Hero

42K 4.1K 337
                                    

Yura POV

"Eomma, aku ingin kentang goreng itu!" Tanganku yang sedang memegang piring terangkat, mengajukan pada ibu yang sedang meletakkan lauk-pauk di atas meja makan.

Ibu menatapku lama, setelah itu kepalanya menggeleng. "Tidak."

"Ya sudah, aku ingin daging sapi!",

Kepala ibu menggeleng cepat, "Yura-ya, kau harus ta-"

Aku mendengus kesal, "Arasseo! Aku tahu!" Kuletakkan piring yang berada di peganganku ke atas meja makan.

Sudah lebih dari tiga bulan aku tidak diperbolehkan memakan kentang dan daging sapi. Bahkan sekarang aku tidak diperbolehkan membeli makanan di luar, karena ayah dan ibu bilang bahwa itu semua itu tidak sehat untukku.

Tadinya aku tidak ingin masuk sekolah karena keadaan rambutku, namun ketika teman-temanku menjenguk dan berkata bahwa aku terlihat keren tanpa rambut, aku jadi merasa percaya diri. Setidaknya hal yang aku takuti-diejek oleh teman-temanku- tidak terjadi.

Keningku mengerut ketika gigiku mengunyah daging ikan yang dibuat oleh ibu. Hampir setiap hari, lidahku merasakan ini. Aku tidak ingin memakan ini lagi, tetapi ketika mengingat bahwa ibu pernah menangis dipelukkan ayah setelah insiden operasi itu, aku jadi mengurungkan niatku.

Setelah operasi pengangkatan tumorku, setiap beberapa hari dalam seminggu aku pasti akan mengikuti serangkaian terapi. Untungnya para perawat yang menuntunku sangat baik dan menyenangkan. Aku juga mempunyai banyak teman sebaya.

Setelah sarapanku sudah selesai, aku langsung berjalan ke luar dari rumah untuk memakai sepatu. Tanganku mengambil sepatu sebelum kemudian kupakaikan ke kakiku. Dengan telaten kuikat tali sepatuku hingga terpasang dengan rapi.

Aku menekuk kakiku, dan tanganku kupakai untuk memeluk kaki. Kepalaku diistirahatkan tepat di atas lutut. Yang harus aku lakukan sekarang hanyalah menunggu ayahku, karena beliau akan mengantarku ke sekolah.

Bunyi pintu yang terbuka dari rumah di seberang membuat tatapanku beralih ke arah sumber suara. Terlihat seorang anak lelaki menggunakan seragam sekolah ke luar dari  rumah tersebut.

Owner of the big round eyes.

Jeon Jungkook.

Ia menatapku selama beberapa detik, setelah itu terlihat senyuman kecil dari bibirnya.

Aku hendak membalas senyumannya, namun ia lebih dulu mengalihkan pandangannya dan mengambil sepeda yang terpakir rapi di halaman rumahnya sebelum kemudian dikendarainya.

Mataku mengikutinya hingga ia menghilang di persimpangan. Ia terlihat sangat bersemangat, terlihat dari cara ia mengayuh sepeda. Kekuatannya tak ada tandingannya.

"Yura-ya.. kajja!" Ayahku mengusap kepalaku pelan, membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya.

***

Juni 2009

Mataku menatap ke arah teman-temanku yang berjalan ke luar dari kelas. Sudah tiba waktu pulang.

"Yura-ya, aku duluan!"

"Aku juga!"

"Hati-hati, Yura-ya!"

Aku tersenyum dan membalas perkataan mereka kemudian memasukkan buku-buku yang berserakan di atas meja ke dalam tas. Mataku menatap ke arah langit sore dari jendela kelas.

Tanganku terangkat, kuusap rambut pendekku pelan sebelum kakiku melangkah keluar dari kelas yang sudah kosong ini.

Lorong kelas sudah mulai sepi, karena pada dasarnya hal yang paling diinginkan oleh para pelajar adalah bel pulang sekolah.

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang