Dream

17.1K 2.1K 103
                                    

Tanpa mengindahkan panggilan dari Jungkook, aku langsung berdiri dan berjalan dengan cepat masuk ke kamar.

Mataku masih terus memproduksi air mata.

Sampai kamar, tubuhku kubanting ke atas kasur. Wajahku kututup dengan bantal. Aku terisak.

Dadaku dan kepalaku terasa sakit. Aku bahkan tidak bisa bernapas dengan normal. Terlalu sesak rasanya.

Tepat di saat aku sedang berteriak dengan bantal sebagai peredamnya, pintu kamarku diketuk oleh seseorang, dan aku tahu bahwa yang mengetuk adalah Shinah.

Aku tidak menghiraukannya dan masih larut dalam tangisanku.

"Yura-ya," ucapnya sembari membuka pintu kamarku. "Aku minta-"

Tubuhku membelakanginya, dan aku tidak ada niat untuk menghadap ke arahnya, "Unnie.." ucapku pelan dengan suara bergetar, "Keluarlah.. jebal."

Ia berhenti berbicara, setelah itu berkata, "Geurae.."

Setelah mendengar suara pintu tertutup, aku langsung membalik tubuhku, menghadap ke arah plafon. Masih dalam keadaan terisak, kupejamkan mataku, menikmati rasa sakit yang menjalar di kepalaku.

-

Aku melenguh. Bias cahaya dari gorden yang berada di kamarku membuatku membuka mataku dengan perlahan.

Kepalaku pusing, dan pandanganku terlihat buram. Dari pantulan cahaya, aku bisa menyimpulkan bahwa sekarang sudah memasuki tengah hari.

Ketika pandanganku sudah mulai jelas, langsung kulihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas. Hal itu menandakan bahwa aku sudah tidur lebih dari dua belas jam.

Aku langsung bangun dari tidurku, dan duduk di atas kasur. Kepalaku masih terasa sakit, namun rasa sakitnya tak separah beberapa menit yang lalu.

Mataku mengedar, dan terhenti tepat di sebuah cangkir yang berada di atas nakas. Terdapat notes yang menempel pada cangkir tersebut.

Tubuhku mendekati cangkir yang ternyata berisi susu coklat.

Yura-ya, mianhae. Aku benar-benar tidak tahu akan seperti itu.
-Shinah-

Begitulah tulisan yang terdapat di notes tersebut.

Sejujurnya, aku tidak marah pada Shinah, aku hanya kecewa dengannya. Ia bahkan tidak memberitahuku bahwa selama di sini ia dan Jungkook selalu bertemu.

Mereka tidak memberitahuku, namun aku dapat menyimpulkannya dari gelagat dan perkataan mereka kemarin.

Setelah beberapa hari kita selalu bersama, bahkan kau hanya menganggapku sebagai adik?!

Aku bahkan ingat dengan jelas perkataannya.

Langsung saja aku menggelengkan kepalaku. Tanganku meraih ponsel setelah itu kunyalakan ponsel tersebut.

Ratusan notifikasi langsung masuk, membuat ponselku menjadi lambat.

Sebagian besar pesan berasal dari Jungkook, sedangkan sisanya berasal dari Mingyu dan beberapa temanku.

Kuketuk layar ponselku, membuka pesan-pesan dari mingyu. Salah satu pesan dari Mingyu berisi tentang ia yang mengajakku untuk pergi, dan akan datang menjemputku jam dua belas.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang