong.

Hening. Mobil ini kembali terasa hening setelah aku menjawab pertanyaan Mingyu.

Baru saja aku ingin kembali mengatakan sesuatu, Mingyu sudah lebih dulu tertawa terbahak-bahak. Bahkan wajahnya yang tidak terlalu putih itu terlihat merah sekali.

Tangannya beberapa kali memukul kemudi mobil. Bahkan matanya sampai berair karena terlalu asik tertawa.

Heran. Itulah yang aku rasakan sekarang.

Ini kenapa dia terus menertawakanku?!

Setelah beberapa detik aku mendiamkannya agar dia fokus tertawa, akhirnya aku bertanya, "Wae? Kenapa kau tertawa?"

Mingyu menggelengkan kepalanya sembari menahan tawa yang sewaktu-waktu kembali keluar. Kemudian ia berkata, "Aniya.. keundae.. aku tidak percaya dengan kata-katamu barusan."

Kuhembuskan napasku kasar. "Waeyo?"

"Hampir tujuh hari dalam seminggu kau selalu bersamaku." Jeda sejenak, "Di kelas aku tidak pernah melihatmu dekat dengan anak lelaki selain aku."

Entah hanya perasaanku saja atau memang Mingyu tengah berbicara dengan nada bangga

"Kalau maksudmu lelaki yang kau katakan barusan adalah diriku, mungkin aku percaya."

He winked at me! And i'm in shock!

He winked at me! And i'm in shock!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

Hae gaez
Ada yang mau bertanya/? Wkwk

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang